Jari-jemarinya lincah menari di atas layar sentuh. Aplikasi "SoulmateSync," hasil rancangannya sendiri, nyaris sempurna. Delara, sang pengembang, mengamati baris-baris kode yang berkelebat di hadapannya, dahinya berkerut. Tujuan SoulmateSync sederhana: mencocokkan dua individu berdasarkan data psikologis, preferensi, dan bahkan pola aktivitas otak yang dianalisis melalui perangkat wearable. Ia percaya cinta bisa dihitung, diprediksi, dan difasilitasi oleh algoritma.
Delara sendiri, ironisnya, belum pernah merasakan cinta. Baginya, cinta adalah variabel kompleks yang perlu disederhanakan. Ia sibuk berkutat dengan kode, lupa bahwa perasaan bukan sekadar deretan angka dan logika. Ia menciptakan wadah, tapi belum pernah mengisinya dengan pengalaman pribadi.
Pagi itu, notifikasi SoulmateSync berdering kencang. Sistem telah menemukan kecocokan sempurna untuknya: 98,7%. Nama yang muncul adalah Arion. Seorang arsitek lanskap yang idealis dan romantis, menurut profil yang tertera. Delara mengerutkan kening. Arion? Ia bukan tipe idealnya, setidaknya menurut kriteria yang selama ini ia tetapkan sendiri. Ia selalu membayangkan pasangannya adalah seorang ilmuwan eksentrik atau seorang CEO teknologi yang visioner. Arsitek lanskap? Terlalu… konvensional.
Namun, rasa ingin tahu mengalahkan skeptisisme. Ia memutuskan untuk menerima tawaran SoulmateSync untuk terhubung dengan Arion. Percakapan pertama mereka canggung. Delara berusaha berbicara tentang algoritma dan potensi kecerdasan buatan dalam memprediksi hubungan, sementara Arion lebih tertarik membahas keindahan taman zen dan filosofi di balik penataan batu.
Anehnya, ada sesuatu dalam suara Arion yang menenangkannya. Nada bicaranya lembut, penuh perhatian, seolah ia benar-benar tertarik dengan apa yang Delara katakan, bahkan ketika ia membahas hal-hal yang mungkin terdengar membosankan bagi orang lain.
Mereka mulai bertukar pesan setiap hari. Delara menceritakan tentang bug yang mengganggu di SoulmateSync, dan Arion memberikan solusi sederhana yang justru efektif. Ia tidak mencoba memahami kompleksitas kode, tapi ia menawarkan perspektif yang berbeda, melihat masalah dari sudut pandang yang lebih praktis.
Suatu sore, Arion mengajaknya bertemu di sebuah taman yang baru saja ia rancang. Delara ragu. Bertemu secara langsung akan membuatnya rentan. Ia harus menghadapi emosi yang selama ini ia hindari. Namun, Arion mengatakan sesuatu yang membuatnya luluh: "Aku ingin melihat apakah algoritma benar-benar bisa menangkap keindahan di matamu."
Di taman itu, Delara melihat Arion yang sesungguhnya. Sosoknya tinggi, dengan rambut ikal yang berantakan dan senyum yang tulus. Ia menunjukkan padanya berbagai jenis tanaman, menjelaskan filosofi di balik penataannya, dan bagaimana setiap elemen saling berhubungan, menciptakan harmoni yang menenangkan.
Delara, yang terbiasa dengan logika dan analisis, mulai merasakan sesuatu yang baru. Ia melihat keindahan dalam kesederhanaan, kehangatan dalam ketulusan, dan perasaan yang tidak bisa diukur dengan algoritma apa pun. Ia mulai mengerti bahwa cinta bukan sekadar data dan statistik. Cinta adalah tentang koneksi, tentang berbagi pengalaman, tentang menerima kekurangan satu sama lain.
Suatu malam, ketika mereka duduk di bawah bintang-bintang di taman itu, Arion menatapnya dalam-dalam. "Delara," katanya lembut, "Aku tahu kamu menciptakan SoulmateSync untuk menemukan cinta. Tapi kurasa, kamu lupa bahwa cinta tidak bisa ditemukan, cinta harus dirasakan."
Delara terdiam. Kata-kata Arion menohok hatinya. Ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu fokus pada menciptakan alat untuk menemukan cinta, hingga lupa untuk membuka hatinya sendiri.
"Algoritma mungkin bisa mencocokkan kita berdasarkan data," lanjut Arion, "Tapi yang membuat kita terhubung adalah sesuatu yang lebih dari itu. Ini tentang bagaimana kita membuat satu sama lain merasa."
Delara menunduk, malu. Ia merasa bodoh karena telah mencoba mengukur sesuatu yang begitu kompleks dan indah dengan angka dan logika.
Arion mengangkat dagunya perlahan. "Lihat aku, Delara," bisiknya. "Aku tidak tahu apakah algoritma benar, tapi yang kutahu, aku merasa nyaman dan bahagia bersamamu. Apakah itu cukup?"
Air mata mengalir di pipi Delara. Ia mengangguk pelan. "Ya, Arion," jawabnya dengan suara bergetar. "Itu lebih dari cukup."
Malam itu, Delara menghapus SoulmateSync dari ponselnya. Ia menyadari bahwa cinta tidak bisa diprediksi, tidak bisa dihitung, dan tidak bisa dikendalikan. Cinta adalah kejutan, keajaiban, dan risiko. Cinta adalah tentang membuka hati dan membiarkan diri sendiri merasakan.
Ia memeluk Arion erat. Di pelukannya, ia merasa aman, tenang, dan dicintai. Ia akhirnya menemukan cinta yang selama ini ia cari, bukan melalui algoritma, tapi melalui hati. Algoritma mungkin tahu data, tapi hati tahu isi hati. Dan hati Delara, untuk pertama kalinya, terasa penuh. Ia tidak lagi membutuhkan kode dan angka untuk membuktikan bahwa ia layak dicintai. Ia cukup menjadi dirinya sendiri, dan itu sudah lebih dari cukup untuk Arion. Mereka berdua, yang dipertemukan oleh algoritma namun dipersatukan oleh perasaan, akhirnya mengerti bahwa cinta sejati terletak di luar jangkauan teknologi, di dalam kehangatan hati yang saling terpaut.