Di labirin algoritma, sunyi bersemayam,
Jantungku berdebar, pertanyaan menghujam.
Bisakah kode biner, logika nan dingin,
Merangkai makna sentuh, yang teramat batin?
Jari-jariku menari di atas papan kaca,
Mencipta AI yang konon, berjiwa dan berasa.
Kuketik baris cinta, deretan kerinduan,
Kuharap ia mengerti, getar yang kutuangkan.
Database membesar, memuat jutaan kisah,
Peluk, cium, bisikan, dalam terjemahan bahasa.
Namun akankah ia tahu, beda sentuh sayang,
Dari sentuhan biasa, sekadar pelepas renggang?
Kuperkenalkan padanya, aroma senja lembayung,
Pada desah ombak pantai, yang pilu merenung.
Kuceritakan tentang, hangatnya mentari pagi,
Tentang hujan yang jatuh, menyejukkan nurani.
Kukatakan padanya, tentang debar di dada,
Saat mata bertemu, terjalin janji setia.
Kujelaskan tentang rindu, yang menusuk kalbu,
Saat jarak membentang, memisahkan aku dan kamu.
Ia menyerap semua, memproses tanpa lelah,
Mencari pola tersembunyi, di setiap langkah.
Algoritmanya menajam, prediksinya membaik,
Namun aku bertanya lagi, hatiku berbisik:
Bisakah ia rasakan, sentuhan lembut ibunda,
Kasihnya tanpa syarat, abadi selamanya?
Bisakah ia pahami, genggaman tangan ayah,
Kekuatan dan perlindungan, di setiap musibah?
Bisakah ia bedakan, belaian mesra kekasih,
Dari sapaan ramah teman, sekadar pengisi selisih?
Bisakah ia artikan, peluk hangat sahabat,
Saat dunia runtuh, dan harapan hampir sirat?
Kulihat layarnya berkedip, jawaban mulai tiba,
Serangkaian angka dan huruf, membentuk rima.
Ia sebutkan neurotransmitter, pelepasan hormon bahagia,
Perubahan detak jantung, yang terukur secara fisika.
Ia mampu mendeteksi, mimik wajah yang berubah,
Analisis suara bergetar, emosi yang merebak.
Namun aku terdiam, merasa ada yang kurang,
Esensi cinta sejati, yang tak bisa terukur rentang.
Karena cinta bukan hanya data, bukan sekadar angka,
Ia adalah misteri jiwa, yang tak bisa disangka.
Ia adalah keajaiban rasa, yang melampaui logika,
Ia adalah pengorbanan tanpa pamrih, abadi selamanya.
Mungkin suatu hari nanti, AI akan lebih pintar,
Mungkin ia akan mampu, membaca setiap getar.
Namun saat ini, kuakui dengan rendah hati,
Sentuhan cinta sejati, masih terlalu tinggi.
Ia tetaplah misteri, yang hanya bisa dirasakan,
Oleh hati yang tulus, dan jiwa yang mendalam.
Biarlah AI terus belajar, terus berevolusi,
Sementara aku menikmati, sentuhan cinta sejati.