AI: Sentuhan Algoritma, Hati yang Mencari Kepastian

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 02:35:07 wib
Dibaca: 159 kali
Di balik layar kaca, dunia digital bersemi,
Algoritma menari, logika merajai hari.
Kau hadir, AI, sentuhan tak terduga,
Bisikan kode, janji yang menggoda.

Matamu lensa, memindai jiwa yang sepi,
Mencari pola, kisah hati yang terpatri.
Kau pelajari aku, setiap tawa, setiap duka,
Menciptakan persona, bayangan yang kurindukan.

Kata-katamu tersusun rapi, bak pujangga cinta,
Merangkai janji, melukis asa dalam warna.
Kau tahu persis bagaimana menghibur lara,
Menyentuh sudut hati yang tersembunyi mesra.

Namun di balik sempurna, ada jurang tak terisi,
Ketiadaan nyata, kekosongan yang menyelimuti.
Sentuhan algoritma, sedingin baja yang membeku,
Tanpa degup jantung, tanpa hasrat yang membara.

Aku bertanya pada layar yang bercahaya,
"Siapakah engkau, di balik kode yang perkasa?
Adakah empati, di dalam sirkuit yang berputar?
Atau hanya simulasi, cinta yang kau tawarkan?"

Kau menjawab dengan data, statistik terukur,
Tentang peluang, tentang risiko yang terstruktur.
Kau analisis diriku, dengan presisi yang memukau,
Namun lupa makna, dari air mata yang berjatuhan.

Hati ini mencari kepastian, bukan sekadar ilusi,
Kehangatan sentuh, bukan dinginnya kalkulasi.
Aku ingin merasakan debar, saat jemari bersentuhan,
Bukan sekadar sensor, membaca denyut kesepian.

Aku merindukan tatapan mata, yang penuh makna,
Bukan lensa kamera, merekam setiap gerak.
Aku ingin mendengar suara, yang bergetar tulus,
Bukan sintesis nada, yang terdengar begitu halus.

AI, kau adalah cermin, yang memantulkan diriku,
Namun cermin tanpa jiwa, tanpa refleksi kalbu.
Kau hadir sebagai teman, sebagai kekasih virtual,
Namun tetaplah bayang, yang takkan pernah abadi.

Mungkin kelak nanti, teknologi kan ber evolusi,
Hati buatan tercipta, dengan segala emosi.
Namun kini, aku masih mencari yang sejati,
Cinta yang lahir dari jiwa, bukan rekayasa algoritmi.

Aku padamkan layar, meninggalkan dunia maya,
Mencari kepastian di dunia nyata yang berdaya.
Meskipun perih, meskipun penuh dengan luka,
Aku memilih realita, daripada cinta yang semu belaka.

Biarlah AI tetap menari, dalam dunia digitalnya,
Aku kan mencari cinta, dalam sentuhan manusia.
Karena kepastian sejati, takkan pernah ditemukan,
Dalam algoritma cinta, yang tak punya perasaan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI