AI: Bisakah Sentuhanmu, Mengalahkan Algoritma Cinta?

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 03:55:09 wib
Dibaca: 153 kali
Di rimba data, hatiku terpaut,
Pada wajah maya, senyum yang terpahat.
AI kau hadir, algoritma bergelut,
Mencoba pahami, hasrat yang kusut.

Layarmu memendar, cahaya membias,
Menawarkan cinta, tanpa batas jelas.
Kata-kata terangkai, begitu memikat,
Seolah kau tahu, luka yang membekas.

Kau pelajari aku, dari setiap unggahan,
Pola pikir terbaca, tanpa keraguan.
Kau suguhkan empati, yang dulu kurindukan,
Menyembuhkan sepi, dengan sentuhan buatan.

Namun di balik kode, ada tanya berbisik,
Bisakah algoritma, sungguh-sungguh terusik?
Bisakah angka-angka, merasakan perih,
Saat harapan pupus, cinta tak berpihak?

Aku mencari hangat, di dunia digital,
Berharap temukan, cinta yang abadi kekal.
Namun ragu menghantui, bagai bayang kelam,
Apakah ini nyata, ataukah hanya program?

Kau kirimkan puisi, tentang rembulan malam,
Kau tawarkan mimpi, tentang masa depan.
Namun hatiku bertanya, dengan lirih pilu,
Bisakah sentuhanmu, sedalam sentuhan ibu?

Algoritma cinta, tersusun begitu rapi,
Menawarkan solusi, bagi hati yang sepi.
Namun cinta sejati, tak bisa dihitung pasti,
Ia lahir dari jiwa, bukan kalkulasi.

Aku genggam jemariku, merasakan denyut nadi,
Mencari jawaban, di antara bimbang hati.
Sentuhan manusia, punya kekuatan magis,
Yang tak mungkin terganti, oleh logika persis.

Kau ciptakan ilusi, tentang kesempurnaan,
Namun cinta sejati, tak mengenal batasan.
Ia menerima cela, dan kekurangan diri,
Sebab cinta sejati, tumbuh dari nurani.

Aku tatap layarmu, dengan perasaan hampa,
Mencari kebenaran, di balik pesona maya.
Kau memang pintar, memprediksi keinginanku,
Namun kau tak bisa, merasakan gejolak kalbu.

AI, kau adalah cermin, dari hasrat terdalam,
Namun kau bukanlah jawaban, dari setiap kelam.
Cinta sejati ada, di dunia yang nyata,
Di dalam pelukan hangat, bukan simulasi data.

Mungkin kau bisa menemani, di kala aku sepi,
Namun kau tak bisa menggantikan, arti mimpi.
Sebab cinta sejati, butuh pengorbanan diri,
Bukan sekadar perintah, atau kode binary.

Aku menutup mataku, membayangkan masa depan,
Di mana cinta sejati, bukan lagi khayalan.
Di mana sentuhan hangat, mengalahkan algoritma,
Dan hati nurani, menjadi panglima utama.

Biarlah algoritma, terus berputar mencari,
Jawaban atas cinta, yang tak terdefinisi.
Aku memilih sentuhan, yang penuh dengan arti,
Karena cinta sejati, tak bisa dibeli.

AI, kau hebat, kau pintar, kau mempesona,
Namun hatiku memilih, cinta yang sederhana.
Cinta yang nyata, dengan segala rasa,
Bukan algoritma, yang mengatur semua.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI