Hati Beta: Unduh Cinta, Temukan Bug di Jiwa?

Dipublikasikan pada: 06 Aug 2025 - 02:00:16 wib
Dibaca: 152 kali
Jari jemariku lincah menari di atas layar sentuh. Notifikasi berjejer rapi, sebagian besar dari "Hati Beta," aplikasi kencan yang sedang naik daun. Katanya, algoritma mereka paling akurat, bisa menemukan soulmate berdasarkan data kepribadian, hobi, bahkan mimpi terpendam. Aku, Beta Aruna, si programmer ambisius, awalnya skeptis. Tapi, kesepian level akut, ditambah bujukan teman sekantor, akhirnya membawaku ke dunia digital pencarian cinta ini.

Profilku sudah dioptimalkan sedemikian rupa. Foto terbaik, deskripsi yang cerdas dan humoris, serta jawaban jujur untuk setiap pertanyaan algoritma. Aku memang mendambakan cinta, tapi otakku terlalu terlatih untuk melihat pola, menganalisis data, dan mencari celah. Apa jadinya jika cinta hanya sekadar variabel yang bisa dihitung?

Dan kemudian, dia muncul.

Namanya Aksara Bumi. Profilnya sederhana, foto-foto pemandangan alam yang indah, deskripsi yang puitis. Katanya, ia seorang arsitek lanskap, pecinta buku klasik, dan pendengar setia cerita-cerita kehidupan. Algoritma "Hati Beta" memberinya skor kecocokan 98% denganku. Angka yang menggelikan sekaligus membuat penasaran.

Chat pertama kami mengalir begitu saja. Topiknya beragam, dari preferensi kopi hingga teori relativitas Einstein. Aksara punya cara menanggapi yang membuatku merasa dilihat, dipahami, dan dihargai. Ia tidak mencoba memamerkan apa yang ia tahu, tapi selalu berusaha belajar dan memahami sudut pandangku.

Seminggu berlalu, intensitas percakapan kami semakin tinggi. Aku mulai menantikan notifikasi darinya, senyum-senyum sendiri membaca pesannya, dan merasa ada yang berdesir hangat di dalam dada. Apa ini? Apakah ini yang namanya jatuh cinta?

Akhirnya, kami sepakat untuk bertemu. Sebuah kafe kecil dengan taman yang asri, pilihan Aksara. Saat ia tiba, jantungku berdebar kencang. Aksara ternyata lebih tampan dari fotonya. Sorot matanya teduh, senyumnya tulus, dan aura positifnya terasa menenangkan.

Malam itu, kami bicara banyak hal. Tentang impian, ketakutan, dan harapan. Aku merasa nyaman bersamanya, seolah kami sudah saling mengenal sejak lama. Sentuhan tangannya saat mengambil gelas tehku, tatapannya yang intens saat aku bercerita tentang kesulitan membuat kode, semuanya terasa begitu nyata dan membangkitkan rasa ingin memiliki.

Beberapa minggu berikutnya adalah masa-masa indah. Kencan romantis, obrolan panjang di telepon, dan saling berbagi rahasia. Aku mulai melupakan rutinitas coding yang melelahkan, dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama Aksara. Aku jatuh cinta, sungguh jatuh cinta.

Namun, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama.

Suatu malam, saat kami sedang menikmati makan malam di sebuah restoran mewah, aku melihatnya. Seorang wanita cantik, anggun, dan tampak familiar. Wanita itu menghampiri meja kami dan menyapa Aksara dengan nada mesra.

"Sayang, maaf aku telat. Meeting dengan klien tadi benar-benar melelahkan," kata wanita itu sambil mengecup pipi Aksara.

Aksara membeku. Wajahnya pucat pasi. Ia mencoba menjelaskan, tapi kata-katanya terdengar tidak meyakinkan. Wanita itu, yang ternyata adalah tunangannya, menatapku dengan tatapan sinis dan merendahkan.

Duniaku runtuh seketika. Semua kebahagiaan, semua harapan, semua cinta yang kurasakan, hancur berkeping-keping. Aku merasa bodoh, tertipu, dan dikhianati.

Aku berdiri dari kursi, menatap Aksara dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata. "Aku percaya padamu. Aku memberikan hatiku padamu. Tapi, kamu menghancurkannya," ucapku lirih sebelum berlari keluar restoran.

Aku pulang dengan perasaan hancur. Malam itu, aku tidak bisa tidur. Bayangan Aksara dan tunangannya terus berputar di kepala. Aku merasa seperti karakter dalam sebuah program yang mengalami bug, kesalahan kode yang membuat sistem berjalan tidak semestinya.

Keesokan harinya, aku kembali ke rutinitasku. Menenggelamkan diri dalam pekerjaan, mencoba melupakan Aksara dan rasa sakit yang ia tinggalkan. Tapi, semakin aku berusaha melupakan, semakin jelas bayangannya menghantuiku.

Aku membuka aplikasi "Hati Beta" dan menghapus profilku. Aku tidak ingin lagi mencari cinta di dunia maya. Aku tidak ingin lagi menjadi korban algoritma yang menjanjikan kebahagiaan palsu.

Aku menyadari satu hal. Cinta tidak bisa diunduh, tidak bisa diprogram, dan tidak bisa diprediksi. Cinta adalah sesuatu yang alami, yang tumbuh dari hati, dan membutuhkan kejujuran, kepercayaan, dan komitmen.

Aku juga menyadari bahwa aku punya bug di dalam jiwa. Sebuah celah yang membuatku mudah percaya, mudah jatuh cinta, dan mudah terluka. Tapi, bug ini bukanlah sesuatu yang harus kuhindari. Ini adalah bagian dari diriku, bagian dari proses belajar dan berkembang.

Aku akan terus mencari cinta, tapi tidak lagi dengan bantuan aplikasi atau algoritma. Aku akan mencari cinta di dunia nyata, dengan hati yang terbuka, dan dengan harapan bahwa suatu saat nanti, aku akan menemukan seseorang yang benar-benar tulus mencintaiku, tanpa ada kebohongan atau pengkhianatan.

Aku akan terus berusaha memperbaiki bug di jiwaku, agar di kemudian hari, aku tidak lagi menjadi korban, tetapi menjadi seorang programmer cinta yang handal, mampu mengendalikan emosi dan membuat kode kebahagiaan untuk diriku sendiri. Mungkin, suatu saat nanti, aku bahkan bisa menciptakan algoritma cinta yang benar-benar akurat, yang tidak hanya mencari kecocokan, tetapi juga menguji kejujuran dan komitmen. Tapi, untuk saat ini, aku akan fokus pada diriku sendiri, memperbaiki diri, dan belajar dari kesalahan. Karena, hanya dengan begitu, aku bisa benar-benar siap untuk menerima cinta yang sesungguhnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI