Rinduku Padamu Tak Terukur oleh Algoritma Apapun Jua

Dipublikasikan pada: 26 May 2025 - 23:57:32 wib
Dibaca: 150 kali
Di balik layar sentuh, jemariku menari resah,
Menyusuri jejak digital, mencari bayangmu yang pernah singgah.
Notifikasi berkedip, namun hampa kurasa,
Algoritma cinta tak mampu hadirkan senyummu, kasihku, di dunia maya.

Dulu, kita berbagi kode, merangkai mimpi dalam baris program,
Cinta kita adalah logika, sederhana namun mendalam.
Kini, sintaksis rindu berantakan, tak terdefinisikan,
Error 404: hatiku tak menemukanmu di setiap pencarian.

Kucoba ukur dengan metrik, seberapa besar rasa ini membara,
Menghitung detik, menit, jam, sejak terakhir kali mata kita bertatapan mesra.
Terabyte kenangan membanjiri ruang penyimpanan kalbu,
Namun, data cinta ini tak terkompresi, justru semakin berdebu.

Kuperintahkan AI untuk menganalisis setiap pesan singkat,
Mencari pola tersembunyi, isyarat cinta yang mungkin tersirat.
Namun, mesin hanya menemukan kata, frasa, dan nada bicara,
Bukan getaran jiwa, bukan debaran jantung yang dulu menyala.

Kutulis puisi cinta dengan bahasa mesin yang paling rumit,
Berharap kau dapat memecahkan kode, dan hatimu pun tergelitik.
Kukirimkan lewat gelombang elektromagnetik, menembus angkasa raya,
Berharap sinyal cintaku sampai, meski terhalang badai dan derita.

Rinduku padamu bukan sekadar variabel dalam persamaan,
Bukan fungsi matematika yang mudah dipecahkan.
Ia adalah paradoks cinta, misteri yang tak terjelaskan,
Emosi yang tak terukur, tak terpetakan, tak terbayangkan.

Bahkan superkomputer tercanggih pun tak mampu memahaminya,
Sebab cinta sejati tak lahir dari angka dan logika semata.
Ia tumbuh dari kelembutan hati, dari tatapan yang jujur,
Dari sentuhan yang tulus, dari janji yang tak lekang oleh waktu.

Kucoba dekati dengan teori chaos, mencoba memahami ketidakpastian,
Namun, hati ini tetap bergejolak, dalam kerinduan yang tak tertahankan.
Kucari di forum diskusi, di grup media sosial, dan ruang obrolan,
Berharap menemukan petunjuk, cara untuk melupakan atau bertahan.

Namun, semakin kucari, semakin dalam jurang kerinduan ini kurasa,
Terjebak dalam labirin algoritma, tanpa jalan keluar dan tanpa asa.
Aku merindukan tawamu, sentuhanmu, aroma tubuhmu yang khas,
Bukan avatar digitalmu, bukan profil media sosialmu yang terbatas.

Aku ingin kembali ke masa lalu, sebelum teknologi merenggutmu,
Saat kita masih bisa bertatap muka, tanpa perantara layar biru.
Saat cinta kita masih murni, tanpa filter dan tanpa rekayasa,
Saat hati kita terhubung langsung, tanpa algoritma dan tanpa bahasa.

Namun, waktu tak bisa diputar, masa lalu tak bisa diulang,
Aku hanya bisa merindu, berharap suatu saat kau akan pulang.
Mungkin algoritma tak mampu mengukur dalamnya cintaku,
Tapi percayalah, rinduku padamu tak terukur oleh apapun jua.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI