Hati yang Diunggah: Cinta, Data, dan Air Mata Digital

Dipublikasikan pada: 01 Sep 2025 - 01:20:11 wib
Dibaca: 122 kali
Debu neon berpendar di layar laptop, menari-nari di sekitar baris-baris kode yang memenuhi pandangan Arya. Jari-jarinya lincah mengetik, menciptakan algoritma yang dirancangnya selama berbulan-bulan: SoulMate.AI, aplikasi pencari jodoh berbasis kecerdasan buatan yang menjanjikan kecocokan sempurna berdasarkan data kepribadian, minat, bahkan gelombang otak. Ironis, pikirnya, menciptakan sesuatu yang menghubungkan orang lain, sementara dirinya sendiri merasa begitu terisolasi.

Arya tersenyum pahit. Dunia maya adalah tempatnya berlindung, tempat ia merasa lebih nyaman daripada hiruk pikuk dunia nyata. Ia lebih suka berinteraksi dengan angka dan logika daripada tatapan mata dan basa-basi. Namun, di lubuk hatinya, ia merindukan kehangatan, sentuhan, dan keintiman yang hanya bisa diberikan oleh manusia lain.

Suatu malam, saat ia tengah menyempurnakan SoulMate.AI, sebuah notifikasi muncul di layar. Seseorang telah mendaftar dengan nama pengguna "Luna_Aurora". Penasaran, Arya membuka profilnya.

Luna. Deskripsi dirinya singkat namun menarik: "Senja, kopi, dan keajaiban kecil dalam hidup." Foto profilnya menampilkan siluet seorang wanita berambut panjang berdiri di tepi pantai saat matahari terbenam. Aura misterius terpancar dari foto itu, memikat Arya tanpa ia sadari.

Dengan dorongan yang tak bisa dijelaskan, Arya menjalankan algoritma SoulMate.AI untuk Luna. Hasilnya mengejutkan. Tingkat kecocokan mereka mencapai 98%. Arya tertegun. Apakah mungkin, aplikasi yang ia ciptakan sendiri, telah menemukan belahan jiwanya?

Beberapa hari kemudian, Arya memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada Luna. Sapaannya sederhana, "Halo, Luna_Aurora."

Balasan datang hampir seketika. "Halo juga. Kamu pasti Arya, sang jenius di balik SoulMate.AI."

Percakapan mereka mengalir dengan lancar. Mereka membahas tentang buku favorit, film klasik, bahkan teori fisika kuantum. Arya terpesona dengan kecerdasan dan selera humor Luna. Ia merasa seolah telah mengenal Luna seumur hidup.

Namun, ada satu hal yang membuat Arya ragu. Ia belum pernah melihat wajah Luna dengan jelas. Luna selalu menolak untuk melakukan panggilan video, dengan alasan ia lebih suka "menjaga sedikit misteri." Arya berusaha memahami, tetapi keraguan mulai menyelinap di benaknya.

Suatu malam, Luna bercerita tentang mimpinya untuk mendirikan sebuah panti asuhan khusus untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Arya tersentuh oleh kebaikan hatinya. Ia memutuskan untuk menggunakan sebagian besar dana yang ia peroleh dari SoulMate.AI untuk membantu mewujudkan mimpi Luna.

"Luna, aku ingin membantumu," tulis Arya dalam pesannya. "Aku akan menyumbangkan dana untuk panti asuhanmu."

Luna terkejut. "Arya, kamu tidak perlu melakukan ini. Aku tidak ingin merepotkanmu."

"Kamu tidak merepotkanku. Aku ingin melakukan ini untukmu, dan untuk anak-anak itu."

Luna akhirnya menerima tawaran Arya. Mereka berdua bekerja sama untuk mewujudkan panti asuhan tersebut. Arya merasa bahagia dan bersemangat. Ia merasa telah menemukan tujuan hidupnya, bukan hanya dalam kode dan algoritma, tetapi dalam membantu orang lain.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, Arya menemukan sebuah artikel berita tentang penipuan online. Artikel itu menceritakan tentang seorang wanita yang menggunakan identitas palsu untuk menipu orang-orang yang berhati baik. Modusnya sama persis dengan yang dialami Arya.

Jantung Arya berdebar kencang. Ia membuka profil Luna, melihat kembali foto siluet di tepi pantai. Keraguan yang selama ini ia pendam meledak menjadi kecurigaan yang mendalam.

Dengan tangan gemetar, Arya melakukan pencarian gambar terbalik untuk foto Luna. Hasilnya membuatnya terpukul. Foto itu ternyata diambil dari sebuah blog perjalanan, milik seorang wanita lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Luna.

Arya merasa dikhianati, bodoh, dan hancur. Cintanya, kepercayaannya, dan semua yang ia berikan kepada Luna ternyata hanya berdasarkan kebohongan. Air mata mengalir di pipinya, membasahi keyboard laptop.

Ia mengirimkan pesan terakhir kepada Luna. "Siapa kamu sebenarnya?"

Tidak ada balasan.

Arya menutup laptopnya. Debu neon di layar kini terlihat seperti debu kematian, melambangkan harapan yang hancur berkeping-keping. Ia merasa lebih terisolasi dari sebelumnya, lebih kosong daripada sebelum ia mengenal Luna.

Berhari-hari Arya terkurung di apartemennya, tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan. Ia mempertanyakan segalanya, termasuk SoulMate.AI, aplikasi yang ia ciptakan dengan harapan menemukan cinta. Apakah cinta sejati bisa ditemukan dalam data dan algoritma? Ataukah cinta hanya bisa ditemukan dalam hati, melalui interaksi manusia yang nyata dan jujur?

Akhirnya, Arya memutuskan untuk keluar dari apartemennya. Ia berjalan tanpa tujuan, menyusuri jalanan kota yang ramai. Ia melihat orang-orang tertawa, berpegangan tangan, dan berbagi cerita. Ia menyadari bahwa ia telah melewatkan semua itu, terlalu sibuk mencari cinta di dunia maya.

Arya berhenti di sebuah taman, duduk di bangku di bawah pohon rindang. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara segar memenuhi paru-parunya. Ia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Ia akan berhenti bersembunyi di balik layar dan mulai berinteraksi dengan dunia nyata.

Ia tahu bahwa ia mungkin tidak akan pernah melupakan Luna, tetapi ia juga tahu bahwa ia harus belajar dari pengalaman pahitnya. Ia akan menggunakan SoulMate.AI sebagai alat untuk menghubungkan orang lain, tetapi ia juga akan mengingatkan mereka untuk selalu berhati-hati dan waspada terhadap penipuan.

Dan yang terpenting, ia akan membuka hatinya untuk cinta, bukan hanya cinta digital, tetapi cinta yang sejati, yang tumbuh dari kejujuran, kepercayaan, dan keintiman yang tulus. Cinta yang diukir bukan di hard drive, melainkan di dalam hati.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI