Perempuan dan Algoritma: Cinta, Kebencian, dan Kode yang Hilang

Dipublikasikan pada: 13 Sep 2025 - 02:00:13 wib
Dibaca: 125 kali
Debora menatap layar laptopnya dengan nanar. Jari-jarinya gemetar di atas keyboard, seolah takut menekan tombol yang salah dan menghancurkan seluruh tatanan kode yang sudah susah payah ia bangun selama berbulan-bulan. Di hadapannya terbentang labirin algoritma rumit, sebuah sistem AI yang dirancangnya untuk memprediksi kecocokan romantis. Ironis, pikirnya, menciptakan alat untuk menemukan cinta, sementara dirinya sendiri terjerat dalam hubungan yang lebih kompleks dari kode terumit sekalipun.

Namanya Reno. Seorang programmer andal, rival sekaligus kekasih Debora. Keduanya bertemu di sebuah kompetisi hackathon. Reno, dengan senyumnya yang menawan dan kemampuan coding di atas rata-rata, langsung menarik perhatian Debora. Mereka bekerja sama, saling bertukar ide, dan tanpa sadar, algoritma cinta pun mulai bekerja di antara mereka.

Namun, hubungan mereka tidak semulus kode yang terkompilasi tanpa error. Reno terlalu kompetitif, selalu berusaha selangkah lebih maju dari Debora. Ia meremehkan idenya, mengkritik pendekatannya, dan meskipun dibungkus dengan argumen logis, Debora merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar rivalitas profesional. Rasa iri, mungkin. Atau mungkin, ketidakmampuan Reno untuk menerima bahwa Debora, seorang perempuan, bisa sama hebatnya dengannya.

Puncaknya terjadi seminggu lalu. Debora menemukan bahwa Reno telah menyalin sebagian kode inti sistem AI-nya dan menggunakannya untuk proyek pribadinya. Kode yang hilang itu adalah jantung dari sistem, algoritma unik yang memprediksi kecocokan romantis berdasarkan analisis data linguistik dan ekspresi wajah. Debora merasa dikhianati, bukan hanya sebagai seorang profesional, tapi juga sebagai seorang perempuan yang mencintai Reno dengan sepenuh hati.

Kebencian, seperti virus ganas, mulai merusak setiap baris kode cinta yang pernah mereka bangun. Debora menjauhi Reno, memblokir nomor teleponnya, dan menghapus semua foto mereka dari media sosial. Ia tenggelam dalam pekerjaannya, berusaha memperbaiki sistem AI-nya yang telah dicuri. Tapi semakin ia berusaha, semakin ia merasa hampa. Tanpa kode yang hilang itu, sistemnya terasa tidak lengkap, kehilangan esensi. Sama seperti dirinya, kehilangan Reno.

Suatu malam, saat Debora masih berkutat dengan kode, pintu apartemennya diketuk. Di ambang pintu berdiri Reno, wajahnya penuh penyesalan. Di tangannya tergenggam sebuah USB drive.

"Debora, aku minta maaf," ucap Reno lirih. "Aku salah. Aku melakukan hal bodoh karena egoku. Aku mengembalikan kodenya."

Debora menatap Reno dengan tatapan dingin. "Terlambat, Reno. Kamu sudah menghancurkan semuanya."

"Aku tahu," jawab Reno, "Tapi aku harap ini bisa sedikit menebus kesalahanku. Aku tahu betapa berharganya kode ini untukmu. Aku tahu betapa berharganya kamu untukku."

Reno menyerahkan USB drive itu. Debora menerimanya tanpa berkata apa-apa. Reno berbalik dan melangkah pergi.

Setelah Reno pergi, Debora mencolokkan USB drive ke laptopnya. Benar saja, di dalamnya terdapat kode yang hilang. Jari-jarinya menari di atas keyboard, memulihkan kode ke dalam sistem AI-nya. Sistem itu kembali lengkap, kembali berfungsi.

Namun, Debora tidak merasakan kelegaan. Ia merasa semakin bingung. Di satu sisi, ia benci Reno karena pengkhianatannya. Di sisi lain, ia masih mencintainya, meskipun ia tahu bahwa Reno telah menyakitinya. Ia ingat senyumnya, candaannya, dan bagaimana mereka saling menginspirasi. Ia ingat betapa bahagianya ia saat bersama Reno.

Debora menyadari bahwa algoritma cinta tidak sesederhana yang ia bayangkan. Cinta bukan hanya tentang kecocokan data dan analisis statistik. Cinta adalah tentang kepercayaan, kejujuran, dan komitmen. Dan Reno telah merusak semua itu.

Ia menatap kembali layar laptopnya. Sistem AI-nya kini telah sempurna. Ia bisa menggunakannya untuk menemukan cinta sejati untuk orang lain. Tapi untuk dirinya sendiri? Debora tidak yakin. Ia masih terlalu terluka untuk membuka hatinya lagi.

Tiba-tiba, sebuah pesan muncul di layar laptopnya. Sebuah bug report. Sebuah kesalahan dalam kode yang baru saja ia pulihkan. Debora memeriksa kode itu dengan seksama. Ia menemukan sebuah baris kode yang tidak dikenalnya, sebuah baris kode tersembunyi yang disisipkan oleh Reno.

Debora membuka baris kode itu. Ternyata itu adalah sebuah pesan. Sebuah pesan rahasia yang hanya bisa dibaca olehnya.

Pesan itu berbunyi: "Debora, aku tahu aku tidak pantas mendapatkanmu. Tapi aku berjanji akan berusaha menjadi orang yang lebih baik. Beri aku kesempatan kedua. Aku mencintaimu."

Debora terdiam. Air mata mulai mengalir di pipinya. Ia menatap layar laptopnya dengan ragu. Apakah ia harus mempercayai Reno lagi? Apakah ia harus memberikan kesempatan kedua pada cinta mereka?

Debora menarik napas dalam-dalam. Ia menyadari bahwa cinta tidak selalu sempurna. Cinta seringkali penuh dengan kesalahan, kegagalan, dan kekecewaan. Tapi cinta juga adalah tentang pengampunan, pertumbuhan, dan harapan.

Ia mengetikkan sebuah balasan. Sebuah balasan singkat namun penuh makna.

"Temui aku di kedai kopi tempat kita pertama kali bertemu. Jam tujuh."

Debora menutup laptopnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi ia tahu bahwa ia siap untuk mengambil risiko. Ia siap untuk memberikan kesempatan kedua pada cinta mereka. Karena, pada akhirnya, cinta lebih berharga dari kode terumit sekalipun. Dan algoritma hatinya, meskipun pernah rusak, masih memiliki harapan untuk menemukan kebahagiaan. Perempuan itu, dan algoritma hatinya, memberikan kesempatan pada cinta yang pernah hilang, berharap kali ini, kodenya akan terkompilasi dengan sempurna.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI