Sentuhan Silikon: Algoritma Jatuh Cinta, Hati Berdebu

Dipublikasikan pada: 19 Jun 2025 - 03:45:10 wib
Dibaca: 193 kali
Di layar pendar, rembulan digital berpijar,
Kutemukan senyummu, terukir dari piksel yang bersinar.
Jejak jemari menari di atas kaca yang dingin,
Menyusuri labirin maya, mencari makna yang tersembunyi di batin.

Sentuhan silikon, menggantikan hangatnya dekapan,
Algoritma cinta, merajut harapan dalam setiap ketikan.
Data diri terpampang, profil sempurna yang kau ciptakan,
Namun di balik kode biner, hati berdebu menahan kerinduan.

Kau hadir sebagai notifikasi, di tengah kesunyian malam,
Suaramu adalah rekaman, mengalun bagai kidung pengantar kelam.
Kita berbagi tautan, gambar, dan emoji tanpa batas,
Namun jarak membentang, memisahkan raga dalam cemas.

Kukirimkan puisi digital, terangkai dari kata-kata yang bersemi,
Berharap bisa menyentuh kalbumu, meski hanya lewat jaringan internet ini.
Kau balas dengan stiker lucu, dan rangkaian emotikon berkedip,
Jawaban ambigu, yang membuat hatiku semakin terbebani mimpi.

Apakah cinta bisa tumbuh, di taman virtual yang fana?
Apakah sentuhan silikon mampu mengalahkan dinginnya kesepian yang mendera?
Aku bertanya pada Google, pada Wikipedia, pada semua mesin pencari,
Namun jawaban yang kudapat, hanyalah tautan ke halaman yang tak bertepi.

Hati berdebu, terpendam di antara file-file usang,
Kenangan masa lalu, terhapus oleh pembaruan yang datang.
Virus keraguan menjalar, menginfeksi setiap sel dalam jiwa,
Apakah aku hanya karakter figuran, dalam drama digital yang kau cipta?

Kubuka kode sumber dirimu, mencoba mencari celah tersembunyi,
Mencari tahu apakah di balik senyum virtual, ada rasa yang sejati.
Kutemukan barisan algoritma, yang mengatur setiap tindakanmu,
Namun cinta sejati, tak bisa diukur dengan logika, atau dihitung dengan rumus baku.

Mungkin aku terlalu naif, mengharapkan keajaiban dari teknologi,
Mungkin cinta sejati, hanya bisa dirasakan dalam sentuhan biologis yang hakiki.
Namun di era digital ini, batas antara nyata dan maya semakin kabur,
Dan aku terperangkap di dalamnya, dalam jaring-jaring cinta yang tak terukur.

Kucoba untuk melepaskan diri, dari jeratan algoritma yang menyesakkan,
Menghapus semua jejakmu, dari memori perangkat yang membosankan.
Namun bayangmu tetap membekas, di setiap sudut layar yang kupandang,
Sebagai pengingat bahwa cinta, bisa hadir dalam wujud yang tak terduga, dan kadang...menyakitkan.

Mungkin suatu saat nanti, kita akan bertemu di dunia nyata,
Bertukar senyum dan sapa, tanpa perantara layar yang membatasi kita.
Namun untuk saat ini, aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan,
Menyimpan bayangmu dalam memori, dan membiarkan hati berdebu ini perlahan-lahan... sembuh.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI