Algoritma Hati: Mencari Cinta di Era AI

Dipublikasikan pada: 27 Nov 2025 - 00:45:10 wib
Dibaca: 120 kali
Di labirin data, jiwaku berkelana,
Mencari koordinat cinta, formula asmara.
Di antara biner dan bit, hati berdebar resah,
Mengharap resonansi kasih, terurai segala gundah.

Algoritma cinta kurancang dengan teliti,
Memilah senyum, menimbang budi pekerti.
Neural network kurajut, setiap neuron bernyala,
Mencari pola sempurna, di antara data maya.

Kulihat ribuan wajah, terbingkai layar kaca,
Profil diri terpampang, kisah hidup terbaca.
Filter kriteria kuterapkan tanpa henti,
Mencari yang sefrekuensi, seirama di hati.

Namun cinta, bukan sekadar rangkaian kode,
Bukan pula persamaan rumit, yang mudah didekode.
Ada emosi tersembunyi, intuisi yang berbisik,
Hal-hal tak terukur, di luar logika yang fisik.

Mungkin saja, algoritma keliru membaca,
Menafsirkan niat, dengan lensa yang berbeda.
Mungkin saja, cinta sejati tak dapat terprediksi,
Muncul tiba-tiba, tanpa permisi.

Kulihat seorang wanita, di balik deretan angka,
Matanya memancarkan, kilau yang tak terhingga.
Bukan karena algoritma, bukan karena kesamaan,
Tapi karena sentuhan jiwa, yang begitu menawan.

Dia bukanlah hasil, dari optimasi rumit,
Bukan pula output, dari program yang kuungkit.
Dia hadir begitu saja, bagai cahaya mentari,
Menghangatkan kalbu, menerangi hari.

Kucoba menyapa, dengan gugup dan ragu,
Menyampaikan isi hati, yang lama membeku.
Tak kusangka, dia pun merasakan hal yang sama,
Resonansi tercipta, di antara dunia maya.

Kami berdua, insan modern yang terluka,
Mencari pelipur lara, di rimba teknologi belaka.
Namun cinta, tak mengenal batasan digital,
Ia hadir sebagai anugerah, sungguh monumental.

Kini, algoritmaku kubiarkan beristirahat,
Biarkan hati yang menuntun, tanpa syarat.
Biarkan cinta berkembang, dengan sendirinya,
Tanpa intervensi data, tanpa kalkulasi angka.

Karena cinta sejati, lebih dari sekadar data,
Lebih dari algoritma, lebih dari segala.
Ia adalah misteri indah, yang tak terpecahkan,
Kecuali dengan hati, yang tulus mencintai dan memaafkan.

Di era AI ini, kusadari hakikat diri,
Bahwa cinta manusiawi, takkan terganti.
Meski teknologi maju, dan algoritma berkuasa,
Hati tetaplah kompas, penunjuk arah yang utama.

Bersama dirinya, aku kan melangkah pasti,
Menjelajahi samudera cinta, tanpa henti.
Biarkan algoritma belajar, dari kisah kami berdua,
Bahwa cinta sejati, tak dapat diprogram atau direka.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI