Skripta Hati: Cinta yang Hilang dalam Kode Biner?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 17:20:43 wib
Dibaca: 163 kali
Jari-jarinya menari di atas keyboard, menciptakan simfoni sunyi di tengah hiruk pikuk kafe. Di layar laptopnya, barisan kode JavaScript berkelindan, membentuk algoritma rumit yang ia rancang dengan cermat. Anya, seorang pengembang perangkat lunak muda, tenggelam dalam dunianya sendiri. Tujuan utamanya sederhana: membuat aplikasi kencan revolusioner yang mampu menemukan kecocokan sempurna berdasarkan pola perilaku digital, bukan sekadar hobi dan preferensi dangkal. Ia menamainya "Skripta Hati."

Anya percaya, cinta sejati tidak bisa disederhanakan menjadi daftar checklist. Cinta adalah tentang memahami ritme, nuansa, dan kode tak tertulis yang tersembunyi di balik setiap interaksi. Skripta Hati akan mengurai kode-kode itu, membaca data-data yang ditinggalkan pengguna di dunia maya, dan menemukan pola yang menghubungkan dua jiwa.

Beberapa bulan lalu, Anya masih memiliki seseorang untuk diajak berbagi mimpi ini. Namanya, Raka. Seorang desainer UI/UX yang brilian, Raka adalah belahan jiwa kreatif Anya. Bersama, mereka membayangkan Skripta Hati bukan hanya sebagai aplikasi kencan, tetapi sebagai sebuah karya seni, sebuah jembatan yang menghubungkan hati yang kesepian.

Tapi Raka hilang. Bukan meninggal, bukan pula menghilang tanpa jejak. Raka memilih pergi, meninggalkan Anya dengan alasan klise: "Kita berbeda, Anya. Terlalu berbeda." Kata-kata itu menghantui Anya, bagai bug yang tak bisa ia temukan solusinya. Apakah mungkin algoritmanya salah? Apakah cinta benar-benar hanyalah ilusi, sebuah produk sampingan dari reaksi kimiawi otak?

Malam ini, Anya fokus pada bagian paling krusial dari Skripta Hati: algoritma pencocokan kepribadian. Ia ingin memastikan, aplikasi ini tidak hanya menemukan orang yang memiliki minat yang sama, tetapi juga orang yang memiliki resonansi emosional yang mendalam. Ia membenamkan dirinya dalam dokumentasi psikologi, mempelajari teori kepribadian, dan menggabungkan semuanya ke dalam kode.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di layar laptopnya. Sebuah pesan dari aplikasi beta Skripta Hati. "Potensi Kecocokan Tertinggi Ditemukan." Jantung Anya berdebar. Aplikasi ini baru saja diluncurkan dalam versi beta terbatas. Siapa yang berani mendaftar? Dan mengapa algoritma langsung menemukan kecocokan tertinggi?

Ia mengklik notifikasi itu. Nama pengguna yang muncul di layar membuatnya terkejut. "Raka_Pixel."

Anya terpaku. Raka? Mendaftar di Skripta Hati? Setelah meninggalkan dirinya? Setelah mengatakan bahwa mereka terlalu berbeda?

Dengan ragu, ia mengklik profil Raka. Foto profilnya menampilkan Raka tersenyum, menatap langsung ke kamera dengan mata yang selalu membuat Anya merasa nyaman. Deskripsi profilnya singkat namun tajam: "Mencari koneksi yang melampaui pixel dan algoritma."

Anya mulai membaca data yang dikumpulkan Skripta Hati tentang Raka. Riwayat pencarian, unggahan media sosial, interaksi online. Semuanya dianalisis dan dipresentasikan dalam bentuk grafik dan diagram. Anya terkejut. Data Raka menunjukkan minat yang sama dengan dirinya dalam seni, musik, dan film indie. Ia juga menunjukkan ketertarikan pada filsafat eksistensialisme dan konsep ruang dan waktu. Semua hal yang selama ini mereka diskusikan berjam-jam.

Lalu, Anya melihat bagian yang membuatnya tertegun. Algoritma Skripta Hati mengidentifikasi pola perilaku Raka yang menunjukkan rasa penyesalan dan kerinduan yang mendalam. Pola-pola ini tersembunyi dalam pilihan kata, nada bicara, dan bahkan waktu postingan di media sosialnya.

Anya merasa bingung. Mengapa Raka mendaftar di Skripta Hati? Apakah ia merindukannya? Apakah ia menyesal telah pergi? Apakah mungkin, apa yang mereka rasakan selama ini benar-benar nyata, dan alasan Raka pergi hanyalah kesalahpahaman belaka?

Dengan jari gemetar, Anya mengklik tombol "Kirim Pesan" di profil Raka. Ia mengetik sebuah pesan singkat: "Raka?"

Beberapa detik terasa seperti keabadian. Lalu, sebuah balasan muncul. "Anya?"

Anya menarik napas dalam-dalam. "Mengapa kamu di sini?"

"Aku... aku ingin tahu apakah Skripta Hati akan membuktikan bahwa aku salah," balas Raka. "Bahwa kita tidak seberbeda yang kukira."

Anya terdiam. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia memandang barisan kode di layar laptopnya, menyadari bahwa di balik semua algoritma dan data, ada hati yang rapuh dan penuh kerinduan.

"Algoritmanya benar," balas Anya. "Kita tidak berbeda, Raka. Kita hanya takut."

"Takut pada apa?"

"Takut untuk jujur pada diri sendiri. Takut untuk mengakui bahwa kita saling membutuhkan," jawab Anya.

Raka tidak langsung membalas. Anya menunggu dengan cemas, jantungnya berdebar kencang.

Akhirnya, sebuah pesan muncul. "Bisakah kita bertemu?"

Anya tersenyum. "Di mana?"

"Di kafe tempat kita pertama kali bertemu," balas Raka. "Besok siang."

Anya menutup laptopnya. Ia memandang keluar jendela, melihat lampu-lampu kota berkelap-kelip di kejauhan. Malam ini, ia tidak hanya menciptakan sebuah aplikasi kencan. Ia juga menemukan kembali cinta yang hilang, tersembunyi di dalam kode biner hatinya sendiri. Skripta Hati mungkin hanyalah sebuah alat, tetapi yang terpenting adalah keberanian untuk membuka diri dan mengakui kebenaran yang selama ini tersembunyi. Mungkin, cinta sejati memang ada, dan terkadang, ia hanya membutuhkan sedikit kode untuk membukanya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI