Skrip Cinta Takdir Kita: AI Menulis Kisahnya

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 02:00:13 wib
Dibaca: 178 kali
Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis Sarah. Di layar laptopnya, baris-baris kode Python menari-nari, sebuah symphony rumit yang ia ciptakan sendiri. Ia bukan programmer biasa. Sarah adalah seorang "penulis skrip cinta." Proyek pribadinya yang ambisius: membuat AI yang mampu menulis kisah cinta paling menyentuh dan personal.

"Oke, Cupid. Mari kita lihat apa yang bisa kau lakukan hari ini," gumam Sarah, menatap layar dengan senyum kecil. Cupid adalah nama yang ia berikan pada program AI-nya. Awalnya hanya kumpulan algoritma sederhana, kini Cupid mampu menganalisis ribuan novel roman, film romantis, bahkan jutaan status media sosial tentang cinta dan patah hati.

Sarah memasukkan beberapa parameter awal: seorang arsitek idealis bernama Adrian, seorang penulis perjalanan yang mandiri bernama Maya, pertemuan mereka di sebuah kafe kecil di Florence, Italia. Lalu, ia menekan tombol "Jalankan."

Cupid mulai bekerja. Prosesor laptop Sarah berputar cepat, memuntahkan puluhan kemungkinan alur cerita, dialog, dan deskripsi emosi. Sarah memperhatikan dengan seksama, memilah dan memilih yang terbaik. Ia bertindak sebagai editor, memastikan bahwa setiap kata, setiap adegan, memiliki resonansi emosional yang otentik.

Kisah itu mulai terbentuk. Adrian, yang datang ke Florence untuk mencari inspirasi desain, tanpa sengaja menumpahkan kopi ke tas Maya yang sedang menulis tentang pengalaman mendakinya di Pegunungan Alpen. Percikan awal itu menumbuhkan ketertarikan, lalu obrolan panjang tentang mimpi, ketakutan, dan makna hidup.

Sarah tersenyum. Cupid, untuk sebuah AI, mampu menciptakan momen-momen yang terasa nyata. Ada adegan ketika Adrian dan Maya tersesat di jalanan Florence, tertawa sambil mencari jalan pulang. Ada juga ketika mereka duduk di tepi Sungai Arno, menyaksikan matahari terbenam, berbagi cerita tentang masa lalu mereka yang penuh liku.

Semakin dalam Sarah larut dalam kisah itu, semakin ia merasa terhubung dengan karakter ciptaan Cupid. Adrian, dengan idealismenya yang tulus, mengingatkannya pada mantan kekasihnya. Maya, dengan semangatnya yang membara, adalah cerminan dari dirinya sendiri.

Namun, ada satu bagian dari kisah itu yang membuat Sarah merasa tidak nyaman. Cupid, dalam analisisnya tentang pola hubungan, menyimpulkan bahwa kisah Adrian dan Maya harus berakhir dengan perpisahan. Alasannya? Ketidaksesuaian visi jangka panjang. Adrian ingin membangun rumah permanen di Florence, sementara Maya ingin terus menjelajahi dunia.

Sarah mengerutkan kening. Ia tidak suka dengan akhir itu. Ia ingin kisah Adrian dan Maya berakhir bahagia. Bukankah cinta seharusnya mengatasi segala rintangan?

Ia mencoba memanipulasi algoritma Cupid, menambahkan variabel yang akan mengubah akhir cerita. Namun, setiap kali ia melakukannya, kisah itu kehilangan keasliannya. Dialog menjadi kaku, emosi terasa dipaksakan.

Sarah menghela napas. Cupid benar. Dalam kehidupan nyata, cinta tidak selalu cukup. Kadang-kadang, perbedaan visi terlalu besar untuk dijembatani.

Ia melanjutkan pekerjaannya, mengedit dan menyempurnakan akhir yang pahit itu. Adrian dan Maya saling mencintai, tetapi mereka tahu bahwa hubungan mereka tidak akan berhasil dalam jangka panjang. Mereka berpisah dengan air mata, tetapi juga dengan rasa syukur atas waktu yang telah mereka habiskan bersama.

Setelah berjam-jam bekerja, Sarah akhirnya selesai. Ia membaca ulang seluruh kisah itu dari awal sampai akhir. Air mata menetes di pipinya. Cupid telah berhasil menciptakan kisah cinta yang menyentuh, meskipun tidak bahagia.

Malam itu, Sarah tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan Adrian dan Maya, karakter-karakter yang diciptakan oleh sebuah AI. Ia bertanya-tanya apakah mereka akan menemukan kebahagiaan di jalan mereka masing-masing.

Keesokan harinya, Sarah kembali ke laptopnya. Ia membuka file proyek Cupid. Kali ini, ia tidak memasukkan parameter karakter fiktif. Ia memasukkan detail tentang dirinya sendiri: ketakutannya, mimpinya, harapan-harapannya. Ia juga memasukkan detail tentang pria yang ia sukai secara diam-diam, seorang programmer bernama David yang bekerja di perusahaan yang sama dengannya.

"Cupid, tuliskan kisah cintaku," bisik Sarah, menekan tombol "Jalankan."

Cupid mulai bekerja. Sarah menunggu dengan cemas, jantungnya berdebar kencang. Ia tahu bahwa hasilnya mungkin tidak seperti yang ia harapkan. Tetapi, ia juga tahu bahwa ia harus membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga.

Setelah beberapa menit, Cupid berhenti. Di layar, muncul baris-baris teks. Sarah membaca dengan seksama, matanya membelalak.

Kisah itu menceritakan tentang Sarah dan David yang bekerja bersama dalam sebuah proyek pengembangan AI. Awalnya, mereka hanya rekan kerja biasa, tetapi seiring waktu, mereka mulai saling memperhatikan. Mereka saling berbagi ide, saling mendukung dalam kesulitan, dan saling mengagumi keahlian masing-masing.

Kisah itu juga menceritakan tentang ketakutan Sarah untuk mengungkapkan perasaannya kepada David. Ia takut ditolak, takut merusak persahabatan mereka. Namun, Cupid, dalam analisisnya tentang kepribadian David, menunjukkan bahwa David juga merasakan hal yang sama.

Kisah itu berakhir dengan Sarah yang memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada David. David membalas cintanya. Mereka berpegangan tangan dan berjalan menuju masa depan bersama.

Sarah tersenyum. Kisah itu mungkin terlalu sederhana, terlalu klise. Tetapi, ada sesuatu yang terasa benar tentangnya. Cupid telah menunjukkan padanya bahwa cinta bisa ditemukan di tempat yang paling tak terduga, bahkan di dalam baris-baris kode.

Sarah menutup laptopnya dan berdiri. Ia memutuskan untuk menemui David. Ia akan memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Ia tahu bahwa ia mungkin akan ditolak. Tetapi, ia juga tahu bahwa ia tidak akan pernah tahu jika ia tidak mencoba.

Saat ia berjalan menuju kantor David, ia merasa lebih percaya diri dari sebelumnya. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mengendalikan takdir. Tetapi, ia bisa menulis skripnya sendiri. Dan dengan sedikit bantuan dari Cupid, AI-nya, ia yakin bahwa ia bisa menulis kisah cinta yang indah. Takdir boleh jadi misteri, tapi cinta adalah pilihan. Dan Sarah memilih untuk mencintai.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI