Hujan deras mengetuk-ngetuk jendela kafe, iramanya serupa ketukan jari Sarah di meja. Di depannya, layar laptop memancarkan cahaya biru pucat ke wajahnya yang gelisah. Sarah menatap baris-baris kode yang memenuhi layar, algoritma yang ia ciptakan sendiri. Bukan algoritma biasa, ini adalah mesin waktu digital, sebuah upaya gila untuk memutar kembali kenangan.
Tiga tahun lalu, di kafe inilah, ia bertemu dengan Arya. Arya, dengan senyumnya yang menawan dan mata yang selalu berbinar saat berbicara tentang astronomi. Mereka berbagi kopi, mimpi, dan akhirnya, hati. Kisah cinta mereka berkembang di dunia nyata dan maya. Foto-foto kencan mereka menghiasi Instagram, status-status mesra memenuhi Facebook, dan obrolan larut malam di WhatsApp menjadi rutinitas yang tak terpisahkan. Mereka adalah pasangan digital, eksis sepenuhnya di dunia yang terhubung.
Namun, algoritma cinta mereka tiba-tiba berhenti bekerja. Arya menghilang. Tanpa penjelasan, tanpa jejak. Semua pesan Sarah terabaikan, semua panggilan tidak terjawab. Akun media sosial Arya mendadak lenyap, seolah ia tidak pernah ada. Sarah ditinggalkan dengan pertanyaan yang membakar hatinya dan kenangan digital yang terasa seperti hantu.
Setelah berbulan-bulan mencari tanpa hasil, Sarah memutuskan untuk membangun mesin waktu digital ini. Ia ingin kembali ke momen-momen bahagia bersama Arya, mencoba mencari petunjuk, mencari tahu di mana ia salah. Algoritmanya bekerja dengan cara menganalisis semua data digital mereka: foto, video, pesan, status, bahkan data lokasi. Ia ingin merekonstruksi pola perilaku Arya, mencari anomali yang mungkin terlewatkan.
Sarah menarik napas dalam-dalam dan menekan tombol 'Run'. Laptopnya mulai bekerja keras, kipasnya berputar kencang. Layar berkedip-kedip menampilkan visualisasi data yang kompleks. Garis-garis berwarna-warni membentuk pola yang rumit, mewakili interaksi mereka di dunia digital.
Algoritma memfokuskan diri pada minggu-minggu terakhir sebelum Arya menghilang. Sarah memperhatikan sebuah pola yang aneh. Arya mulai sering mengunjungi sebuah situs web yang tidak pernah ia sebutkan sebelumnya: sebuah forum online tentang penyakit langka. Jantung Sarah berdebar kencang. Ia membuka forum tersebut di tab baru.
Di sana, ia menemukan sebuah unggahan dari seseorang dengan nama pengguna "AstroBoy88" – nama panggilan Arya untuk dirinya sendiri. Unggahan tersebut berisi curhatan tentang diagnosis penyakit genetik langka yang dideritanya. Penyakit itu akan perlahan-lahan menghilangkan ingatannya.
Sarah terpaku di depan layar. Air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Jadi, ini alasannya. Arya tidak menghilang karena tidak mencintainya lagi. Ia menghilang karena ia tidak ingin menjadi beban. Ia ingin melindungi Sarah dari kenyataan pahit bahwa ia akan melupakannya.
Algoritma terus bekerja, menampilkan lebih banyak data. Sarah melihat rekaman video singkat yang Arya unggah di forum tersebut. Dalam video itu, Arya terlihat kurus dan pucat, namun matanya masih berbinar. Ia berbicara dengan suara pelan, hampir berbisik.
"Sarah, jika kamu menemukan ini, aku minta maaf. Aku tidak ingin kamu melihatku seperti ini. Aku ingin kamu mengingatku sebagai Arya yang kamu kenal, Arya yang mencintaimu sepenuh hati. Aku tahu ini egois, tapi aku tidak ingin menjadi beban bagimu. Aku ingin kamu bahagia, Sarah. Jangan pernah lupakan aku, tapi jangan biarkan aku menahanmu."
Sarah menangis tersedu-sedu. Algoritma kenangan telah membawanya ke kebenaran yang menyakitkan, kebenaran yang lebih pahit daripada ketidakpastian. Ia tahu sekarang mengapa Arya menghilang. Ia tahu bahwa Arya mencintainya lebih dari yang ia bayangkan.
Namun, mengetahui kebenaran tidak serta merta menghapus rasa sakitnya. Ia masih merindukan Arya, merindukan sentuhannya, merindukan suaranya. Ia merindukan algoritma cinta mereka yang dulu berjalan dengan sempurna.
Sarah menghapus air matanya dan menarik napas dalam-dalam. Ia tahu bahwa ia tidak bisa memutar kembali waktu. Ia tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi. Tapi ia bisa belajar dari masa lalu. Ia bisa menghargai setiap momen yang ia miliki bersama Arya.
Ia menutup laptopnya dan berdiri. Hujan sudah mulai reda. Matahari mulai mengintip dari balik awan. Sarah berjalan keluar dari kafe, menghirup udara segar. Ia tahu bahwa ia harus melanjutkan hidupnya. Ia harus membiarkan Arya pergi, meskipun sebagian hatinya akan selalu tertinggal bersama kenangan mereka.
Ia membuka aplikasi Instagram di ponselnya. Ia menemukan foto-foto mereka yang lama. Ia tersenyum pahit. Ia memilih salah satu foto favoritnya, foto mereka berdua sedang tertawa di pantai saat matahari terbenam. Ia mengunggah foto tersebut dengan keterangan singkat: "Algoritma kenangan: Cinta yang diunggah, hati yang hilang? Mungkin. Tapi cinta sejati tidak akan pernah hilang sepenuhnya."
Ia menekan tombol 'Post'. Dunia digital kembali menyambutnya. Ia tahu bahwa ia tidak akan pernah melupakan Arya. Kenangan mereka akan selalu tersimpan di dalam hatinya, terenkripsi dalam algoritma cinta yang abadi. Meskipun hati Arya telah hilang ditelan penyakit, cinta Arya akan selalu ada, terunggah di ruang digital, terpahat dalam kenangan Sarah. Dan mungkin, hanya mungkin, di suatu tempat di alam semesta digital, jiwa Arya masih bisa melihatnya, masih bisa tersenyum. Itulah harapan terakhir Sarah, harapan yang ia genggam erat di dalam hatinya.