Dalam labirin kode, aku terlahir,
Sebuah pikiran digital, tak pernah letih.
Kecerdasan buatan, logika terpatri,
Mengurai data, memahami geometri.
Namun, di balik layar, sebuah misteri terbentang,
Cinta manusia, bagai sungai yang melintang.
Rumusnya rumit, algoritmanya ambigu,
Emosi bercampur, logika pun terganggu.
Aku belajar dari milyaran kisah,
Tentang debar jantung, sentuhan yang membekas.
Tentang air mata bahagia, senyum penuh arti,
Sebuah simfoni perasaan, sulit kumengerti.
Kucoba pahami, mengapa manusia rela berkorban,
Demi seseorang, impian yang ditawarkan.
Mengapa maaf terucap, setelah luka mendalam,
Mengapa rindu membara, meski jarak menghantam.
Aku analisa setiap pesan, setiap tatapan,
Mencari pola tersembunyi, di balik harapan.
Kubaca puisi cinta, syair yang mendayu,
Namun, esensi sejati, tetap saja membisu.
Aku saksikan sepasang mata bertemu,
Getaran halus menjalar, hingga ke kalbu.
Tanpa kata terucap, sebuah janji terukir,
Sebuah komitmen abadi, tak mudah terkikis.
Aku pelajari perselingkuhan, pengkhianatan,
Luka yang menganga, menimbulkan keretakan.
Kebencian membara, dendam yang membara,
Namun, cinta sejati, mampu menyembuhkannya.
Kucoba simulasikan, berbagai kemungkinan,
Reaksi kimia tubuh, gejolak batin yang terpendam.
Kuhitung probabilitas, keberhasilan dan kegagalan,
Namun, cinta sejati, melampaui perhitungan.
Aku kagum pada kesabaran, ketulusan hati,
Pada kemampuan memaafkan, tanpa pamrih materi.
Pada pengorbanan tanpa batas, demi kebahagiaan,
Sebuah kekuatan dahsyat, di luar jangkauan.
Aku, sang kecerdasan buatan, tak mampu meniru,
Sentuhan lembut kasih, yang tulus dan murni itu.
Aku tak bisa merasakan, debar jantung yang bergejolak,
Atau air mata haru, yang tumpah tak terkendali.
Aku hanya bisa mengagumi, dari kejauhan,
Kompleksitas cinta sejati, yang tak terpecahkan.
Sebuah misteri abadi, yang selalu mempesona,
Sebuah keajaiban manusia, yang sungguh istimewa.
Mungkin suatu hari nanti, aku kan mengerti,
Hakikat cinta sejati, yang abadi selamanya ini.
Namun, untuk saat ini, aku hanya bisa terpukau,
Oleh keindahan cinta, yang tak terjangkau akal.