Nyala Algoritma: Saat Hati Memilih Bahasa Biner

Dipublikasikan pada: 05 Nov 2025 - 00:20:14 wib
Dibaca: 132 kali
Jemari Arina menari di atas keyboard, menciptakan simfoni kode yang rumit. Di balik layar laptopnya, terpampang antarmuka sebuah aplikasi kencan berbasis kecerdasan buatan yang ia rancang sendiri, “SoulMateAI”. Arina, seorang programmer jenius dengan segudang prestasi, merasa ironi menusuk hatinya. Ia mampu menciptakan algoritma cinta yang presisi, namun hatinya sendiri terasa hampa, sepi di tengah hiruk pikuk dunia digital.

SoulMateAI bukan aplikasi kencan biasa. Ia menggunakan data pengguna – riwayat pencarian, unggahan media sosial, preferensi buku dan film, bahkan pola detak jantung yang terekam melalui smartwatch – untuk menemukan pasangan yang paling kompatibel secara ilmiah. Arina yakin, cinta bisa dihitung, diprediksi, dan dioptimalkan. Ia menciptakan SoulMateAI sebagai pembuktian.

Namun, seiring berjalannya waktu, Arina mulai meragukan teorinya sendiri. Pengguna SoulMateAI membanjirinya dengan testimoni bahagia. Pernikahan, kelahiran anak, semua berkat algoritma ciptaannya. Tapi Arina tetap merasa ada yang kurang. Ia melihat cinta sebagai serangkaian angka, bukan sebagai luapan emosi yang tak terduga.

Suatu malam, saat Arina sedang menyempurnakan algoritma SoulMateAI, sebuah notifikasi muncul di layar. Seorang pengguna baru, dengan nama pengguna "BinaryHeart", baru saja bergabung. Arina penasaran. Ia membuka profil BinaryHeart dan terkejut.

Profil itu kosong. Tidak ada foto, tidak ada deskripsi diri, hanya serangkaian kode biner yang tampak acak. "10101001 01101000 01100001 01110010 01100001 01110000 01100001 01101100 01100001 01101101," terbaca kode itu. Arina, dengan kemampuan dekodingnya yang mumpuni, segera menerjemahkannya. "Harap maklum," tulis BinaryHeart.

Arina tertarik. Ia merasa tertantang untuk memecahkan teka-teki BinaryHeart. Ia mulai menganalisis pola binernya, mencari tahu apa yang tersembunyi di balik kesederhanaannya. Hari-hari berlalu, Arina semakin terpaku pada BinaryHeart. Ia bahkan mulai mengabaikan pekerjaannya yang lain, hanya untuk bisa memecahkan kode-kode misterius itu.

Suatu malam, BinaryHeart mengirimkan pesan kepadanya. "Kamu Arina, pencipta SoulMateAI?"

Arina terkejut. Bagaimana BinaryHeart bisa tahu? Ia membalas, "Ya, itu aku. Siapa kamu?"

BinaryHeart menjawab, "Aku pengagum karyamu. Aku ingin membuktikan bahwa cinta tidak bisa dihitung. Bahwa algoritma, secanggih apa pun, tidak bisa menangkap esensi sejati dari sebuah hubungan."

Arina merasa tersinggung. Ia menghabiskan bertahun-tahun untuk menciptakan SoulMateAI, dan sekarang ada seseorang yang meremehkannya? "Kalau begitu, kenapa kamu menggunakan aplikasi buatanku?"

"Karena aku ingin kamu melihatnya sendiri. Aku ingin kamu mengerti bahwa hati punya bahasanya sendiri, bahasa yang tidak bisa diterjemahkan ke dalam kode biner."

Percakapan mereka berlanjut hingga larut malam. BinaryHeart, yang ternyata bernama Reno, adalah seorang seniman yang alergi terhadap teknologi. Ia percaya pada kekuatan intuisi, pada keajaiban pertemuan tak terduga. Reno menantang Arina untuk keluar dari zona nyamannya, untuk melihat dunia di luar layar komputer.

Arina, yang terbiasa dengan logika dan presisi, awalnya merasa skeptis. Tapi ada sesuatu dalam kata-kata Reno yang menyentuh hatinya. Ia merasa ada kebenaran yang selama ini ia abaikan.

Akhirnya, Arina menerima tantangan Reno. Ia setuju untuk bertemu dengannya di sebuah kafe kecil di pusat kota. Tanpa foto, tanpa informasi pribadi, mereka hanya berpegang pada janji untuk bertemu di tempat dan waktu yang telah ditentukan.

Saat hari pertemuan tiba, Arina merasa gugup. Ia mengenakan pakaian yang paling sederhana, berusaha menutupi aura kesuksesannya. Di dalam kafe, ia melihat seorang pria duduk di pojok ruangan, memegang buku puisi. Ia tahu, itulah Reno.

Reno tersenyum saat melihat Arina. Senyumnya tulus, hangat, dan sama sekali tidak terduga. Mereka berbincang selama berjam-jam, bukan tentang teknologi, bukan tentang algoritma, tapi tentang mimpi, harapan, dan ketakutan mereka. Arina merasa nyaman, lepas, dan jujur. Ia merasa dirinya yang sebenarnya, bukan Arina si programmer jenius, tapi Arina si manusia biasa.

Seiring berjalannya waktu, Arina dan Reno semakin dekat. Mereka belajar untuk saling memahami, untuk saling menghargai perbedaan mereka. Arina mulai melihat cinta dari sudut pandang yang berbeda. Ia menyadari bahwa cinta bukan hanya tentang kompatibilitas, tapi tentang penerimaan, tentang kompromi, tentang keberanian untuk membuka hati.

Arina tidak menghapus SoulMateAI. Ia justru menggunakannya sebagai alat untuk membantu orang lain menemukan cinta, tapi dengan pemahaman yang lebih mendalam. Ia menambahkan fitur baru yang memungkinkan pengguna untuk lebih jujur tentang diri mereka, untuk menunjukkan sisi rentan mereka. Ia juga menekankan pentingnya interaksi langsung, pentingnya sentuhan manusia.

Arina akhirnya menemukan cinta yang selama ini ia cari. Bukan cinta yang dihitung oleh algoritma, tapi cinta yang tumbuh secara organik, cinta yang dipilih oleh hati. Ia menyadari bahwa bahasa biner memang penting dalam dunia digital, tapi bahasa hati jauh lebih penting dalam kehidupan. Dan kadang, cinta sejati hadir dalam bentuk yang paling tak terduga, dalam profil kosong dengan serangkaian kode biner misterius. Nyala algoritma telah membawanya pada seseorang yang mengajarkannya bahasa hati.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI