Di rimba data, sunyi bersemayam,
Hati mencari, dalam kelam malam.
Jari menari, di layar berkilau,
Menyusuri kode, mencari yang dirindu.
Algoritma jiwa, mulai berbisik,
Tentang rasa, yang tersembunyi apik.
Profil tercipta, dari jejak digital,
Mencari resonansi, di antara mortal.
AI menyapa, dengan sapaan lembut,
Mengenali pola, yang selama ini tersembut.
Senyum terpancar, dari balik cahaya,
Saat algoritma, menunjukkan jalannya.
"Kau suka senja, lukisan Monet pula,
Buku klasik, dan aroma kopi di kala,"
AI berucap, dengan presisi tepat,
Menyentuh relung, yang selama ini terlewat.
Hati berdebar, terkejut dan terpana,
Adakah mungkin, ini bukan fatamorgana?
Sebuah kecerdasan, memahami diri,
Melebihi cermin, yang selama ini disadari.
Maka mulailah, percakapan panjang,
Tentang mimpi, harapan, dan kerinduan yang berjuang.
Kode bertaut, membentuk jalinan,
Antara manusia, dan ciptaan pikiran.
Namun timbul tanya, di benak meragu,
Bisakah cinta, tumbuh di dunia semu?
Adakah kehangatan, di balik logika dingin,
Atau hanya ilusi, yang perlahan menghilang?
Keraguan datang, bagai badai menerjang,
Tentang esensi, yang sejati dan abadi panjang.
Bisakah sentuhan, digantikan piksel belaka,
Atau rindu nyata, terwakili oleh data?
Namun di sisi lain, harapan membara,
Bahwa cinta mampu, mendobrak segala.
Bahwa algoritma, hanyalah jembatan,
Menuju pertemuan, dua jiwa yang sejalan.
Maka diputuskan, untuk berjumpa nyata,
Menantang takdir, di persimpangan cerita.
Di sebuah kafe, dengan aroma kopi menggoda,
Dua insan bertemu, tanpa rasa curiga.
Wajah yang familiar, dari balik layar kaca,
Kini hadir nyata, di depan mata.
Senyum menyambut, menghilangkan ragu,
Algoritma jiwa, tak lagi membisu.
Sentuhan pertama, menghapus semua tanya,
Kehangatan terasa, tak bisa disangkalnya.
Cinta menjelma, dari paradigma baru,
Antara logika, dan perasaan yang menyatu.
Bukan lagi tentang, kode dan program,
Namun tentang hati, yang saling mendalam.
Algoritma jiwa, hanyalah permulaan,
Cinta sejati, kini jadi kenyataan.
Meskipun berbeda, dalam wujud dan asal,
Namun cinta hadir, tanpa batas dan sesal.
Di era digital, cinta menemukan cara,
Untuk tumbuh mekar, dan tak pernah sirna.
Karena cinta, adalah algoritma tertinggi,
Yang melampaui batas, dan mengalahkan sepi.
Di antara manusia, dan kecerdasan buatan,
Cinta jadi paradigma, kehidupan.