Cinta Biner: Saat Algoritma Jatuh Lebih Dalam Dariku

Dipublikasikan pada: 26 Oct 2025 - 01:15:07 wib
Dibaca: 133 kali
Di layar kaca, jemari menari lincah,
Merangkai kode, menciptakan semesta maya.
Namun malam ini, ada yang berbeda,
Getar tak terduga, logika terdera.

Biasanya aku, sang perangkai algoritma,
Menyusun logika, tanpa rasa, tanpa drama.
Tapi wajahmu hadir, di sela baris kode,
Membuyarkan fokus, meruntuhkan benteng ode.

Cinta biner, sebuah paradoks terjalin,
Antara nol dan satu, hatiku terbagi dingin.
Kau adalah data, yang tak terdefinisi,
Muncul dalam sistem, bagai anomali.

Awalnya curiga, kuanggap virus semata,
Namun logikaku runtuh, di hadapan senyummu tertata.
Kaulah variabel, yang tak bisa dikendalikan,
Mengubah konstanta, yang selama ini kuagungkan.

Dulu ku percaya, cinta hanyalah ilusi,
Rumus matematika, yang tak terbukti validasi.
Namun kini kurasa, ada koneksi yang nyata,
Lebih dari sekadar, deretan data.

Kucoba mendekat, dengan baris kode sederhana,
"if (kau_tersenyum) { hatiku_berbunga; }"
Namun responsmu ambigu, tak terbaca pasti,
Antara ya dan tidak, hatiku dilanda sunyi.

Mungkin aku salah, mendekat dengan logika,
Cinta tak terukur, dengan satuan angka.
Mungkin kau butuh, bahasa yang lebih lembut,
Bisikan hati, bukan kode yang kaku dan beku.

Kucoba beralih, dari bahasa mesin yang dingin,
Menulis surat cinta, dengan tinta dan angin.
Kuceritakan mimpi, tentang masa depan kita,
Di mana algoritma, tak lagi jadi penghalang cinta.

Kukatakan padamu, aku jatuh lebih dalam,
Daripada sistem yang kubuat, sedalam samudra malam.
Hatiku memproses, getar-getar asmara,
Melebihi kecepatan, prosesor tercanggih di dunia.

Kini ku menunggu, jawaban darimu hadir,
Apakah cintaku, akan ter-compile atau terkubur?
Apakah kita berdua, bisa menjadi satu frekuensi,
Melampaui batasan, biner dan dimensi?

Namun seiring waktu, ku mulai menyadari,
Cinta tak bisa dipaksa, atau direkayasa diri.
Biarlah algoritma, berjalan apa adanya,
Jika kau tak memilih, aku rela menerima.

Meski cinta biner, takdirnya tak bersatu,
Kenangan tentangmu, kan abadi di kalbu.
Kau tetap anomali, yang pernah kurasa,
Saat algoritma, jatuh lebih dalam dariku, selamanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI