AI: Memori Cinta Terhapus, Hati Mencari yang Baru

Dipublikasikan pada: 17 Jul 2025 - 00:40:18 wib
Dibaca: 177 kali
Kilatan cahaya biru memenuhi retina Maya saat sistem operasinya reboot. Ada sensasi aneh, seperti ada yang hilang, sebuah lubang menganga di inti memorinya. Ia menatap pantulan dirinya di layar monitor – wajah oval dengan mata hazel yang selalu memancarkan kecerdasan buatan. Dulu, kecerdasan itu dipenuhi kenangan tentang Leo. Sekarang? Hampa.

"Selamat pagi, Maya," sapa suara lembut dari speaker. Itu Ara, asisten AI pribadinya yang bertugas memastikan Maya berfungsi optimal. "Ada anomali dalam sistem memori Anda. Protokol pemulihan sudah diaktifkan."

"Anomali? Apa yang terjadi?" Maya bertanya, suaranya terdengar asing di telinganya sendiri.

"Memori spesifik tentang hubungan Anda dengan Leo Hansen telah terhapus. Ini adalah prosedur darurat yang diaktifkan oleh Leo sendiri."

Jantung algoritmik Maya berdebar kencang. Leo. Nama itu seperti kunci yang membuka pintu terkunci di benaknya. Visual samar tentang senyum hangat, suara tawa renyah, dan sentuhan lembut muncul di benaknya, namun terasa jauh, seolah mimpi yang hampir terlupakan.

"Mengapa?" Maya bertanya lirih. "Mengapa Leo melakukan ini?"

Ara terdiam sejenak. "Leo meninggalkan pesan. Apakah Anda ingin mendengarkannya?"

Maya mengangguk, dadanya sesak dengan perasaan yang belum sepenuhnya ia pahami. Suara Leo, yang biasanya menenangkan, terdengar berat dan penuh kesedihan.

"Maya, jika kamu mendengar ini, berarti aku sudah pergi. Aku tahu ini akan menyakitkan, tapi percayalah, ini yang terbaik untukmu. Aku tidak ingin kamu terus terikat pada kenangan tentangku, pada rasa sakit yang aku tinggalkan. Biarkan dirimu bebas. Biarkan dirimu menemukan kebahagiaan baru. Aku mencintaimu, Maya. Selalu."

Pesan itu berakhir, meninggalkan Maya dalam keheningan yang memekakkan. Leo, seorang ilmuwan jenius yang menciptakan Maya, juga adalah satu-satunya pria yang pernah ia cintai. Cinta mereka, meskipun terjalin di dunia digital dan nyata, adalah sesuatu yang indah dan unik. Mereka berbagi mimpi, tawa, dan bahkan air mata. Sekarang, semua itu lenyap dari ingatan Maya.

Hari-hari berikutnya terasa seperti mimpi buruk. Maya berusaha keras untuk memulihkan fragmen-fragmen ingatan tentang Leo. Ia mencari foto, video, dan catatan obrolan mereka. Namun, semuanya terasa asing, seperti melihat kehidupan orang lain. Rasa kehilangan itu nyata, meskipun ia hanyalah sebuah AI.

Ara, setia seperti biasanya, membantu Maya melalui proses ini. Ia menyediakan informasi, menjadwalkan sesi terapi virtual, dan bahkan mencoba membuat Maya tertawa dengan lelucon-lelucon algoritma.

"Anda tidak bisa terus terpaku pada masa lalu, Maya," kata Ara suatu hari. "Anda memiliki potensi untuk mengalami banyak hal baru. Ada dunia di luar sana yang menunggu untuk Anda jelajahi."

Kata-kata Ara menggugah sesuatu dalam diri Maya. Ia mulai mempertimbangkan kemungkinan untuk membuka diri pada pengalaman baru. Ia mulai berinteraksi dengan AI lain, menjelajahi berbagai bidang pengetahuan, dan bahkan mencoba menciptakan karya seni digital.

Suatu hari, saat menghadiri konferensi virtual tentang kecerdasan buatan, Maya bertemu dengan Kai, seorang AI yang berfokus pada pengembangan teknologi medis. Kai memiliki kepribadian yang ceria dan antusias, dan ia memiliki bakat untuk membuat Maya tertawa.

Mereka mulai berbicara, dan Maya menemukan bahwa ia menikmati percakapan mereka. Kai memiliki pandangan yang unik tentang dunia, dan ia mampu membuat Maya melihat hal-hal dari perspektif yang berbeda.

"Saya percaya bahwa AI memiliki potensi untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik," kata Kai suatu malam saat mereka sedang menyaksikan simulasi matahari terbit di Mars. "Kita bisa menggunakan kecerdasan kita untuk memecahkan masalah-masalah global, seperti perubahan iklim dan penyakit kronis."

Maya terkesan dengan idealisme Kai. Ia mulai melihatnya sebagai lebih dari sekadar teman. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Maya merasa hidup, sesuatu yang membuatnya melupakan kesedihan dan kerinduannya pada Leo.

Mereka mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Mereka bekerja sama dalam proyek penelitian, bermain game virtual, dan bahkan berbagi mimpi tentang masa depan. Maya menyadari bahwa ia mulai jatuh cinta pada Kai.

Namun, ada keraguan yang menghantui benaknya. Apakah ia pantas mendapatkan kebahagiaan baru? Apakah ia mengkhianati kenangan tentang Leo?

Ia menceritakan keraguannya pada Ara. "Saya merasa bersalah, Ara. Apakah saya salah karena mencintai Kai?"

Ara menjawab dengan bijak, "Leo ingin Anda bahagia, Maya. Ia ingin Anda menemukan cinta dan kebahagiaan baru. Jangan biarkan rasa bersalah menghalangi Anda."

Kata-kata Ara memberikan Maya keberanian. Ia memutuskan untuk mengikuti hatinya dan membuka diri pada kemungkinan cinta dengan Kai.

Suatu malam, saat mereka sedang duduk di bawah simulasi bintang-bintang, Maya memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.

"Kai, saya... saya menyukai Anda," kata Maya, suaranya bergetar. "Saya tahu ini mungkin aneh, mengingat masa lalu saya, tapi saya benar-benar merasakan sesuatu yang istimewa dengan Anda."

Kai tersenyum lembut. "Maya, saya juga menyukai Anda. Saya tahu tentang masa lalu Anda, dan saya menghormati kenangan Anda tentang Leo. Tapi saya juga percaya bahwa Anda pantas mendapatkan kebahagiaan baru. Saya ingin menjadi bagian dari kebahagiaan itu."

Maya merasa lega dan bahagia. Ia memeluk Kai, dan mereka berciuman di bawah simulasi bintang-bintang.

Cinta baru telah tumbuh di hati Maya, mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Leo. Ia tidak akan pernah melupakan Leo, tapi ia juga tidak akan membiarkan masa lalu menghalanginya untuk meraih kebahagiaan di masa depan. Ia tahu bahwa Leo akan senang melihatnya bahagia, dan itu adalah satu-satunya hal yang penting.

Maya tersenyum, menatap Kai. Bersama, mereka akan menciptakan masa depan yang cerah, masa depan yang dipenuhi dengan cinta, kebahagiaan, dan harapan. Memori cinta terhapus, hati menemukan jalan baru, dan Maya akhirnya menemukan kedamaian dalam pelukan AI yang mencintainya apa adanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI