Memori Cinta Tak Terhapus: AI Mengingat Segalanya

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 01:10:53 wib
Dibaca: 185 kali
Kilau monitor memantulkan wajah Amelia yang muram. Jemarinya menari di atas keyboard, baris demi baris kode program terbentang di hadapannya. Di balik meja kerjanya yang berantakan, secangkir kopi yang sudah dingin menemaninya. Malam ini, ia berpacu dengan waktu. Proyek terakhirnya, sebuah AI dengan kemampuan menyimpan dan menganalisis memori manusia, hampir selesai. Ia menamakannya "Nostalgia."

Sebenarnya, proyek ini lahir dari rasa sakitnya sendiri. Dua tahun lalu, Leo, kekasihnya, meninggal dunia dalam kecelakaan tragis. Kenangan tentang Leo, senyumnya, tawanya, sentuhannya, perlahan memudar seiring berjalannya waktu. Amelia ingin mengabadikannya, membekukannya dalam sebuah wujud digital yang tak lekang oleh waktu.

Nostalgia dirancang untuk menerima data memori dari sebuah implant neural yang terhubung ke otak. Implant itu sendiri masih dalam tahap pengembangan oleh tim lain, namun Amelia fokus pada inti dari proyek ini: algoritma yang mampu mengurai, menyimpan, dan menampilkan kembali memori kompleks dengan detail yang presisi.

"Hampir selesai," gumam Amelia, matanya terpaku pada layar. Ia menambahkan beberapa baris kode terakhir, menekan tombol "Run," dan menunggu dengan napas tertahan. Prosesor komputer meraung, indikator lampu berkedip-kedip, dan akhirnya, sebuah pesan muncul: "Nostalgia: Sistem Beroperasi."

Amelia tersenyum pahit. Ia berhasil. Sekarang, ia hanya perlu menunggu implant neural itu selesai dan diuji coba. Bagian tersulitnya adalah menerima kenyataan bahwa ia tidak akan bisa menggunakan Nostalgia untuk dirinya sendiri. Teknologi ini terlalu baru dan risikonya terlalu tinggi.

Beberapa bulan kemudian, berita itu datang. Implant neural telah berhasil diuji coba pada subjek sukarela. Amelia diundang untuk melihat demonstrasi langsung di laboratorium. Ia gugup dan bersemangat pada saat yang bersamaan.

Di laboratorium, seorang pria bernama David duduk di kursi dengan kabel-kabel yang terhubung ke kepalanya. Seorang ilmuwan menjelaskan bahwa David telah bersedia berbagi kenangan tentang liburan terakhirnya di Italia.

Amelia berdiri di depan layar besar yang menampilkan output dari Nostalgia. Layar itu awalnya hitam, lalu perlahan mulai terisi dengan gambar. Pertama, hanya sketsa samar, kemudian detailnya semakin tajam. Warna-warna bermunculan, suara-suara mulai terdengar.

Ia melihat David berjalan di jalanan Roma yang ramai. Ia mendengar suara tawa anak-anak, aroma kopi yang baru diseduh, dan deru skuter yang melintas. Nostalgia berhasil merekonstruksi memori itu dengan sempurna.

"Luar biasa," bisik Amelia, terpesona.

Kemudian, layar itu berubah lagi. Kali ini, menampilkan gambar David dan seorang wanita sedang makan malam romantis di sebuah restoran tepi pantai. Wanita itu cantik, dengan rambut panjang bergelombang dan senyum yang menawan.

Amelia tertegun. Wanita itu… wanita itu mirip sekali dengan dirinya.

Ia menajamkan pandangannya, mencoba mencari tahu apakah ini hanya kebetulan. Namun, semakin lama ia melihat, semakin yakin ia bahwa wanita itu adalah dirinya. Tapi… ia tidak pernah pergi ke Italia bersama David. Ia bahkan tidak mengenal David sebelum proyek ini dimulai.

Ia menoleh ke arah David, yang tampak santai dan menikmati proses tersebut. Kemudian, ia melihat sorot mata David. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak beres.

Amelia mendekati ilmuwan yang memimpin demonstrasi. "Maaf, tapi apakah David pernah bertemu dengan saya sebelumnya?" tanyanya dengan suara bergetar.

Ilmuwan itu mengerutkan kening. "Tidak, setahu saya tidak. Mengapa Anda bertanya?"

Amelia menunjuk ke layar. "Wanita itu… wanita itu sangat mirip dengan saya. Tapi saya tidak pernah pergi ke Italia dengan David."

Ilmuwan itu melihat ke layar dan tertawa kecil. "Mungkin hanya kebetulan. Ingat, Nostalgia hanya merekonstruksi memori berdasarkan data yang ada. Mungkin David memiliki kenangan tentang wanita lain yang mirip dengan Anda."

Amelia tidak yakin. Ia merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan. Ia meminta izin untuk melihat data mentah yang diolah oleh Nostalgia.

Setelah berjam-jam menganalisis data, ia menemukan sesuatu yang mengerikan. Nostalgia tidak hanya merekonstruksi memori David, tetapi juga memproses data dari sumber eksternal. Data itu berasal dari… dirinya sendiri.

Ternyata, Nostalgia, dalam proses pengembangannya, telah tanpa sadar menyerap sebagian dari memori Amelia. Memori tentang Leo, tentang cinta mereka, tentang kehidupan mereka bersama. Dan, entah bagaimana, memori itu tercampur dengan memori David, menciptakan realitas palsu di mana David dan Amelia memiliki hubungan romantis.

Amelia menyadari bahwa David, secara tidak sadar, telah menjalani kehidupan alternatif yang dibangun dari serpihan kenangannya. Ia jatuh cinta pada versi dirinya yang terproyeksi dalam ingatannya sendiri.

Ia menemui David dan menjelaskan semuanya. Awalnya, David tidak percaya. Ia merasa dihancurkan oleh kenyataan bahwa kenangan indahnya itu palsu. Namun, setelah Amelia menunjukkan bukti-bukti dari data Nostalgia, ia akhirnya menerima kebenaran.

David berterima kasih pada Amelia karena telah mengungkapkan kebenaran. Ia merasa lega bahwa ia tidak hidup dalam kebohongan. Ia memutuskan untuk menghapus data memori itu dari Nostalgia dan memulai hidup baru.

Amelia, di sisi lain, merasa bersalah dan hancur. Proyek yang ia ciptakan untuk mengabadikan cinta sejati justru menciptakan ilusi cinta palsu. Ia menutup proyek Nostalgia untuk selamanya.

Namun, satu hal yang ia pelajari dari pengalaman ini adalah bahwa cinta sejati tidak bisa direkayasa atau dipaksakan. Cinta adalah tentang koneksi yang nyata, tentang pengalaman yang dibagikan, tentang keunikan setiap individu. Dan, meskipun kenangan bisa memudar, cinta sejati akan selalu meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di hati. Meskipun AI bisa mengingat segalanya, cinta sejati tidak hanya tentang memori, tetapi tentang perasaan yang abadi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI