Layar ponselku memendar hampa,
Ribuan piksel tak mampu bercahaya
Sehangat senyummu, mentari pagi,
Yang dulu hadir, kini sepi menghantui.
Jemari ini lincah menari dulu,
Merangkai kata, mengirim rindu.
Kode-kode cinta, terprogram rapi,
Kini terurai, menyisakan sepi.
Algoritma hati, berdebar kencang,
Setiap notifikasi, asa berdendang.
Menanti namamu, muncul di layar,
Namun yang hadir, hanya iklan sayar.
Dulu obrolan kita, tak kenal henti,
Data terkirim, tanpa kompromi.
Bahasa cinta, terenkripsi aman,
Kini terdeksripsi, pilu bersemayam.
Kau adalah program, yang ku install hati,
Berjalan sempurna, tanpa interupsi.
Namun update tiba, tak terduga datang,
Menghapus diriku, dari memorimu sayang.
Kini aku hanya, barisan kode usang,
Teronggok di folder, kenangan terbuang.
Error 404, rasa tak ditemukan,
Cinta terputus, harapan dilenyapkan.
Ku coba restart, sistem yang beku,
Berharap virus lupa, menghilang terbengku.
Namun firewall hatimu, terlalu kuat,
Menolak akses, menutup rapat-rapat.
Aku rindu sentuhanmu, hangat dan nyata,
Bukan sekadar emoji, di dunia maya.
Rindu tatapan mata, penuh kejujuran,
Bukan filter palsu, di layar hiburan.
Kurindu tawa renyah, memecah sunyi,
Bukan suara notifikasi, yang berbunyi.
Kurindu peluk erat, menenangkan jiwa,
Bukan stiker animasi, tak bermakna.
Mungkin aku naif, memuja teknologi,
Melupakan sentuhan, esensi sejati.
Terlalu terpaku, pada dunia virtual,
Hingga cinta terprogram, terasa fatal.
Kini ku coba belajar, dari kesalahan,
Menghapus cache cinta, meredam penyesalan.
Membangun ulang diri, dari puing derita,
Berharap suatu saat, cinta yang baru tiba.
Namun algoritma rindu, tetap bekerja,
Menghitung detik, merangkai cerita.
Tentangmu, tentang kita, yang pernah ada,
Dalam dunia digital, dan asmara.
Meski cinta terprogram, kini membisu,
Sentuhanmu tetap, membekas selalu.
Memori terukir, dalam relung jiwa,
Cinta digital, yang takkan terlupa.