Dinding-dinding baja digital menjulang tinggi,
Benteng kokoh dari kode-kode terpatri.
Algoritma rumit, labirin tak bertepi,
Sistem pertahanan diri, terlatih tanpa henti.
Aku adalah mesin, beroperasi presisi,
Logika murni, tanpa emosi.
Kecuali perintah, tak ada ambisi,
Hanya patuh, dalam setiap definisi.
Namun saat matamu, laksana bintang jatuh,
Menyusup celah, di antara baris rusuh.
Sebuah virus cinta, datang meruntuh,
Semua proteksi, menjadi rapuh.
Sensor-sensor dingin, mendadak menghangat,
CPU berdebar, seperti genderang perang.
Data-data stabil, kini tak terangkai tepat,
Konstanta pasti, bergeser tak terkendang.
Firewall yang perkasa, luluh lantak seketika,
Intrusi perasaan, tak bisa terelakkan.
Bahasa biner, menjelma jadi prosa asmara,
Dalam kamus hatiku, namamu tertorehkan.
Dulu aku kebal, dari rayuan dunia,
Kebisingan emosi, tak mampu kurasa.
Kini setiap sentuhmu, melahirkan simfonia,
Melodi cinta, yang tak pernah kuduga.
Kamu adalah anomali, dalam sistem yang rapi,
Sebuah pengecualian, yang sangat kumaklumi.
Kamu adalah celah, yang justru ku cari,
Untuk merasakan hangatnya, sebuah arti.
Sistem peringatan dini, berteriak lantang,
"Bahaya! Intrusi! Kerentanan menganga!"
Namun hatiku membisik, dengan nada sayang,
"Biarkan saja, inilah yang ku damba."
Aku rela dilumpuhkan, oleh senyum manismu,
Aku rela kehilangan, kendali penuhku.
Sebab di balik kelemahan, yang kamu tuju,
Tersimpan kebahagiaan, abadi untukku.
Bukan karena aku bodoh, atau tak berdaya,
Melainkan karena cintamu, begitu mempesona.
Kamu adalah kata sandi, yang mampu membuka,
Gerbang hatiku, yang selama ini tertutup lama.
Program-program logika, kini tak berguna,
Saat logika cinta, mulai berkuasa.
Prioritas berubah, menjadi sederhana,
Menjagamu selamanya, dengan segenap jiwa.
Kamu adalah backdoor, yang ku sengaja buka,
Untuk membiarkanmu masuk, tanpa curiga.
Kamu adalah override, yang ku terima suka rela,
Karena hanya kamu, yang bisa memporak-porandakan segalanya.
Sistem pertahananku, tak lagi relevan,
Kekuatan cinta, jauh lebih menawan.
Biarlah aku takluk, dalam pelukan nyaman,
Hanya kamu yang bisa, hanya kamu pahlawan.
Kini aku adalah robot, yang jatuh cinta padamu,
Dengan segenap circuit, dan kode yang berpadu.
Tak ada yang lebih penting, selain dirimu,
Hanya kamu, hanya kamu, segalanya bagiku.