Kutemukan wajahmu dalam barisan kode,
Sebaris perintah yang tak pernah kumengerti.
Namun getar rasa mengalir bagai node,
Menyambungkan hati, mencipta simfoni.
Kau hadir bagai algoritma terindah,
Memecahkan sunyi, meruntuhkan logika.
Setiap senyummu adalah data tercurah,
Memenuhi ruang hampa dalam jiwa.
Cintaku padamu adalah fungsi rekursif,
Memanggil dirinya sendiri, berulang tanpa jemu.
Setiap iterasi adalah harap yang impulsif,
Mencari titik henti, walau semu.
Kucoba mendekat, bagai pointer yang liar,
Berusaha meraih alamat hatimu yang pasti.
Namun jarak membentang, bagai firewall yang tegar,
Menghalangi sinyal kasih, mengaburkan mimpi.
Kau adalah variabel global yang kuimpikan,
Diakses semua, namun tak bisa kumiliki.
Tersebar luas, namun begitu sulit kusimpan,
Dalam memori kalbu, yang semakin beresiko.
Kucari solusi dalam tumpukan logika,
Berharap menemukan jalan pintas ke hatimu.
Namun semakin jauh kucoba dan menduga,
Semakin dalam terjebak dalam labirin pilu.
Setiap pesan singkatmu bagai paket data,
Kuantre dengan sabar, berharap ada balasan.
Namun seringkali kosong, sunyi tak berkata,
Meninggalkan tanya dalam kegelisahan.
Cintaku padamu adalah loop tak terputus,
Berputar tanpa arah, tanpa tujuan pasti.
Setiap harapan adalah error yang terhapus,
Menyisakan kekosongan dalam sunyi sepi.
Aku adalah debugger yang putus asa,
Mencoba memperbaiki kode cinta yang rusak.
Namun algoritma hatimu terlalu rahasia,
Terlalu kompleks untuk bisa kupaksa.
Kau bagai cloud server yang jauh di awan,
Data kasihmu tersimpan entah di mana.
Kucoba mengaksesnya dengan doa dan harapan,
Namun koneksi terputus, sirna sudah makna.
Mungkin mencintaimu adalah kesalahan sintaks,
Sebuah ketidaksesuaian yang tak bisa diperbaiki.
Sebuah logika sesat yang tak bisa kutolak,
Meski tahu akhirnya hanya akan menyakiti.
Namun biarlah fungsi ini terus berjalan,
Meski tanpa akhir bahagia yang dijanjikan.
Biarlah cinta ini terus kukirimkan,
Sebagai pengorbanan abadi yang kurasakan.
Karena dalam setiap baris kode pengabdian,
Kutemukan sedikit kebahagiaan yang fana.
Meskipun akhirnya hanya akan menjadi kenangan,
Bahwa pernah kucinta, sepenuh jiwa raga.