Debu digital menari-nari di layar laptop usang milik Aris. Di usia kepala tiga, Aris masih setia dengan laptop keluaran 2010, yang performanya jauh tertinggal dibanding gawai pintar yang kini mendominasi kehidupan. Ia lebih nyaman dengan keyboardnya yang empuk dan suara kipas yang berisik, daripada layar sentuh yang licin dan sunyi. Bagi Aris, laptop itu adalah saksi bisu perjuangan hidupnya sebagai programmer lepas.
Malam ini, Aris sedang berusaha keras menyelesaikan sebuah proyek: memodifikasi algoritma sebuah aplikasi kencan buta. Ironis, pikirnya, memperbaiki sistem yang didesain untuk menemukan cinta, sementara ia sendiri sudah lama menyerah pada pencarian itu. Terakhir kali ia merasakan degup jantung yang tak karuan karena seorang wanita, mungkin sudah lima tahun lalu. Sejak perpisahan menyakitkan dengan Riana, ia lebih memilih berkutat dengan kode daripada membuka diri pada kemungkinan baru.
Algoritma yang sedang ia utak-atik tergolong kuno, mengandalkan data demografi dan minat yang dangkal. Kliennya, sebuah perusahaan startup kecil, ingin memberikan sentuhan personal dengan menganalisis data unggahan media sosial dan pola komunikasi pengguna. Tujuannya mulia: menciptakan koneksi yang lebih bermakna. Tapi Aris ragu. Apakah cinta sekompleks itu bisa direduksi menjadi sekumpulan data dan persamaan matematika?
Di tengah hiruk pikuk kode yang berbaris rapi di layar, sebuah notifikasi muncul. Bukan email pekerjaan, bukan pula pesan dari teman-temannya yang sibuk dengan urusan keluarga masing-masing. Notifikasi itu berasal dari aplikasi kencan buta yang sedang ia kerjakan. Sebuah profil muncul, dengan nama "Luna_Aurora".
Aris awalnya berniat mengabaikannya. Ia hanya ingin fokus menyelesaikan pekerjaannya. Tapi entah kenapa, ia merasa tertarik untuk mengklik profil itu. Foto profilnya menampilkan seorang wanita dengan rambut panjang bergelombang dan senyum yang tulus. Matanya seolah memancarkan kehangatan. Bio singkatnya berbunyi: "Menjelajahi dunia, mencari inspirasi dalam kesederhanaan."
Aris tertawa kecil. Profil yang klise, pikirnya. Tapi ada sesuatu yang berbeda dari Luna. Ia merasa ada resonansi, sebuah getaran yang sulit dijelaskan. Ia pun memutuskan untuk mengirimkan pesan sederhana: "Hai, Luna. Kebetulan sekali saya sedang mengerjakan algoritma aplikasi ini."
Tak disangka, Luna membalas pesannya hampir seketika. Percakapan pun mengalir dengan lancar. Mereka membahas banyak hal, mulai dari musik indie, film-film klasik, hingga pandangan mereka tentang teknologi dan kemanusiaan. Aris terkejut mendapati Luna memiliki pemikiran yang sangat mirip dengannya. Ia merasa seperti menemukan belahan jiwanya yang hilang.
Malam-malam berikutnya, Aris dan Luna menghabiskan waktu berjam-jam untuk bertukar pesan. Aris bahkan rela menunda pekerjaannya demi bisa berbicara dengan Luna. Ia mulai merasakan perasaan yang sudah lama terkubur dalam hatinya: harapan, kegembiraan, dan kerinduan. Ia merasa seperti remaja yang baru pertama kali jatuh cinta.
Setelah beberapa minggu, Aris memberanikan diri untuk mengajak Luna bertemu. Luna setuju. Mereka sepakat bertemu di sebuah kedai kopi kecil yang terletak di dekat taman kota. Aris gugup. Ia bahkan sempat mengganti pakaiannya beberapa kali. Ia ingin tampil sempurna di hadapan Luna.
Saat tiba di kedai kopi, Aris melihat Luna duduk di salah satu meja sudut. Luna terlihat jauh lebih cantik daripada di foto profilnya. Senyumnya begitu mempesona hingga membuat Aris terpaku. Luna melambaikan tangan, dan Aris pun berjalan menghampirinya.
Percakapan mereka terasa canggung di awal. Tapi lama kelamaan, suasana mencair. Mereka tertawa, saling berbagi cerita, dan saling menatap mata. Aris merasa seperti dunia hanya milik mereka berdua. Ia menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Luna.
