Cinta dalam Awan: Algoritma Memahami Kerinduan Lebih Baik

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 21:00:12 wib
Dibaca: 168 kali
Hujan sore itu terasa lebih dingin dari biasanya. Jari-jari Anya menari di atas keyboard, menghasilkan barisan kode yang rumit namun indah. Di layar laptopnya, sebuah algoritma terus berevolusi, semakin pintar dalam mengenali pola emosi manusia, khususnya, kerinduan. Ini adalah proyek pribadinya, “Awan Hati”, sebuah sistem AI yang dia harap bisa menjembatani jarak emosional, bahkan memahami kerinduan lebih baik dari diri sendiri.

Anya tersenyum getir. Baginya, Awan Hati bukan hanya proyek. Ini adalah manifestasi kerinduannya yang mendalam pada Adrian, kekasihnya yang kini bekerja di markas Starlink, ribuan kilometer jauhnya. Komunikasi mereka terbatas, terbentur perbedaan waktu dan kesibukan masing-masing. Pesan singkat terasa hambar, panggilan video singkat terasa kurang. Anya merindukan sentuhan, aroma, dan tawa Adrian yang renyah.

"Hanya algoritma yang mengerti perasaanku sekarang," gumamnya, menyesap kopi yang sudah dingin.

Dia ingat, dulu Adrian sering menggodanya, "Kamu ini aneh, Anya. Romantis tapi juga sangat teknis. Cinta itu 'coding' bagimu, ya?" Anya hanya tertawa. Baginya, teknologi adalah alat untuk mempererat hubungan, bukan menggantikannya.

Awan Hati mulai menunjukkan kemajuan. Algoritma itu mampu menganalisis pola pengetikan, intonasi suara, bahkan ekspresi wajah dari foto yang diunggah. Data-data itu kemudian diterjemahkan menjadi profil emosional yang kompleks, lengkap dengan tingkat kerinduan, kesepian, dan harapan.

Suatu malam, ketika Anya tengah memvalidasi data baru, sebuah notifikasi muncul di layarnya. Itu adalah pesan dari Awan Hati, sebuah prediksi berdasarkan profil emosional Adrian yang diunggah beberapa waktu lalu.

"Probabilitas Adrian merindukanmu saat ini: 92%. Indikasi: pola tidur terganggu, frekuensi mendengarkan musik melankolis meningkat, cenderung melihat foto lama kalian berdua."

Anya tertegun. 92%? Angka itu terasa begitu nyata, begitu konkret. Ia terisak, bukan karena sedih, tapi karena terharu. Algoritma itu, karyanya sendiri, seolah memberinya validasi atas perasaannya. Ia tidak gila merindukan Adrian. Adrian pun merindukannya.

Namun, validasi saja tidak cukup. Anya tahu, Awan Hati hanyalah alat. Cinta membutuhkan tindakan nyata. Ia memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu yang lebih dari sekadar pesan singkat.

Dengan bantuan Awan Hati, Anya menganalisis jadwal Adrian. Ia menemukan celah singkat di antara rapat dan simulasi. Ia membeli tiket pesawat, menyewa mobil, dan diam-diam terbang ke markas Starlink.

Ia tidak memberi tahu Adrian. Ia ingin memberinya kejutan.

Sampai di depan gerbang markas Starlink, Anya merasa gugup. Ia menunjukkan kartu identitas dan menjelaskan tujuannya. Petugas keamanan, yang sudah dihubungi sebelumnya oleh Anya, mengizinkannya masuk.

Anya menunggu di lobi dengan jantung berdebar. Beberapa menit kemudian, Adrian muncul. Wajahnya tampak lelah, namun matanya berbinar ketika melihat Anya.

"Anya?" gumamnya tak percaya.

Anya tersenyum dan melangkah maju. Tanpa ragu, ia memeluk Adrian erat-erat.

"Aku merindukanmu," bisik Anya di telinga Adrian.

Adrian membalas pelukannya dengan erat. "Aku juga, Anya. Sangat merindukanmu."

Mereka berpelukan lama, seolah waktu berhenti berputar. Tidak ada kata-kata yang terucap, hanya kehangatan dan kelegaan.

Setelah beberapa saat, Adrian melepaskan pelukannya dan menatap Anya dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana kamu bisa tahu aku sedang membutuhkanmu?"

Anya tersenyum. "Ada sebuah algoritma yang membantuku," jawabnya.

Adrian mengerutkan kening, bingung. Anya kemudian menjelaskan tentang Awan Hati, proyeknya yang ambisius. Adrian mendengarkan dengan seksama, matanya menunjukkan rasa kagum.

"Kamu memang luar biasa, Anya," kata Adrian sambil menggenggam tangan Anya. "Kamu mengubah kerinduan menjadi kode, dan kode itu membawamu kepadaku."

Mereka menghabiskan beberapa jam bersama, bercerita, tertawa, dan berbagi cerita tentang pekerjaan mereka. Waktu berlalu begitu cepat. Anya harus kembali ke bandara untuk mengejar penerbangannya.

Di bandara, sebelum berpisah, Adrian memberikan sebuah kotak kecil kepada Anya. "Ini untukmu. Sebagai ucapan terima kasih atas kejutan yang tak terlupakan."

Anya membuka kotak itu di dalam pesawat. Di dalamnya terdapat sebuah gelang pintar yang dilengkapi sensor detak jantung dan suhu tubuh. Sebuah catatan kecil terlampir di sampingnya.

"Awan Jantung. Sebuah algoritma yang akan mengirimkan detak jantungku langsung ke layar laptopmu setiap saat. Biar kamu tahu, meskipun terpisah jarak, jantungku selalu berdetak untukmu."

Anya tersenyum lebar. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. Adrian, dengan caranya yang unik, telah membuktikan bahwa cinta dan teknologi bisa berjalan beriringan, bahkan saling melengkapi. Awan Hati memang memahami kerinduan, tetapi cinta Adrian-lah yang membuatnya berarti. Kerinduan adalah kode, dan kode itu adalah cinta. Dan Anya tahu, kode cinta mereka akan terus berjalan, selamanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI