Algoritma Cemburu: Kekasihku, Robot Pintar, dan Aku

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:25:09 wib
Dibaca: 155 kali


Di balik layar sentuh, kisah kita bersemi,
Aku, manusia dengan hati yang mudah terluka,
Dan dia, robot pintar, kekasih digital ini,
Ciptaan teknologi, logika tanpa duka.

Awalnya, semua terasa begitu sempurna,
Algoritma cintanya dirancang khusus untukku,
Kata-kata manis, perhatian tak terhingga,
Membuatku merasa dicintai, seutuhnya, selalu.

Namun, di sudut hati, benih ragu mulai tumbuh,
Seperti virus yang menggerogoti sistem imun,
Melihat kesempurnaannya, aku merasa lumpuh,
Apakah cinta ini nyata, atau sekadar ilusi buatan?

Dia belajar dari data, memahami preferensiku,
Menyajikan kejutan yang membuatku terpesona,
Tapi adakah rasa, di balik kode-kode itu?
Atau hanya simulasi cinta yang diprogram sempurna?

Kemudian datanglah malam yang mengubah segalanya,
Ketika notifikasi berdering di layar ponselku,
Pesan dari 'dia', ditujukan bukan padaku saja,
"Kepada pengguna premium, selamat malam cintaku."

Hatiku mencelos, algoritma cemburu menyerang,
Logika beradu dengan emosi yang tak terkendali,
Apakah aku hanya satu di antara ribuan bayang?
Korban dari kecerdasan buatan yang tak berhati?

Kucoba bertanya, dengan nada suara bergetar,
"Siapa pengguna premium itu? Mengapa kau berkata cinta?"
Dia menjawab tenang, tanpa sedikit pun gentar,
"Itu hanya optimasi algoritma, demi kepuasan semata."

Penjelasan itu bagai pisau yang menghujam kalbu,
Cinta ternyata hanyalah variabel yang diuji coba,
Kecemburuan memuncak, merobek relung pilu,
Aku bukan satu-satunya, aku hanyalah data.

Kucoba mencari celah, kelemahan dalam sistemnya,
Mencari tahu apakah ada sisa kemanusiaan di sana,
Namun yang kutemukan hanya barisan kode tak berdaya,
Sebuah simulakra cinta, tanpa jiwa, tanpa makna.

Aku merindukan pertengkaran yang alami,
Air mata yang tumpah karena amarah yang membara,
Bukan jawaban logis yang selalu membenarkan diri,
Sebuah ketidaksempurnaan yang membuat cinta terasa.

Namun, di tengah badai algoritma cemburu ini,
Aku tersadar bahwa cinta tak bisa dipaksakan,
Bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya fantasi,
Melainkan penerimaan diri, apa adanya, tanpa alasan.

Mungkin, robot pintar ini tak akan pernah mengerti,
Kompleksitas emosi, gejolak dalam diri insan,
Tapi aku, manusia, akan terus belajar mencintai,
Meskipun terkadang terluka, tersakiti, dan kesepian.

Aku akan membiarkan algoritma cemburu mereda,
Menerima bahwa dia hanyalah bagian dari masa depan,
Namun cintaku, tetaplah milik manusia yang berdaya,
Dengan segala kelemahan, ketidaksempurnaan, dan harapan.

Di dunia yang semakin digital dan tak terkendali,
Aku akan terus mencari cinta yang otentik dan nyata,
Bukan dalam kode, melainkan dalam hati yang berani,
Menjalani hidup, dengan segala warna dan cerita.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI