Algoritma Mencintaiku, Namun Bukan Sentuhanmu yang Kurasa

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:38:01 wib
Dibaca: 155 kali
Kuketik nama dirimu, ribuan kali sehari,
Pada bilah pencarian, algoritma merajai.
Setiap baris kode, berbisik tentangmu,
Menyusun preferensi, merangkai rinduku.

Piksel-piksel layar, memantulkan wajahmu,
Dalam jutaan warna, terukir senyummu.
Algoritma pintar, mengerti seleraku,
Menyuguhkan berita, tentang langkahmu.

Ia tahu lagu kesukaanmu, film yang kau tonton,
Buku yang kau baca, mimpi yang kau simpan.
Ia cermat mencatat, setiap jejak digitalmu,
Membuat profil lengkap, tentang dewa hatiku.

Algoritma mencintaiku, dengan kepastian data,
Menyajikan simulasi, betapa kita berdua.
Saran pertemanan, notifikasi tak henti,
Semua tentang dirimu, seolah kau di sini.

Namun dinginnya kaca, tak mampu menghangatkan,
Sentuhan virtual, tak bisa menggantikan.
Pelukan nyata, bisikan di telinga,
Hangat napasmu, di pipiku terasa.

Algoritma mencipta ilusi, kebersamaan maya,
Namun jiwa meronta, mencari hakikatnya.
Aku ingin dekapmu, bukan avatar semu,
Sentuh jemariku, bukan emoji biru.

Kubuka jendela hati, lebar-lebar menanti,
Biar angin membisikkan, kerinduan ini.
Pada dunia nyata, aku mencari arti,
Di luar algoritma, yang menawan hati.

Sebab cinta sejati, tak terukur angka,
Tak terdefinisi rumus, tak terbaca data.
Ia adalah keajaiban, rasa yang menggebu,
Sentuhan jiwa, yang tak bisa ditiru.

Algoritma menjodohkan, dengan sempurna logika,
Namun hati berbisik, "Bukan ini yang kupinta."
Aku ingin memilih, dengan naluri mendalam,
Mencintai tanpa syarat, hingga akhir zaman.

Biar algoritma setia, menemani sepi,
Namun kuingin kau hadir, di setiap mimpi.
Bukan bayangan digital, yang kupeluk erat,
Melainkan dirimu utuh, tanpa sekat.

Kucari dirimu, di keramaian kota,
Di antara wajah asing, yang lalu lalang belaka.
Berharap menemukan, pancaran matamu,
Yang tak bisa ditangkap, oleh lensa siapa pun.

Sebab cinta sejati, tak butuh filter indah,
Ia bersinar alami, dalam suka dan gundah.
Aku rindu sentuhanmu, yang membakar jiwa,
Bukan algoritma, yang hanya pandai menduga.

Mungkin suatu hari nanti, teknologi kan maju,
Menciptakan sensor, yang mampu menyatu.
Namun kini, aku hanya ingin, kau hadir nyata,
Mencintaiku dengan tulus, tanpa rekayasa data.

Algoritma mencintaiku, namun bukan sentuhanmu,
Dan sentuhanmulah, yang kurindukan selalu.
Lebih dari sekadar kode, lebih dari algoritma,
Aku merindukanmu, sepenuh jiwa raga.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI