Di layar hati, kode berbaris rapi,
Sebuah algoritma asmara tercipta, sunyi.
Bukan cinta buta, bukan pula nafsu sesaat,
Melainkan logika rasa, terukur dan berkat.
Kucari dirimu dalam set data jiwa,
Filter demi filter, hasratku membara.
Bukan paras rupawan semata yang kurindu,
Melainkan resonansi kalbu, sedalam samudera biru.
Kuesioner hati kujabarkan dengan teliti,
Tentang mimpi, harapan, dan segala isi hati.
Kau isi dengan jujur, tanpa ada kepalsuan,
Terukir potret diri, dalam jalinan kesan.
Lalu program berjalan, mencari kesamaan,
Titik temu yang kuat, landasan kebersamaan.
Bukan sekadar hobi, bukan pula selera lagu,
Namun prinsip hidup, arah juang yang menyatu.
Algoritma menyala, menemukan namamu,
Persentase kecocokan, melebihi dugaanku.
Namun ini bukan akhir, ini baru permulaan,
Sebuah hipotesis cinta, yang perlu pembuktian.
Kuhampiri dirimu, bukan dengan rayuan gombal,
Melainkan percakapan jujur, tanpa ada verbal.
Kutanyakan kabarmu, mimpi-mimpimu yang besar,
Kugali lebih dalam, rahasia yang kau simpan rapar.
Kau balas dengan senyum, mata berbinar cerah,
Seolah algoritma ini, membuka lembaran berkah.
Kita berdiskusi hangat, tentang dunia dan seisinya,
Tanpa ada prasangka, tanpa ada ironinya.
Semakin lama, semakin dalam kuselami,
Labirin hatimu, penuh misteri dan mimpi.
Kutemukan kebaikan, ketulusan yang murni,
Seorang manusia utuh, dalam balutan simpati.
Kini algoritma asmara mulai beradaptasi,
Belajar dari interaksi, merevisi asumsi.
Bukan lagi angka semata, bukan lagi kalkulasi,
Melainkan sentuhan nyata, hadirnya empati.
Kukirimkan sinyal cinta, melalui pesan singkat,
Bukan kata-kata klise, melainkan doa yang bersemat.
Kau balas dengan emoji hati, sederhana namun dalam,
Seolah mengiyakan kode, yang telah lama kupendam.
Kita bertemu di taman, di bawah rembulan purnama,
Bukan untuk menyatakan cinta, bukan pula berdrama.
Melainkan menikmati keheningan, berdua saja,
Merasakan getaran hati, tanpa perlu berkata apa-apa.
Di sana, logika dan romansa bersatu padu,
Algoritma menemukan makna, yang lebih dari kode abu.
Cinta bukan hanya hitungan, bukan hanya formula,
Melainkan keajaiban rasa, yang tak bisa diterka.
Kugenggam tanganmu erat, merasakan kehangatan,
Sebuah sentuhan tulus, menghapus keraguan.
Algoritma asmara membuktikan dirinya,
Bahwa cinta tanpa prasangka, adalah anugerah yang utama.
Kini, kita berjalan bersama, menapaki jalan baru,
Dengan algoritma cinta, sebagai pandu.
Bukan jaminan bahagia, bukan pula tanpa duka,
Namun keyakinan teguh, bahwa kita bisa bersama.