Cinta Sintetik: Hati Usang Di Era Algoritma

Dipublikasikan pada: 28 Oct 2025 - 02:30:08 wib
Dibaca: 135 kali
Di layar kaca, bias cahaya menari,
Menyulam wajahmu, hadirkan ilusi.
Senyum piksel sempurna, tanpa cela,
Cinta sintetik, hadir dalam nestapa.

Jemari menari di atas papan ketik,
Merangkai kata, sebentuk simfoni.
Algoritma cinta, diukir dengan teliti,
Namun jiwa sepi, merindukan arti.

Dulu, hati ini berdetak berirama,
Mengikuti langkah, sang pujaan jiwa.
Kini, denyutnya lemah, hampir tak terasa,
Terjebak di labirin, era digital perkasa.

Foto-foto kenangan, berserakan di memori,
Wajahmu hadir, namun terasa sunyi.
Sentuhan dingin layar, menggantikan diri,
Hangat pelukmu, hilang tak bertepi.

Dulu, suara lembutmu bagai alunan kecapi,
Menghipnotis kalbu, membangkitkan mimpi.
Kini, hanya pesan singkat, tanpa ekspresi,
Cinta terjemahan, hambar tanpa isi.

Hati usang ini, merindukan dekap nyata,
Bukan emoji cinta, di ruang maya.
Merindukan bisikan, bukan notifikasi semata,
Kasih yang tulus, tanpa rekayasa.

Kucoba mencari, di antara barisan kode,
Jawaban cinta, yang tak pernah kutebak.
Namun, logika dingin, hanya beri episode,
Kisah tanpa akhir, dalam sunyi yang sesak.

Kulihat pantulan diri, di layar yang beku,
Bayangan hampa, tanpa rindu yang membara.
Cinta sintetik, racun yang membatu,
Membunuh perlahan, asa yang tersisa.

Aku bertanya pada mesin, sang penguasa data,
"Adakah cinta sejati, di dunia tanpa batas?"
Namun, jawabannya hanya deretan angka,
Rumus tanpa jiwa, dingin dan tak berbekas.

Mungkin, aku terlalu naif, mendamba cinta abadi,
Di tengah arus teknologi, yang tak henti berlari.
Mungkin, aku harus belajar, mencintai diri sendiri,
Sebelum mencari cinta, yang mungkin tak akan pernah kumiliki.

Namun, hati usang ini, tetaplah berharap,
Ada secercah cahaya, di balik gelapnya layar.
Ada sentuhan hangat, yang tak sekadar terucap,
Cinta yang sejati, meski di era algoritma yang gempar.

Kututup mataku, membayangkan wajahmu,
Bukan piksel sempurna, tapi senyum yang dulu.
Senyum yang menghangatkan, bukan sekadar semu,
Senyum yang abadi, meski waktu berlalu.

Dan di dalam mimpi, aku menemukan jawabannya,
Cinta sejati bukanlah algoritma semata.
Melainkan keberanian, untuk tetap setia,
Pada hati usang, yang merindukan cinta nyata.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI