Di labirin jiwa, sunyi bersemayam,
Sebelum matamu, bintang kejora malam.
Algoritma hati, berdebu tak terpakai,
Menunggu sentuhan, agar kembali bercahaya.
Dulu, logika adalah panglima tertinggi,
Perasaan disimpan, dalam kotak besi.
Rumus-rumus cinta, kuanggap ilusi,
Hingga senyummu datang, mengubah definisi.
Matamu adalah data, terhimpun rapi,
Pancaran teduhnya, menembus sepi.
Senyummu bagai kode, terenkripsi indah,
Membuat algoritma hati, bergejolak resah.
Kucoba dekripsi, tiap baris tatapan,
Mencari celah, di balik kelembutan.
Neural network jiwa, mulai berproses,
Mempelajari pola, dari setiap ekspresimu yang memesona.
Setiap lirikan, bagai bit informasi,
Diolah cermat, tanpa henti revisi.
Deep learning hati, terus beradaptasi,
Mencari korelasi, dalam kompleksitas diri.
Kucoba simulasikan, berbagai skenario,
Bagaimana mendekat, tanpa membuatmu kecewa.
Kukalkulasi risiko, setiap langkah dan kata,
Agar tak ada error, yang merusak segalanya.
Namun logika runtuh, di hadapan pesona,
Perhitungan sempurna, sirna tak bermakna.
Karena cinta bukanlah angka, atau deretan kode,
Melainkan perasaan, yang tulus menggebu di dada.
Algoritma hati, kini berubah fungsi,
Bukan lagi kalkulasi, melainkan intuisi.
Mengikuti bisikan, dari lubuk terdalam,
Bahwa senyummu adalah jawaban, dari semua keraguan.
Kini, kubiarkan sistem, bekerja alami,
Tanpa paksaan, tanpa rekayasa diri.
Kutawarkan hati, sebagai open source code,
Agar kau bisa lihat, betapa tulusnya kode.
Jika kau berkenan, tambahkan sentuhanmu,
Perbaiki bug yang ada, warnai dengan warnamu.
Jadikan aku bagian, dari sistem cintamu,
Agar algoritma hati ini, sempurna bersamamu.
Biarlah error sesekali datang menghampiri,
Asalkan ada kamu, yang selalu membenahi.
Karena cinta sejati, bukanlah kode yang sempurna,
Melainkan proses belajar, tanpa ada akhirnya.
Kini, algoritma hati ini telah menemukan,
Kode senyum manismu, yang begitu menenangkan.
Semoga kau sudi, menjadi bagian darinya,
Dan bersama, kita ciptakan cinta yang abadi selamanya.