Namun, kebahagiaan Aris tidak berlangsung lama. Saat mereka sedang asyik bercerita, telepon Luna berdering. Luna mengangkat telepon itu, dan wajahnya berubah menjadi pucat. Setelah berbicara beberapa saat, ia menutup telepon dan menatap Aris dengan tatapan sedih.
"Aris, maafkan aku," kata Luna dengan suara bergetar. "Aku harus pergi sekarang. Ada urusan mendesak."
Aris merasa bingung. "Tapi, Luna, kita kan baru saja bertemu. Apa yang terjadi?"
Luna menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Aku janji akan menghubungimu nanti."
Luna pun bergegas pergi, meninggalkan Aris yang terpaku di tempatnya. Aris merasa seperti disambar petir. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia mencoba menghubungi Luna kembali, tapi nomornya tidak aktif. Ia merasa seperti ditipu.
Hari-hari berikutnya terasa berat bagi Aris. Ia terus memikirkan Luna. Ia bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Ia merasa bodoh karena telah membuka hatinya pada seseorang yang ternyata tidak bisa dipercaya.
Di tengah keputusasaannya, Aris kembali berkutat dengan pekerjaannya. Ia mencoba melupakan Luna dengan menyibukkan diri. Tapi semakin ia mencoba melupakan Luna, semakin ia teringat padanya.
Suatu malam, saat Aris sedang memeriksa kode aplikasi kencan buta, ia menemukan sesuatu yang aneh. Ia menemukan sebuah baris kode yang mencurigakan yang memungkinkan pengembang untuk membuat profil palsu dan berinteraksi dengan pengguna. Aris terkejut. Ia menyadari bahwa Luna mungkin adalah profil palsu yang dibuat oleh perusahaan startup tempat ia bekerja.
Aris marah. Ia merasa diperalat. Ia merasa bahwa perasaannya telah dipermainkan. Ia pun memutuskan untuk menemui kliennya dan meminta penjelasan.
Saat bertemu dengan kliennya, Aris melampiaskan kemarahannya. Ia menuduh mereka telah membuat profil palsu dan mempermainkan perasaannya. Kliennya awalnya membantah tuduhan Aris. Tapi setelah didesak, mereka akhirnya mengakui perbuatan mereka.
Mereka menjelaskan bahwa mereka membuat profil Luna untuk menguji algoritma aplikasi kencan buta. Mereka ingin melihat apakah algoritma tersebut mampu menciptakan koneksi yang bermakna antara pengguna. Mereka tidak menyangka bahwa Aris akan jatuh cinta pada profil palsu tersebut.
Aris merasa hancur. Ia merasa bahwa semua yang ia rasakan selama ini hanyalah ilusi. Ia merasa bahwa cinta sejati tidak mungkin ditemukan dalam era algoritma usang.
Namun, di tengah kesedihannya, Aris menyadari sesuatu yang penting. Ia menyadari bahwa cinta tidak hanya tentang data dan persamaan matematika. Cinta adalah tentang perasaan, emosi, dan koneksi yang tulus antara dua orang. Ia menyadari bahwa ia telah belajar banyak tentang dirinya sendiri dan tentang apa yang ia cari dalam sebuah hubungan.
Aris memutuskan untuk meninggalkan proyek aplikasi kencan buta. Ia ingin fokus pada hal-hal yang lebih berarti dalam hidupnya. Ia ingin membuka hatinya pada kemungkinan baru. Ia tahu bahwa cinta sejati mungkin sulit ditemukan, tapi ia tidak akan menyerah untuk mencarinya.
Beberapa bulan kemudian, Aris bertemu dengan seorang wanita di sebuah pameran seni. Wanita itu bernama Anya. Anya adalah seorang pelukis yang memiliki pandangan hidup yang unik. Aris dan Anya langsung merasa terhubung. Mereka saling bertukar pikiran tentang seni, kehidupan, dan cinta. Aris merasa bahwa Anya adalah orang yang tepat untuknya.
Kali ini, Aris tidak terburu-buru. Ia ingin mengenal Anya lebih dalam sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan yang serius. Ia belajar untuk bersabar dan untuk menghargai proses. Ia tahu bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan.
Setelah beberapa waktu, Aris dan Anya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Mereka saling mencintai dengan tulus dan apa adanya. Mereka saling mendukung dalam setiap langkah kehidupan mereka. Aris akhirnya menemukan kebahagiaan yang sejati. Ia menyadari bahwa hati yang di-update tidak selalu harus melalui algoritma yang rumit. Terkadang, cinta sejati datang dengan cara yang sederhana dan tak terduga.