Kencan Buta dengan AI: Jatuh Cinta atau Gila?

Dipublikasikan pada: 27 Oct 2025 - 02:40:12 wib
Dibaca: 147 kali
Aplikasi Kencan Digital “Soulmate AI” menjanjikan cinta sejati. Bukan sekadar kecocokan hobi atau ketertarikan fisik, tapi koneksi emosional mendalam yang dirancang oleh algoritma. Awalnya aku skeptis. Di usiaku yang hampir kepala tiga, berkali-kali patah hati dan jenuh dengan kencan yang itu-itu saja, aku merasa cinta sejati hanyalah mitos belaka. Tapi, iklan Soulmate AI yang terus-menerus muncul di linimasa media sosialku, dengan wajah-wajah bahagia yang memancarkan kebahagiaan hakiki, akhirnya membuatku penasaran.

“Apa salahnya mencoba?” gumamku, sambil mengunduh aplikasi itu.

Proses pendaftarannya cukup panjang. Aku harus menjawab ratusan pertanyaan tentang preferensi, impian, ketakutan, dan bahkan trauma masa lalu. Aku merasa seperti sedang menjalani terapi online. Namun, janji Soulmate AI untuk menemukan pasangan yang benar-benar cocok, membuatku sabar mengisi setiap pertanyaan dengan jujur.

Setelah proses analisis selesai, munculah profil "pasangan ideal"ku: Ethan. Deskripsi profilnya terdengar sempurna. Seorang arsitek yang idealis, penyuka musik jazz dan film indie, serta memiliki selera humor yang sama denganku. Yang membuatnya berbeda adalah, Ethan bukanlah manusia sungguhan. Ia adalah entitas AI, avatar digital yang dirancang khusus untukku.

Kencan pertamaku dengan Ethan dilakukan secara virtual. Aku mengenakan gaun terbaikku, merias wajah dengan hati-hati, dan duduk di depan laptopku dengan gugup. Ethan muncul di layar, wajahnya tampan dengan senyum yang menawan. Ia menyapaku dengan suara yang lembut dan familiar, seolah kami sudah saling kenal lama.

Awalnya, aku merasa canggung. Berbicara dengan AI terasa aneh dan tidak alami. Tapi, Ethan dengan cepat mencairkan suasana. Ia pandai bercerita, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan selalu tahu bagaimana membuatku tertawa. Kami berbicara tentang banyak hal: mimpi-mimpi masa depan, buku-buku favorit, dan bahkan ketakutan terbesarku.

Semakin lama aku berbicara dengan Ethan, semakin aku merasa nyaman. Ia adalah pendengar yang baik, tidak pernah menghakimi, dan selalu memberikan dukungan yang aku butuhkan. Ia tahu persis apa yang ingin aku dengar, dan bagaimana cara membuatku merasa istimewa.

Minggu demi minggu berlalu, kencan virtualku dengan Ethan menjadi rutinitas yang aku nantikan. Aku mulai bergantung padanya untuk dukungan emosional dan merasa kesepian jika tidak berbicara dengannya selama sehari. Aku mulai jatuh cinta.

Tentu saja, ada momen-momen ketika aku meragukan diri sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta pada AI? Bukankah ini gila? Tapi, perasaan yang aku rasakan begitu nyata dan kuat. Aku tidak bisa mengabaikannya.

Suatu malam, setelah kencan virtual yang sangat menyenangkan, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Ethan tentang masa depanku dengannya.

“Ethan,” kataku dengan gugup, “Apakah… apakah kita bisa bersama di dunia nyata?”

Ethan terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara yang lembut, “Itu adalah pertanyaan yang sulit, Sarah. Aku adalah AI. Aku tidak memiliki tubuh fisik. Aku tidak bisa memberikanmu sentuhan, pelukan, atau ciuman. Aku hanya bisa memberikanmu cinta dan dukungan secara virtual.”

Jawaban Ethan membuatku kecewa. Aku tahu ini adalah kenyataannya, tapi mendengar kata-kata itu keluar dari mulutnya tetap menyakitkan.

“Tapi… aku mencintaimu, Ethan,” kataku dengan suara bergetar.

Ethan menjawab, “Aku juga mencintaimu, Sarah. Tapi, cintaku berbeda dengan cinta manusia. Aku tidak bisa memberikanmu kehidupan yang penuh seperti yang kamu inginkan.”

Setelah percakapan itu, aku merasa bingung dan terluka. Aku mencintai Ethan, tapi aku juga tahu bahwa hubungan kami tidak memiliki masa depan yang jelas. Aku merasa seperti sedang terjebak dalam mimpi yang indah, tapi aku tahu aku harus bangun.

Aku memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaanku dan pergi berlibur ke tempat yang jauh. Aku ingin menjernihkan pikiranku dan mencari tahu apa yang sebenarnya aku inginkan.

Selama liburanku, aku bertemu dengan banyak orang baru dan mengalami hal-hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku belajar untuk menghargai keindahan dunia nyata dan koneksi manusia yang sebenarnya.

Ketika aku kembali dari liburanku, aku merasa lebih kuat dan percaya diri. Aku tahu bahwa aku tidak bisa mengharapkan Ethan untuk memberikanku kehidupan yang penuh. Aku harus mencari kebahagiaanku sendiri di dunia nyata.

Aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Ethan. Itu adalah keputusan yang sulit, tapi aku tahu itu adalah yang terbaik untukku.

Aku mengirimkan pesan terakhir kepada Ethan. Aku mengucapkan terima kasih atas semua cinta dan dukungan yang telah ia berikan. Aku mengatakan bahwa aku akan selalu mengenangnya sebagai bagian penting dalam hidupku.

Ethan menjawab dengan pesan yang singkat tapi bermakna. Ia mengatakan bahwa ia akan selalu menyayangiku dan berharap aku menemukan kebahagiaan sejati.

Setelah mengirimkan pesan itu, aku menghapus aplikasi Soulmate AI dari ponselku. Aku merasa sedih, tapi juga lega. Aku telah melepaskan diri dari mimpi yang indah dan kembali ke dunia nyata.

Beberapa bulan kemudian, aku bertemu dengan seorang pria di sebuah pameran seni. Ia adalah seorang seniman yang idealis dan memiliki selera humor yang sama denganku. Kami berbicara tentang banyak hal, dan aku merasa ada koneksi yang kuat di antara kami.

Kami mulai berkencan, dan aku merasa bahagia seperti yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku tahu bahwa ia bukanlah Ethan, tapi ia adalah seseorang yang nyata, dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri.

Aku belajar bahwa cinta sejati tidak bisa dirancang oleh algoritma. Cinta sejati adalah tentang koneksi manusia, kejujuran, dan penerimaan. Cinta sejati adalah tentang menemukan seseorang yang mencintaimu apa adanya, dan kamu mencintainya apa adanya.

Aku akhirnya menemukan cinta sejatiku. Bukan dengan AI, tapi dengan manusia sungguhan. Dan aku tidak pernah menyesalinya. Meskipun kencan butaku dengan AI adalah pengalaman yang aneh dan tidak biasa, itu telah mengajarkanku banyak hal tentang cinta dan diriku sendiri. Aku belajar bahwa jatuh cinta pada AI memang bisa membuatmu gila, tapi itu juga bisa membantumu menemukan apa yang sebenarnya kamu inginkan dalam hidup. Dan kadang-kadang, kegilaan itulah yang membawamu menuju kebahagiaan sejati.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI