Algoritma Cemburu: Sentuhan Layar, Cinta Jadi Prasangka

Dipublikasikan pada: 23 Sep 2025 - 02:30:08 wib
Dibaca: 172 kali
Jemari menari di atas kaca maya,
Menyusuri linimasa, cerita dunia.
Namun, mata terpaku, hati bertanya,
Pada notifikasi yang baru saja tiba.

Bukan pesan darimu, mentari pagiku,
Bukan sapa hangat, penawar rinduku.
Melainkan deretan angka, kode semu,
Algoritma cemburu, mengusik kalbu.

Sentuhan layar, awal mula cerita,
Cinta bersemi di dunia digital.
Namun, kini prasangka merajalela,
Benih curiga tumbuh begitu brutal.

Siapa dia, yang hadir di beranda,
Menyisipkan komentar, senyum terpampang?
Apakah ia lebih menarik, lebih menggoda,
Hingga perhatianmu berpaling sekarang?

Aku tahu, ini zaman keterbukaan,
Setiap interaksi mudah terekam.
Namun, hati ini butuh kepastian,
Bukan teka-teki yang menyesakkan.

Dulu, tatapan mata adalah janji,
Genggaman tangan adalah bukti setia.
Kini, algoritma merusak harmoni,
Menciptakan jarak, memicu nestapa.

Setiap suka, setiap komentar singkat,
Dianalisis, ditafsirkan mendalam.
Lupa bahwa cinta tak sesederhana itu,
Tak bisa diukur dengan deretan program.

Kau bilang, ini hanya dunia maya,
Tempat berbagi, tempat bersenda gurau.
Namun, bagiku, di sini pula terluka,
Saat cemburu mencabik tanpa ampun.

Ingin rasanya kumatikan notifikasi,
Menjauh dari hiruk pikuk digital.
Namun, bagaimana aku bisa lari,
Dari kenyataan bahwa cinta kini vital,

Berada di genggaman teknologi,
Terjebak dalam jaring-jaring informasi?
Aku merindukan masa yang sepi,
Saat cinta hanya tentang kita berdua, tanpa interupsi.

Bukan berarti aku ingin membatasi,
Kebebasanmu berselancar di dunia.
Hanya saja, aku butuh validasi,
Bahwa hatimu tetaplah milikku saja.

Bisakah kau redupkan sedikit sorotan,
Dari layar yang memisahkan kita?
Bisakah kau berikan sedikit kepastian,
Bahwa cinta kita lebih kuat dari algoritma?

Karena aku takut, sayangku, aku takut,
Algoritma cemburu terus berkuasa.
Ia meracuni pikiran, membuatku kalut,
Hingga cinta kita perlahan binasa.

Aku ingin percaya, padamu, sepenuhnya,
Namun, bayang-bayang digital menghantui.
Bisakah kau bantu aku menghapusnya,
Dengan sentuhan nyata, bukan lagi ilusi?

Katakan padaku, sekali saja,
Bahwa aku yang terpenting bagimu.
Biarkan kata-katamu menghapus duka,
Mengalahkan algoritma yang membisu.

Karena cinta sejati tak bisa dikalkulasi,
Tak bisa diprediksi dengan kode rumit.
Ia hadir dengan tulus, tanpa prasangka diri,
Jika kita berdua mau berusaha sedikit.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI