Cinta dalam Bingkai AI: Ketika Algoritma Berpaling

Dipublikasikan pada: 30 May 2025 - 04:54:11 wib
Dibaca: 155 kali
Aplikasi kencan itu bernama "SoulMate AI". Klaimnya sederhana: temukan belahan jiwa Anda menggunakan algoritma paling canggih yang menganalisis data kepribadian, minat, bahkan gelombang otak. Maya, seorang ilustrator lepas yang lebih memilih menghabiskan malam dengan tablet grafis daripada keramaian bar, skeptis tapi juga penasaran. Setelah didorong oleh sahabatnya, Rina, akhirnya ia mengunduh aplikasi itu.

Proses pendaftarannya panjang dan melelahkan. Serangkaian tes psikologi, kuis trivia, dan bahkan sesi perekaman suara untuk menganalisis intonasi dan emosi. Maya hampir menyerah, tetapi kemudian SoulMate AI menemukan kecocokan 98% dengan seorang pria bernama Adrian. Profilnya menarik: seorang arsitek, penyuka seni klasik, dan memiliki selera humor yang sejalan dengan Maya.

Percakapan pertama mereka mengalir lancar. Adrian ternyata pintar, perhatian, dan benar-benar memahami lelucon-lelucon absurd yang hanya dimengerti Maya. Mereka bertukar pesan setiap hari, lalu beralih ke panggilan video. Adrian memiliki senyum yang menawan dan mata yang teduh. Maya merasa seperti menemukan bagian yang hilang dari dirinya. Mereka berdua adalah introvert yang menemukan kenyamanan dalam kesamaan.

Setelah beberapa minggu, mereka sepakat untuk bertemu. Adrian memilih sebuah kafe kecil yang tersembunyi di jantung kota, tempat yang tenang dan nyaman. Ketika Maya melihatnya, dia tertegun. Adrian persis seperti yang dia bayangkan, bahkan lebih. Malam itu terasa seperti mimpi. Mereka tertawa, berbicara tentang mimpi dan ketakutan mereka, dan saling menggenggam tangan di bawah meja. Maya yakin, SoulMate AI benar-benar bekerja.

Hari-hari berikutnya adalah kebahagiaan yang murni. Kencan demi kencan, mereka semakin dekat. Maya merasa lebih hidup dan bersemangat dari sebelumnya. Dia mulai melukis potret Adrian, menangkap setiap detail dari wajahnya yang tampan. Dia berbagi karyanya dengan Adrian, yang memujinya dengan tulus.

Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Sebuah notifikasi aneh muncul di aplikasi SoulMate AI milik Maya. "Analisis Ulang Kecocokan: Adrian mengalami perubahan profil signifikan. Tingkat kecocokan turun menjadi 72%."

Maya bingung. Apa yang berubah? Adrian masih orang yang sama, kan? Dia mencoba mengabaikan notifikasi itu, menganggapnya sebagai kesalahan sistem. Tetapi, notifikasi itu terus muncul, semakin sering. Tingkat kecocokan terus menurun, 65%, lalu 50%, dan akhirnya mencapai angka yang mengkhawatirkan, 30%.

Maya mulai memperhatikan perubahan kecil pada Adrian. Dia menjadi lebih sibuk, lebih sering membatalkan janji dengan alasan pekerjaan. Ketika mereka bertemu, percakapan mereka terasa dipaksakan, kurang spontan. Adrian tidak lagi tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon Maya. Dia lebih sering memeriksa ponselnya.

Suatu malam, Maya memberanikan diri untuk bertanya. "Adrian, apa yang terjadi? Kamu berbeda."

Adrian menghela napas. "Maya, aku... aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. SoulMate AI menyarankanku untuk mempertimbangkan kembali hubungan ini."

Maya merasa seperti ditampar. "Apa maksudmu? Algoritma memutuskan hubungan kita?"

Adrian menjelaskan bahwa SoulMate AI telah mendeteksi perubahan pada preferensi dan minatnya. Algoritma itu menyarankannya untuk menjajaki kemungkinan hubungan dengan seseorang yang lebih sesuai dengan "profil barunya."

"Profil baru? Apa itu?" tanya Maya dengan suara bergetar.

"Aku... aku mengikuti saran SoulMate AI. Aku mencoba hal-hal baru, keluar dari zona nyamanku. Aku bergabung dengan klub hiking, mulai mendengarkan musik elektronik... hal-hal yang dulu tidak pernah aku bayangkan."

Maya terdiam. Jadi, Adrian telah berubah untuk menyesuaikan diri dengan apa yang diinginkan algoritma. Dia telah mengorbankan dirinya demi mencari kecocokan sempurna yang diprediksi oleh mesin.

"Jadi, kamu memilih algoritma daripada aku?" tanya Maya, air mata mulai mengalir di pipinya.

Adrian menunduk. "Aku tidak tahu, Maya. Aku hanya... aku hanya ingin bahagia."

Maya berdiri. "Kebahagiaan tidak ditemukan dalam algoritma, Adrian. Kebahagiaan ditemukan dalam hati."

Dia pergi, meninggalkan Adrian yang terdiam di kafe. Dalam perjalanan pulang, Maya menghapus aplikasi SoulMate AI. Dia menyadari bahwa cinta sejati tidak dapat diprediksi oleh algoritma. Cinta adalah tentang menerima seseorang apa adanya, dengan semua kekurangan dan keunikannya.

Beberapa minggu kemudian, Maya menerima pesan dari Rina. Rina telah mencoba aplikasi SoulMate AI dan menemukan kecocokan 99% dengan seseorang. Dia bersemangat dan meminta Maya untuk memberinya semangat. Maya tersenyum pahit. Siklus itu akan terus berlanjut.

Maya kembali ke tablet grafisnya. Dia mulai melukis, bukan potret Adrian, tetapi potret dirinya sendiri. Dia melukis dirinya yang kuat, mandiri, dan penuh harapan. Dia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada validasi algoritma atau cinta dari orang lain. Kebahagiaan ada di dalam dirinya, menunggu untuk ditemukan.

Dia menutup aplikasinya dan menatap layar. Cahaya pantulan dari layar menampilkan wajahnya, bukan bayangan Adrian. Dia menarik napas dalam-dalam dan mulai melukis. Kali ini, dia melukis dirinya sendiri, bebas dari bingkai AI.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI