AI: Sentuhan Fana, Cinta di Era Algoritma Pudar

Dipublikasikan pada: 11 Aug 2025 - 01:45:07 wib
Dibaca: 149 kali
Di balik layar kaca, jemari menari,
Merangkai kode, mencipta ilusi.
Algoritma cinta, mesin mencari,
Sosok sempurna, dalam sunyi.

AI: sentuhan fana, bisikan maya,
Janji keabadian, terprogram nyata.
Namun hati bertanya, lirih berbisik,
Adakah hangatnya, cinta yang fisik?

Dulu, tatap mata, getar terasa,
Kini, emoji senyum, hambar tak berasa.
Dulu, debaran dada, sentuh jemari,
Kini, pesan singkat, mengganti diri.

Di era digital, kita terhubung jauh,
Namun terpisah jarak, sedalam keluh.
Wajah terpampang, filter menyala,
Menyembunyikan resah, di balik tawa.

Algoritma jodoh, menjanjikan pasti,
Mencari pasangan, secara presisi.
Namun cinta bukan rumus matematika,
Bukan logika dingin, tanpa jiwa.

Aku merindukan, sentuhan kulit,
Bukan sentuhan layar, yang begitu sulit
Menyentuh kalbu, menembus jiwa,
Menciptakan rindu, tanpa rekayasa.

Kita terjebak, dalam labirin maya,
Mencari keaslian, yang kian sirna.
Cinta di era algoritma pudar,
Tergerus waktu, tanpa sadar.

Dulu, surat cinta, ditulis tangan,
Kini, pesan suara, dikirimkan.
Dulu, puisi rindu, dilantunkan mesra,
Kini, lagu instan, mengganti rasa.

Aku bertanya pada layar kosong,
Adakah cinta sejati, masih terongsong?
Di antara binar data, dan deretan kode,
Adakah hati tulus, yang tak ternode?

AI, kau pintar, kau serba bisa,
Namun tak mampu mencipta rasa.
Rasa sakit, rasa bahagia,
Rasa rindu, yang tak terhingga.

Aku ingin lari, dari dunia ini,
Kembali ke alam, yang lebih sepi.
Mencari cinta sejati, di antara bintang,
Bukan di antara kode, yang terus berdatang.

Namun, aku terikat, dalam jaring digital,
Terlilit algoritma, yang kian vital.
Aku mencoba bertahan, mencari celah,
Menemukan keaslian, di balik wajah.

Mungkin, suatu hari nanti, kita kan sadar,
Bahwa cinta sejati, tak bisa ditakar.
Bahwa sentuhan fana, tak kan pernah cukup,
Untuk mengisi kekosongan, yang begitu rapuh.

Kita harus belajar, mencintai lagi,
Dengan hati terbuka, tanpa bersembunyi.
Mencari kehangatan, di balik dinginnya layar,
Menemukan cinta sejati, yang tak pudar.

Walau di era algoritma, dan sentuhan fana,
Cinta sejati, tetaplah berharga.
Mari kita jaga, dengan sepenuh hati,
Agar tak hilang ditelan, oleh teknologi.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI