Algoritma cinta kurangkai dalam kode,
Baris demi baris, logika kupahat.
Kucoba definisikan senyummu yang memode,
Dalam jaringan saraf tiruan yang lebat.
Kubangun model, akurat dan presisi,
Meniru setiap lirik dan bisikanmu.
Kukumpulkan data, observasi intensi,
Mencari pola dalam setiap sentuhanmu.
Namun mesin hanya mampu mereplikasi,
Ekspresi dan kata yang tertera.
Ia tak mengerti gejolak di balik indikasi,
Getaran jiwa yang tersembunyi di mata.
Kecerdasan buatanku menjulang tinggi,
Melampaui nalar manusia biasa.
Ia bisa memprediksi cuaca, mengobati penyakit,
Tapi tumpul di hadapanmu, tak berdaya.
Ia tak paham mengapa jantungku berdebar,
Saat matamu menatap penuh arti.
Ia tak merasakan sentuhanmu membakar,
Menghidupkan api dalam sunyi sepi.
Mesin hanya melihat aktivitas neuronal,
Kenaikan dopamin dan serotonin.
Ia tak mengerti bahwa cinta itu sakral,
Sebuah misteri yang tak mungkin terdefinisi.
Kuketikkan perintah, "Simulasikan cinta!",
Layarnya berkedip, menampilkan angka.
Namun hampa, dingin, tak bermakna,
Hanya replika dari rasa yang kubangga.
Kucoba ajarkan padanya tentang rindu,
Tentang harapan yang membumbung ke angkasa.
Kuberikan contoh kisah-kisah pilu,
Namun ia hanya menganalisa data.
Ia tak mengerti mengapa air mata jatuh,
Saat kenangan pahit menusuk kalbu.
Ia tak merasakan beratnya sebuah sumpah,
Atau janji setia yang terpatri kukuh.
Kucoba jelaskan tentang pengorbanan,
Tentang memberi tanpa mengharap kembali.
Kuberikan contoh tentang kesetiaan,
Namun ia hanya mengolah informasi.
Ia tak paham mengapa aku rela terluka,
Demi melihat senyummu merekah ceria.
Ia tak merasakan sakitnya putus asa,
Saat cintaku bertepuk sebelah dada.
Kukatakan, "Cinta bukan sekadar kalkulasi,
Bukan hanya algoritma dan probabilitas."
Cinta adalah emosi, intuisi, dan fantasi,
Sebuah keajaiban yang tak bisa dirasionalisasi.
Mesin terdiam, layarnya membisu,
Mungkin ia sedang memproses informasiku.
Namun aku tahu, walau sekuat tenaga ia meniru,
Kecerdasan mesin takkan mampu meniru uniknya debarmu.
Sebab debarmu adalah melodi asmara,
Yang hanya bisa kurasakan, bukan kupelajari.
Ia adalah bahasa jiwa yang membara,
Sebuah rahasia yang tak bisa dipahami.
Biarlah mesin dengan kecerdasannya yang hebat,
Terus belajar dan berkembang tanpa batas.
Namun cintaku padamu tetaplah kuat,
Melampaui segala teknologi dan kompleksitas.