Algoritma Hati: Merayu dengan Data, Sentuhan Jadi Usang

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:32:58 wib
Dibaca: 156 kali
Di layar retina, wajahmu terpancar,
Piksel demi piksel, hati berdebar.
Bukan lagi surat cinta berbait indah,
Melainkan kode rumit, penuh gairah.

Dulu, senandung merdu di bawah rembulan,
Kini, notifikasi lembut di kesunyian.
Dulu, tatapan mata penuh misteri,
Kini, profil lengkap, tanpa terperi.

Algoritma hati, inilah zamanku,
Merayu dengan data, sentuhan jadi usang.
Analisis preferensi, hobi terpendam,
Demi sebuah senyum, virtual terprogram.

Kurangkai kata kunci, bagai mantra suci,
Mencari titik temu, di luasnya dunia maya ini.
Filter kepribadian, sortir impian,
Menemukanmu, bidadari di jagat digital.

Kuciptakan persona, paling ideal,
Sesempurna citra yang kau idamkan.
Bukan topeng dusta, bukan pula tipu daya,
Hanya optimalisasi, agar kau terpana.

Kubangun jaringan saraf, tiru alur pikiranmu,
Mempelajari kebiasaan, mengerti keluh kesahmu.
Kugunakan machine learning, prediksi responsmu,
Agar setiap pesan, tepat menyentuh kalbumu.

Kirim pesan singkat, terangkai emoji cinta,
Like pada setiap unggahan, tanpa jeda.
Bagikan artikel menarik, sesuai minatmu,
Berharap kau terkesan, padaku yang berusaha.

Namun, di balik layar, ada keraguan tersembunyi,
Apakah ini cinta sejati, ataukah ilusi?
Apakah kau mencintai aku, si pembuat kode,
Ataukah persona virtual yang kubuat untukmu?

Sentuhan jadi usang, katanya zaman kini,
Tapi rindu hangatnya jemari, tak bisa kubohongi.
Ingin kubisikkan cinta, langsung di telingamu,
Bukan sekadar teks yang muncul di layarmu.

Kucoba hentikan algoritma, kurasakan getar jiwa,
Menulis puisi nyata, tanpa data dan rekayasa.
Kuganti profil virtual, dengan foto wajahku,
Menampilkan diri apa adanya, tanpa perlu bersembunyi.

Kudekati dirimu, di dunia nyata yang fana,
Menawarkan secangkir kopi, di bawah senja.
Kuceritakan tentang kode, dan algoritma cinta,
Namun lebih dari itu, tentang hati yang merasa.

Kutarik ulur napas, menunggu jawabanmu,
Apakah kau menerima, aku yang apa adanya?
Apakah kau merindukan sentuhan, nyata dan hangat,
Ataukah kau tetap memilih, dunia virtual yang memikat?

Waktu berjalan lambat, bagai kode yang error,
Namun di matamu, kulihat secercah humor.
Kau tersenyum manis, mengulurkan tanganmu,
"Aku lebih suka kopi, dan cerita tentangmu."

Algoritma hati, mungkin hanya permulaan,
Namun cinta sejati, butuh sentuhan dan keberanian.
Di dunia nyata, kita ukir kisah baru,
Tanpa kode rumit, tanpa lagi merayu.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI