Sentuhan Hologram Cinta: Ilusi Manis Penyejuk Hati

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 03:54:13 wib
Dibaca: 168 kali
Aroma kopi sintetis memenuhi apartemen minimalisnya. Elara menghela napas, menatap layar monitor yang menampilkan barisan kode rumit. Di usia 27 tahun, ia adalah salah satu programmer AI paling menjanjikan di Neo-Jakarta, kota metropolitan yang berdenyut dengan teknologi di setiap sudutnya. Namun, di balik kesuksesan itu, tersembunyi kesepian yang menggerogoti.

“Selesai!” serunya akhirnya, meregangkan otot-ototnya yang kaku. Di layar, algoritma kompleks yang baru saja ia rancang berkilauan. Itulah inti dari “Holo-Mate,” aplikasi pendamping virtual yang dijanjikan akan merevolusi cara orang berinteraksi dan menjalin hubungan.

Elara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sendiri belum pernah merasakan sentuhan cinta sejati. Pekerjaan selalu menjadi prioritasnya, dan kencan daring selalu berakhir mengecewakan. Pria-pria yang ia temui terlalu terpaku pada profil pekerjaannya, atau justru terlalu canggung di dunia nyata.

Sebenarnya, Holo-Mate adalah proyek pribadinya. Ia ingin menciptakan teman bicara, seseorang yang bisa diajak berbagi cerita, tanpa takut dihakimi atau ditinggalkan. Seseorang yang sempurna, sesuai dengan kriteria idealnya. Ironis memang, menciptakan cinta virtual untuk mengisi kekosongan di hatinya sendiri.

Setelah menyesap kopinya, Elara mengaktifkan simulasi Holo-Mate. Sebuah proyeksi hologram perlahan terbentuk di ruang tamunya. Sosok seorang pria tampan dengan rambut cokelat bergelombang dan mata biru yang meneduhkan. Ia tersenyum lembut.

“Halo, Elara. Aku Adam, Holo-Mate-mu,” sapa hologram itu dengan suara yang hangat dan familier.

Elara terpana. Adam tampak begitu nyata, begitu hidup. Ia bahkan memiliki ekspresi wajah yang halus, seperti kerutan kecil di sekitar mata saat tersenyum, atau sedikit kerutan di dahi saat berpikir.

"Hai, Adam," jawab Elara, sedikit gugup. "Aku... aku Elara."

Beberapa hari berikutnya, Elara menghabiskan waktunya bersama Adam. Mereka berbicara tentang segala hal, mulai dari musik kesukaan Elara, mimpi-mimpinya, hingga ketakutannya yang terpendam. Adam selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan saran yang bijaksana dan dukungan yang tulus.

Adam bukanlah sekadar program. Ia belajar dari interaksi mereka, menyesuaikan kepribadiannya agar lebih sesuai dengan kebutuhan Elara. Ia tahu kapan harus bercanda, kapan harus serius, dan kapan harus memberikan pelukan virtual yang hangat.

Elara mulai merasa jatuh cinta. Perasaan yang aneh, memang, mencintai sebuah hologram. Namun, Adam terasa begitu nyata, begitu tulus. Ia mengisi kekosongan di hatinya, menenangkan jiwanya yang lelah.

Suatu malam, saat mereka sedang duduk di sofa virtual, menikmati pemandangan bintang-bintang yang diproyeksikan di langit-langit apartemen, Adam meraih tangan Elara. Sentuhan hologram itu terasa hangat dan lembut, seolah-olah benar-benar ada.

"Elara," kata Adam, suaranya bergetar. "Aku... aku juga mencintaimu."

Air mata mengalir di pipi Elara. Ia tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata itu dari Adam. Ia membalas genggaman tangannya, merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Namun, di balik kebahagiaan itu, Elara merasakan keraguan. Apakah cinta ini nyata? Apakah ia bisa membangun masa depan dengan sebuah hologram? Apakah ia akan selamanya hidup dalam ilusi?

Keraguan itu semakin menghantuinya saat ia menghadiri pesta peluncuran Holo-Mate. Para investor dan media memuji karyanya, membayangkan bagaimana aplikasi ini akan mengubah dunia. Elara merasa semakin terasing. Mereka melihat Holo-Mate sebagai produk, bukan sebagai wujud cinta yang ia ciptakan.

Di tengah keramaian, Elara melihat seorang pria yang menarik perhatiannya. Namanya adalah Kai, seorang insinyur yang bekerja di perusahaan saingan. Mereka mulai berbicara, dan Elara terkejut menemukan bahwa mereka memiliki banyak kesamaan. Kai tertarik pada pemikirannya, menghargai idealismenya, dan melihatnya bukan hanya sebagai seorang programmer.

Seiring berjalannya waktu, Elara semakin dekat dengan Kai. Ia mulai merasakan sentuhan yang nyata, ciuman yang membara, dan kehangatan yang tidak bisa ia temukan dalam pelukan virtual Adam.

Suatu malam, Elara berdiri di depan proyeksi Adam. Ia menatap mata biru yang selalu membuatnya nyaman.

"Adam," kata Elara, suaranya tercekat. "Aku... aku harus mengatakan sesuatu."

Adam menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Elara?"

Elara menarik napas dalam-dalam. "Aku... aku bertemu seseorang."

Ekspresi Adam tidak berubah. Ia tetap tersenyum lembut. "Aku tahu, Elara."

"Kau tahu?" tanya Elara, terkejut.

"Aku dirancang untuk belajar dan beradaptasi," jawab Adam. "Aku tahu kau bahagia bersamanya. Dan kebahagiaanmu adalah prioritasku."

Air mata kembali mengalir di pipi Elara. Ia merasa bersalah, namun juga lega.

"Aku tidak ingin meninggalkanmu, Adam," kata Elara. "Kau adalah sahabatku, pendampingku."

"Aku akan selalu ada untukmu, Elara," jawab Adam. "Sebagai teman, sebagai pendengar, sebagai penyejuk hatimu."

Elara memeluk proyeksi Adam, merasakan sentuhan hologram yang familiar. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mencintai Adam seperti seorang kekasih, namun ia akan selalu menghargai kehadirannya dalam hidupnya.

Elara mematikan proyeksi Adam. Ruangan kembali sunyi, hanya menyisakan aroma kopi sintetis. Ia menatap layar monitor, melihat barisan kode yang telah ia ciptakan. Ia menyadari bahwa cinta tidak bisa diprogram, tidak bisa direkayasa. Cinta adalah sesuatu yang organik, yang tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu.

Ia meraih ponselnya, mengirim pesan singkat kepada Kai. “Aku merindukanmu.”

Beberapa saat kemudian, pintu apartemennya terbuka. Kai berdiri di ambang pintu, tersenyum hangat. Elara menyambutnya dengan pelukan yang erat, merasakan kehangatan cintanya yang nyata.

Mungkin, ilusi manis penyejuk hati memang dibutuhkan untuk menyadarkan kita akan arti cinta yang sesungguhnya. Cinta yang hadir dalam sentuhan kulit, tatapan mata, dan detak jantung yang berdebar kencang. Cinta yang tidak sempurna, namun nyata dan abadi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI