Di layar kaca, bias pantulan wajahmu,
Menari lembut di antara piksel biru.
Jejak karbon digital cinta kita bersemi,
Dalam algoritma, terpatri abadi.
Dulu, surat cinta beraroma lavender,
Kini, deretan kode, pesan yang terukir.
Dulu, tatap mata, debar jantung terasa,
Kini, emoji senyum, menggema di angkasa.
Kilobyte rindu, terkirim tanpa jeda,
Megabyte sayang, memeluk jiwa.
Gigabyte kenangan, tersimpan selamanya,
Terenkripsi aman, di awan maya.
Kita adalah sepasang avatar digital,
Menjelajah dunia virtual yang tak kenal lelah.
Bertemu di forum, berdebat penuh minat,
Lalu, jatuh cinta, dalam jaringan yang rapat.
Setiap unggahan, jejak kaki kita tertera,
Menyusuri labirin informasi tak terkira.
Setiap komentar, riak gelombang asmara,
Membentuk pusaran cinta, tiada tara.
Namun, di balik kemudahan, tersembunyi dilema,
Jejak karbon digital, ancaman yang tersembunyi lama.
Server yang lapar, menghisap energi tanpa henti,
Menyumbang polusi, merusak bumi pertiwi.
Kita berdosa, mencintai dalam dunia maya,
Menambah beban bumi, yang semakin merana.
Tapi cinta ini nyata, meski tak teraba,
Sebuah paradoks, di era digital yang fana.
Mungkin suatu saat nanti, teknologi berubah wujud,
Piksel menghilang, kode tak lagi tersusun rapi.
Namun, esensi cinta, kan tetap bersemayam,
Dalam jiwa yang tulus, tak lekang dimakan zaman.
Kita harus bijak, menggunakan jemari,
Menyebarkan cinta, tanpa merusak bumi.
Mengurangi jejak karbon, sekecil apapun itu,
Agar cinta kita abadi, tak hanya di dunia semu.
Berbagi tautan hemat energi,
Mengurangi resolusi gambar, demi bumi pertiwi.
Mematikan perangkat, saat tak terpakai,
Langkah kecil bersama, dampak besar menanti.
Sebab, cinta sejati, tak hanya tentang kata,
Tapi juga tentang tindakan, yang nyata adanya.
Mencintai pasangan, mencintai lingkungan,
Itulah kunci kebahagiaan, yang abadi dan kekal.
Jadi, mari kita jaga, jejak karbon digital,
Agar cinta kita abadi, tak hanya virtual.
Di jagat maya, maupun di dunia nyata,
Cinta kita abadi, selamanya.