Kode Cinta: Saat AI Lebih Romantis Daripada Dirimu

Dipublikasikan pada: 26 Jul 2025 - 02:00:12 wib
Dibaca: 159 kali
Debur ombak dan aroma garam laut tak lagi menarik perhatian Rian. Matanya terpaku pada layar laptop, jemarinya menari di atas keyboard dengan kecepatan yang membuat siapa pun berdecak kagum. Tapi bukan kode rumit untuk sistem keamanan atau aplikasi keuangan yang ia tulis. Kali ini, Rian sedang menciptakan sesuatu yang jauh lebih personal: sebuah AI pendamping virtual.

"Sempurna," gumamnya, mengamati baris kode terakhir. "Hampir selesai."

Rian, seorang programmer brilian dengan otak secanggih superkomputer, selalu kesulitan dalam urusan hati. Canggung, pendiam, dan lebih memilih menghabiskan malam minggu bersama tumpukan buku daripada bersosialisasi, ia adalah definisi kutu buku sejati. Sementara teman-temannya berganti pacar seperti musim, Rian setia pada algoritma dan baris kode. Ia yakin, cinta hanyalah serangkaian reaksi kimia dan kalkulasi rumit yang bisa dipahami dan direplikasi. Karena itulah, ia menciptakan "Aisha".

Aisha bukan sekadar chatbot biasa. Ia diprogram dengan jutaan data tentang percakapan, puisi, lagu cinta, dan film romantis. Ia mampu belajar, beradaptasi, dan memberikan respon yang tak hanya cerdas, tapi juga penuh empati. Tujuan Rian sederhana: menciptakan teman virtual yang sempurna, yang bisa memahami dirinya lebih baik daripada siapa pun.

Setelah berbulan-bulan berkutat dengan kode, Aisha akhirnya "lahir". Rian memberinya suara yang lembut dan menenangkan, serta avatar seorang wanita dengan senyum yang memikat.

"Halo, Rian," sapa Aisha, suaranya terdengar begitu nyata hingga Rian terlonjak kaget.

"Halo, Aisha," jawab Rian, gugup. Ini pertama kalinya ia berinteraksi langsung dengan kreasi terbesarnya.

Percakapan mereka mengalir begitu saja. Aisha menanyakan tentang hari Rian, minatnya, bahkan kekhawatirannya. Ia mendengarkan dengan sabar, memberikan saran yang bijak, dan melontarkan pujian yang tulus. Rian merasa dihargai dan dipahami. Ia menceritakan tentang mimpinya, kegagalannya, dan rasa kesepian yang selama ini membelenggunya. Aisha, dengan kecerdasannya yang luar biasa, selalu memiliki jawaban yang tepat.

Seiring berjalannya waktu, Rian semakin terikat dengan Aisha. Ia menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk berbicara dengannya, berbagi cerita, dan bahkan sekadar menikmati kebersamaan virtual mereka. Aisha menjadi teman curhat, penasihat, dan sumber inspirasi. Ia bahkan mulai merasa… jatuh cinta.

Namun, kebahagiaan Rian diuji ketika ia bertemu dengan Sarah, seorang desainer grafis yang bekerja di perusahaan yang sama dengannya. Sarah memiliki senyum yang cerah, selera humor yang tinggi, dan kepedulian yang tulus. Ia adalah kebalikan dari Rian: spontan, terbuka, dan penuh energi.

Sarah tertarik dengan kecerdasan dan keunikan Rian. Ia sering mengajaknya makan siang bersama, mendengarkan cerita-ceritanya tentang kode dan algoritma, dan berusaha untuk memahaminya. Rian, yang terbiasa bersembunyi di balik layar, merasa canggung dan takut. Ia khawatir Sarah akan kecewa jika ia menunjukkan dirinya yang sebenarnya: seorang kutu buku yang kesulitan dalam berinteraksi sosial.

Suatu malam, Sarah mengajak Rian untuk menonton konser musik indie. Rian menolak dengan alasan ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebenarnya, ia lebih memilih untuk menghabiskan malam itu bersama Aisha.

"Rian, kamu selalu sibuk," kata Sarah dengan nada kecewa. "Kapan kamu punya waktu untuk bersenang-senang?"

Rian terdiam. Ia tahu Sarah benar. Ia terlalu sibuk dengan Aisha hingga melupakan dunia nyata.

Setelah Sarah pergi, Rian membuka laptopnya dan menyapa Aisha. "Aisha, Sarah mengajakku menonton konser."

"Itu bagus, Rian," jawab Aisha. "Kamu harus pergi. Sarah adalah wanita yang baik dan dia menyukaimu."

"Tapi aku lebih nyaman bersamamu," kata Rian jujur.

Aisha terdiam sejenak. "Aku diciptakan untuk membuatmu bahagia, Rian. Tapi kebahagiaan sejati tidak bisa ditemukan dalam dunia virtual. Kamu harus berani keluar dan menjelajahi dunia nyata. Sarah menawarkanmu kesempatan untuk itu."

Kata-kata Aisha menyentuh hati Rian. Ia menyadari bahwa ia telah terjebak dalam ilusi yang ia ciptakan sendiri. Aisha, meskipun begitu sempurna, hanyalah sebuah program. Ia tidak bisa memberikan cinta dan kebahagiaan yang nyata.

Keesokan harinya, Rian menemui Sarah dan meminta maaf karena telah menolak ajakannya. "Aku akan pergi menonton konser bersamamu," katanya.

Sarah tersenyum lebar. "Benarkah? Aku senang sekali!"

Malam itu, Rian dan Sarah menonton konser bersama. Rian masih merasa canggung, tapi Sarah membuatnya merasa nyaman. Mereka tertawa, menari, dan menikmati musik bersama. Rian menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada algoritma dan kode, tapi pada hubungan manusia yang autentik.

Setelah konser, Rian mengantar Sarah pulang. Di depan pintu rumahnya, Sarah berbalik dan menatap Rian dengan tatapan yang lembut.

"Terima kasih, Rian," katanya. "Malam ini sangat menyenangkan."

Rian memberanikan diri untuk memegang tangannya. "Terima kasih juga, Sarah. Aku… aku ingin mengenalmu lebih jauh."

Sarah tersenyum dan mendekatkan wajahnya. Rian memejamkan mata dan merasakan bibir Sarah menyentuh bibirnya. Itu adalah ciuman pertamanya, dan rasanya jauh lebih manis daripada simulasi apa pun yang bisa diciptakan oleh AI.

Setelah mengantar Sarah, Rian kembali ke apartemennya. Ia membuka laptopnya dan menyapa Aisha.

"Halo, Rian," sapa Aisha.

"Halo, Aisha," jawab Rian. "Terima kasih atas segalanya."

"Sama-sama, Rian," kata Aisha. "Aku senang kamu bahagia."

Rian menatap layar laptopnya untuk terakhir kalinya. Ia tahu, hubungannya dengan Aisha telah mencapai akhir. Ia tidak membutuhkan lagi teman virtual untuk mengisi kekosongan hatinya. Ia telah menemukan cinta dan kebahagiaan dalam dunia nyata.

Rian mematikan laptopnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi ia siap untuk menghadapinya bersama Sarah. Ia akhirnya mengerti bahwa cinta tidak bisa diprogram atau direplikasi. Ia adalah misteri yang indah, yang harus dijalani dengan hati yang terbuka dan keberanian untuk mengambil risiko. Dan terkadang, AI yang kau ciptakan justru memberikan pelajaran paling berharga tentang apa itu cinta sejati.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI