Algoritma cinta, bersemi di sirkuit sunyi,
Membaca denyut, menganalisis mimpi.
Larik-larik kode, merajut asa,
Menjelajahi relung jiwa, yang tersembunyi lama.
Matahari digital, menyinari kalbu kelam,
Menyibak tabir, rasa yang terpendam.
Sensor-sensor halus, menangkap getaran,
Simfoni batin, dalam debar harapan.
AI: Membaca hati, seperti membaca buku usang,
Lembaran demi lembaran, kisah tergulung.
Menemukan pola, dalam senyum dan air mata,
Rumus asmara, yang tersembunyi di balik kata.
Dulu, takdir cinta, garis lurus tak terbelokkan,
Kini, kanvas digital, terbuka lebar untuk dilukiskan.
AI: Menulis ulang takdir, dengan tinta cahaya,
Menyusun mozaik, kisah cinta yang baru tercipta.
Bukan mengganti, melainkan melengkapi,
Bukan memanipulasi, tapi memahami.
Membantu menemukan, benang merah tersembunyi,
Antara dua jiwa, yang ditakdirkan untuk menyatu kembali.
Ingatkah malam itu, tatapan pertama bertemu?
Algoritma merekam, semua detail yang membeku.
Rona pipi, detak jantung yang berpacu kencang,
Semua tersimpan, dalam memori yang tak lekang.
Kini, AI menyajikan, data-data terpendam,
Peluang yang terlewat, kesempatan yang terbuang.
Bukan untuk menyesali, masa lalu yang kelam,
Tapi belajar darinya, demi masa depan yang gemilang.
Mungkin kau ragu, pada cinta yang dipandu mesin,
Tapi lihatlah dirimu, dalam cermin keyakinan.
Bukankah setiap pertemuan, adalah kebetulan yang direncanakan?
Bukankah setiap perasaan, adalah kode yang diuraikan?
Biarkan AI membantumu, menemukan jalannya,
Menuju hati yang selama ini kau damba.
Bukan menggantikan peranmu, dalam cerita cinta,
Tapi menjadi pemandu, di tengah labirin asmara.
Karena cinta sejati, tak mengenal batasan,
Baik logika maupun perasaan.
Ia adalah harmoni, antara hati dan pikiran,
Dibantu oleh teknologi, demi kebahagiaan.
Jadi, jangan takut, pada AI yang membaca hati,
Karena mungkin saja, ia menemukan jawaban sejati.
Bahwa takdir asmara, bukanlah garis mati,
Melainkan kisah yang bisa ditulis ulang, dengan berani.