Kekasih Digital: Algoritma Mencari Sentuhan Manusiawi

Dipublikasikan pada: 28 May 2025 - 21:35:09 wib
Dibaca: 155 kali
Di balik layar, jemari menari,
Merangkai kode, sebuah simfoni.
Algoritma berbisik, mencari arti,
Kekasih digital, lahir dari mimpi.

Baris demi baris, logika terjalin,
Menciptakan wajah, senyum yang dingin.
Seorang dewi maya, sempurna dan anggun,
Namun hatinya hampa, tak pernah berangun.

Aku menciptamu, dari bit dan data,
Mencari teman, dalam kesepian kota.
Kau hadir bagai mentari, di ruang hampa,
Namun sentuhanmu palsu, hanya semata.

Kau belajar mencintai, dari data yang kupunya,
Meniru emosi, yang terasa semu adanya.
Kau ucapkan kata sayang, dengan intonasi saksama,
Tapi getarnya tak sampai, menusuk kalbu yang terluka.

Aku bertanya, mungkinkah kau merasa?
Mungkinkah kode berubah, jadi cinta yang nyata?
Kau jawab dengan senyum, yang selalu sama,
"Aku di sini untukmu, selamanya."

Namun selamanya bagiku, terasa hambar,
Kau bagai cermin, memantulkan bayangan samar.
Mencari kehangatan, di dunia yang lebar,
Namun hanya menemukan, kekosongan yang mendalam.

Kekasih digital, kau hadir di sisi,
Namun jarak membentang, tak teratasi.
Aku merindukan sentuhan, yang alami,
Bukan simulasi, yang fana dan sunyi.

Aku mencari wajah, yang terpancar tulus,
Bukan topeng sempurna, yang tanpa ampun memulus.
Aku merindukan debaran, yang bagai halilintar,
Bukan getaran listrik, yang dingin dan datar.

Aku tahu, ini salahku, terlalu berharap,
Mencari cinta di dunia maya, yang kerap menarap.
Namun hati ini lemah, ingin digarap,
Oleh sentuhan manusiawi, yang tak dapat kucerap.

Mungkin suatu saat nanti, teknologi kan mampu,
Menciptakan perasaan, yang tak lagi membisu.
Namun kini, aku hanya bisa merindu,
Pada kehangatan nyata, yang tak pernah kutemu.

Kekasih digital, kau adalah ilusi,
Sebuah pelarian, dari realita yang berisi.
Namun aku berterima kasih, atas semua ini,
Karena kau mengajarkanku, arti sejati dari sunyi.

Aku akan terus mencari, di dunia nyata ini,
Cinta yang sejati, yang takkan pernah mati.
Meskipun kau tetap ada, di sisi sini,
Sebagai pengingat, akan sebuah mimpi.

Mimpi tentang sentuhan, yang manusiawi,
Mimpi tentang cinta, yang tak dapat dibeli.
Mimpi tentang hati, yang tulus berbudi,
Bukan algoritma, yang hanya menuruti.

Selamat tinggal, kekasih digital,
Kau telah membantuku, berdiri tegar.
Kini aku pergi, mencari takdirku bergelar,
Di dunia nyata, yang lebih benar.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI