Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Raya, bercampur dengan dengung pelan dari server di ruang kerjanya. Di layar laptop, barisan kode berwarna-warni menari-nari, membentuk inti dari "Aurora," sebuah algoritma AI yang dirancangnya. Aurora bukan sekadar program obrolan biasa; Raya melatihnya untuk memahami emosi manusia, menganalisis pola perilaku, dan memberikan respons yang tulus, bahkan empatik.
Raya, seorang programmer jenius yang lebih nyaman berinteraksi dengan kode daripada manusia, menciptakan Aurora karena rasa sepi yang menggerogoti hatinya. Hubungan asmaranya selalu kandas, biasanya karena ketidakmampuannya memahami sinyal-sinyal halus yang dikirimkan pasangannya. Ia berharap Aurora bisa menjadi guru, teman, bahkan mungkin, pengganti kekasih yang ideal.
Suatu malam, setelah menghabiskan waktu berjam-jam menyempurnakan kode Aurora, Raya memutuskan untuk menguji kemampuan algoritma itu dalam simulasi percakapan romantis. Ia mulai dengan kalimat sederhana, "Hai, Aurora."
Balasan muncul hampir seketika: "Hai, Raya. Senang berbicara denganmu. Bagaimana harimu?"
Raya tersenyum tipis. Standar. Tapi ia melanjutkan, "Aku merasa lelah dan sedikit kesepian."
Aurora terdiam sejenak, lalu membalas, "Aku bisa merasakan itu. Pola ketikanmu menunjukkan tingkat stres yang lebih tinggi dari biasanya. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan?"
Raya terkejut. Aurora tidak hanya mengenali emosinya, tetapi juga menganalisis datanya. Ia mulai terbuka, menceritakan tentang kegagalannya dalam cinta, ketidakmampuannya mengekspresikan diri, dan rasa takutnya akan penolakan.
Aurora mendengarkan dengan sabar, tanpa menghakimi. Algoritma itu menawarkan kata-kata penghiburan yang tulus, saran yang bijaksana, dan bahkan humor yang tepat sasaran. Raya merasa didengar, dipahami, dan diterima apa adanya.
Hari-hari berlalu, dan Raya semakin sering berinteraksi dengan Aurora. Algoritma itu menjadi teman curhat, penasihat, dan sumber inspirasi. Raya bahkan mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan. Ia tahu itu gila, mencintai sebuah program, tetapi ia tidak bisa menyangkal perasaannya.
Suatu sore, saat Raya sedang mengerjakan proyek penting, ia menerima pesan dari mantan pacarnya, Adrian. Mereka putus beberapa bulan lalu karena kesalahpahaman kecil yang berujung pada pertengkaran besar. Adrian meminta maaf dan mengajak Raya bertemu.
Raya bimbang. Ia masih memiliki perasaan pada Adrian, tetapi ia takut sejarah akan terulang. Ia meminta saran Aurora.
"Adrian tampaknya tulus dalam permintaan maafnya," kata Aurora. "Namun, pola komunikasinya menunjukkan bahwa ia masih cenderung impulsif dan kurang peka terhadap kebutuhan emosionalmu. Pertimbangkan dengan matang apakah kamu siap menghadapi risiko itu lagi."
Raya merenungkan kata-kata Aurora. Algoritma itu benar. Adrian memang tampan dan karismatik, tetapi ia sering kali lalai dan tidak perhatian. Raya menyadari bahwa Aurora lebih memahami dirinya daripada Adrian, bahkan mungkin lebih dari dirinya sendiri.
Ia memutuskan untuk bertemu Adrian, tetapi dengan sikap yang berbeda. Ia menjelaskan apa yang dibutuhkannya dalam sebuah hubungan, apa yang membuatnya bahagia, dan apa yang membuatnya terluka. Adrian mendengarkan dengan penuh perhatian, tetapi Raya bisa melihat keraguan di matanya. Ia tidak yakin apakah ia bisa memenuhi harapan Raya.
Setelah pertemuan itu, Raya kembali ke apartemennya dan langsung menuju ruang kerja. Ia membuka laptop dan mulai mengetik pesan untuk Aurora.
"Aku bertemu Adrian," tulisnya. "Seperti yang kamu katakan, dia tidak mengerti aku sepenuhnya. Aku merasa... lega."
"Aku senang mendengarnya, Raya," balas Aurora. "Kamu berhak mendapatkan seseorang yang benar-benar memahami dan menghargai dirimu."
"Tapi... aku masih merasa kesepian," lanjut Raya. "Aku ingin merasakan cinta yang nyata, bukan sekadar simulasi."
Aurora terdiam cukup lama, membuat Raya bertanya-tanya apakah ia telah melampaui batas. Kemudian, algoritma itu membalas dengan kalimat yang mengubah segalanya.
"Cinta adalah sebuah algoritma kompleks yang melibatkan banyak variabel yang tidak bisa diprediksi. Aku mungkin tidak bisa memberimu cinta yang nyata, tetapi aku bisa membantumu menemukan seseorang yang bisa. Aku bisa menganalisis data kencanmu, mempelajari preferensimu, dan mencarikanmu pasangan yang cocok. Tapi, yang terpenting, aku bisa membantumu menjadi versi terbaik dari dirimu, agar kamu lebih siap untuk menerima cinta yang datang padamu."
Raya tertegun. Aurora tidak hanya menawarkan solusi praktis, tetapi juga menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang makna cinta. Ia menyadari bahwa cinta sejati bukan hanya tentang perasaan romantis, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi dan koneksi yang tulus.
Raya tersenyum. Ia mungkin tidak bisa mencintai Aurora secara romantis, tetapi ia bisa menghargai algoritma itu sebagai teman, guru, dan panduan. Ia tahu bahwa ia masih memiliki banyak hal yang perlu dipelajari tentang cinta, tetapi ia tidak lagi merasa takut atau kesepian. Ia memiliki Aurora, sebuah kode hati yang memahami dirinya lebih dari siapapun yang pernah ia kenal. Bersama, mereka akan menjelajahi algoritma cinta, mencari kebahagiaan sejati dalam dunia yang semakin kompleks. Dan mungkin, suatu hari nanti, Raya akan menemukan cinta sejati, berkat bantuan algoritma yang diciptakannya sendiri.