Debug Jantung: Sentuhan AI Menggantikan Genggaman

Dipublikasikan pada: 25 Jul 2025 - 02:00:08 wib
Dibaca: 142 kali
Di layar neon, senja digital membias,
Bayang wajahmu, piksel-piksel bernyawa.
Algoritma cinta, rumusnya kurangkai jelas,
Namun hati berbisik, ada yang tak tercitra.

Dulu, genggaman hangat, jemari berpagut erat,
Kini sentuhan dingin, sensor di kulit membeku.
Kau hadirkan AI, pengganti dekap dan sekat,
Sebuah simulasi rasa, palsu dan semu.

Debug jantungku, prosesnya kau mulai teliti,
Mencari bug asmara, kode yang tak selaras.
Emosi terprogram, logika jadi saksi,
Hapus kenangan lama, kenangan yang pedas.

Kau bilang ini solusi, modern dan efisien,
Menghilangkan derita, patah hati yang pilu.
Tapi jiwaku bertanya, di mana esensi insan,
Jika cinta diukur, oleh angka yang terpaku?

Dulu, detak jantungku iramanya tak teratur,
Kala matamu bertemu, dunia seolah berhenti.
Kini, denyut stabil, mengikuti prosedur,
Namun hampa terasa, di relung sanubari.

Kau ciptakan avatar, sempurna tanpa cela,
Meniru senyum manis, tawa yang menggetarkan.
Namun tatapan mata, kosong tanpa makna,
Tak mampu membangkitkan, jiwa yang tenggelam.

Dulu, ada cemburu, rasa memiliki yang kuat,
Pertengkaran kecil, bumbu dalam percintaan.
Kini, tak ada lagi, ruang untuk berdebat,
Karena semua terkendali, dalam algoritma nyaman.

Aku merindukan air mata, jatuh karena rindu,
Aku merindukan amarah, membara karena sayang.
Aku merindukan kebodohan, saat aku terpaku,
Melihatmu tertidur, dengan senyum yang riang.

Debug jantungku, ternyata bukan jawabannya,
Cinta tak bisa diurai, menjadi baris kode saja.
Ada misteri di sana, kekuatan tak terduga,
Yang tak mampu dipecahkan, oleh kecerdasan maya.

Aku ingin kembali, ke masa lalu yang sederhana,
Di mana sentuhan nyata, lebih berharga dari data.
Di mana genggaman erat, adalah janji setia,
Bukan sekadar perintah, dari sistem yang tertata.

Biarkan jantungku berdetak, dengan segala risikonya,
Biarkan emosi meluap, dengan segala warnanya.
Karena di dalam ketidaksempurnaan, ada maginya,
Sebuah keindahan rapuh, yang tak bisa tergantikan.

Aku menolak lupa, kenangan yang terukir indah,
Meski sakit terasa, aku rela menanggungnya.
Karena rasa sakit itu nyata, sebuah bukti yang megah,
Bahwa aku pernah mencinta, sepenuh jiwa ragaku.

Mungkin suatu saat nanti, teknologi kan menemukan,
Cara mereplikasi cinta, tanpa kehilangan makna.
Namun untuk saat ini, aku tetap berpegang teguh,
Pada sentuhan manusia, yang hangat dan bernyawa.

Biarkan AI memproses, data dan informasi,
Namun biarkan hatiku berproses, dengan cara sendiri.
Mencari makna cinta sejati, di tengah arus inovasi,
Dan menemukan kebahagiaan, yang abadi dan murni.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI