Algoritma Asmara: Sentuhan Masa Depan, Hati Bertahan?

Dipublikasikan pada: 06 Jun 2025 - 23:15:09 wib
Dibaca: 164 kali
Di layar bias, senja digital membiru,
Jemari menari, kode-kode merayu.
Sebuah nama terukir, di kolom pencarian,
Mencari jejak asmara, dalam labirin zaman.

Algoritma membaca, detak jantung tersembunyi,
Pola perilaku terbaca, dalam sunyi sepi.
Preferensi terangkum, dalam baris data maya,
Mungkinkah cinta sejati, terlahir dari rekayasa?

Dulu tatapan mata, kini notifikasi berdering,
Dulu bisik mesra, kini pesan instan berdenting.
Emotikon menggantikan, senyum yang tulus nyata,
Apakah kehangatan hati, bisa direplikasi data?

Kupikir cinta hadir, dalam sentuhan jemari lentik,
Merangkai kata-kata indah, lebih dari sekadar sintetik.
Namun, dunia berubah, algoritma berkuasa,
Menawarkan simulasi asmara, dalam bingkai masa.

Kencan virtual tercipta, di metaverse yang megah,
Avatar menari bersama, dalam irama yang gagah.
Canda tawa digital, bergema tanpa suara,
Apakah ini pengganti, cinta yang membara?

Aku ragu, aku bimbang, di persimpangan jalan,
Antara masa lalu romantis, dan masa depan khayalan.
Sentuhan masa depan memanggil, dengan janji kepastian,
Namun, hati bertanya lirih, "Di mana kehangatan?"

Algoritma memprediksi, pasangan yang sempurna,
Kesamaan minat dan hobi, tertata rapi dan terencana.
Namun, cinta bukan sekadar, persamaan yang logis,
Ia adalah keajaiban rasa, yang tak bisa dianalisis.

Ia adalah percikan api, yang muncul tiba-tiba,
Getaran jiwa yang bertemu, dalam harmoni yang berbeda.
Ia adalah ketidaksempurnaan, yang justru menyempurnakan,
Sebuah kisah unik, yang tak bisa diprogramkan.

Mungkin aku naif, mungkin aku ketinggalan zaman,
Namun, aku percaya pada kekuatan, cinta yang tak tertahankan.
Pada detak jantung yang berdebar, saat bertemu pandang,
Pada sentuhan lembut, yang membuat jiwa tenang.

Aku ingin merasakan, hangatnya genggaman tangan,
Bukan hanya piksel bercahaya, di layar yang membentang.
Aku ingin mendengar, bisikan cinta yang tulus,
Bukan suara robotik, yang terasa begitu mulus.

Algoritma mungkin membantu, menemukan potensi cinta,
Namun, keputusan terakhir, tetap ada di tangan kita.
Hati yang akan memilih, siapa yang benar-benar berarti,
Siapa yang mampu menemani, dalam suka dan duka sejati.

Aku akan biarkan algoritma bekerja, sebagai alat bantu,
Namun, aku takkan biarkan ia, mengendalikan hatiku.
Aku akan tetap mencari, cinta yang sesungguhnya,
Di dunia nyata yang penuh warna, bukan di ruang maya.

Karena pada akhirnya, cinta sejati adalah tentang,
Koneksi manusiawi yang mendalam, dan abadi di ingat.
Ia adalah tentang keberanian, untuk membuka diri,
Untuk merasakan, untuk mencintai, dan untuk memberi.

Sentuhan masa depan memang memikat, dengan segala kemudahan,
Namun, hati tetaplah hati, dengan segala kerinduan.
Ia merindukan kehangatan, keaslian, dan kejujuran,
Cinta yang bertahan lama, melewati badai kehidupan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI