Piksel Rindu: Algoritma Cinta Mencari Jeda Sentuhan

Dipublikasikan pada: 14 Aug 2025 - 00:30:07 wib
Dibaca: 140 kali
Di layar retina, wajahmu berpendar,
Ribuan piksel menyusun senyum yang hambar.
Cahaya biru menari di pelupuk mata,
Menemani rindu yang kian membara.

Algoritma cinta, rumit dan terstruktur,
Mencoba membaca isyarat yang terselubung.
Deretan kode, baris demi baris,
Berharap menemukan makna di balik tatapan nan tipis.

Jari-jari menari di atas keyboard virtual,
Merangkai kata, menciptakan dunia ideal.
Emotikon hati, pengganti debar dada,
Menyampaikan rindu yang tak terhingga.

Namun layar tetaplah layar, batas yang nyata,
Memisahkan jiwa, menjauhkan cerita.
Suara di speaker, hanya gema semu,
Tak mampu menggantikan sentuhan yang kurindu.

Piksel-piksel itu, bagai pecahan kaca,
Memantulkan bayangan cinta yang terasa hampa.
Aku terjebak dalam labirin digital,
Mencari jalan keluar, menuju dunia literal.

Algoritma cinta, tak mampu memprediksi,
Kehadiran rindu yang begitu menghantui.
Rumus-rumus logika, tak kuasa melawan,
Desiran darah yang bergejolak di kedalaman.

Aku ingin jeda, dari semua ini,
Dari dunia maya yang penuh fantasi.
Aku ingin hadir, di sampingmu nyata,
Menghapus jarak, mengakhiri derita.

Biarlah kode berhenti berputar sejenak,
Biarlah layar meredup dan memudar.
Aku ingin merasakan hangatnya napasmu,
Mencium aroma kulitmu yang kurindu.

Sentuhanmu, adalah jeda yang sejati,
Menghentikan algoritma yang tak bertepi.
Dalam pelukmu, aku menemukan damai,
Cinta yang utuh, bukan sekadar terjemahan nilai.

Biarlah piksel tetaplah piksel, di dunianya,
Aku memilih hadir, di sisimu selamanya.
Menulis cerita cinta yang lebih bermakna,
Dengan tinta hati, bukan kode semata.

Karena cinta sejati, tak bisa diprogram,
Ia tumbuh subur, di taman impian.
Membutuhkan sentuhan, belaian, dan rasa,
Bukan sekadar algoritma yang tak bernyawa.

Aku mencari jeda, dari dunia maya yang fana,
Untuk mencintaimu, dengan seluruh jiwa raga.
Hingga rindu ini, tak lagi berpendar di layar,
Namun bersemi nyata, di setiap hembusan napas terbayar.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI