"Error 404: Halaman yang Anda cari tidak ditemukan."
Notifikasi itu berkedip-kedip di layar laptop Anya, seolah mengejek usahanya mencari informasi tentang cowok misterius yang baru seminggu ini membuatnya salah tingkah. Namanya, setahunya, Arion. Pekerjaannya, entah apa. Anya hanya tahu dia seorang programmer handal, karena Arion selalu berkutat dengan kode-kode rumit di kafe tempat Anya bekerja paruh waktu. Aroma kopi dan sintaksis, kombinasi yang aneh, tapi entah kenapa terasa menarik.
Anya menghela napas. Mencari Arion di internet ternyata sama sulitnya dengan mendekatinya secara langsung. Cowok itu seperti hantu digital, tidak meninggalkan jejak apa pun. Akun media sosial? Nihil. Artikel atau publikasi terkait dirinya? Kosong.
"Mencari siapa, Anya?" suara Rina, teman kerjanya, membuyarkan lamunannya.
"Arion," jawab Anya jujur.
Rina mengangkat alis. "Arion? Yang sering ngopi sambil ngetik itu? Kenapa dicari?"
"Penasaran aja," kilah Anya. "Kayaknya dia programmer hebat, tapi kok nggak ada jejak digitalnya sama sekali."
"Mungkin dia tipe yang paranoid soal privasi," tebak Rina. "Atau… jangan-jangan dia agen rahasia?"
Anya tertawa. "Agen rahasia? Jangan ngaco deh." Tapi jauh di lubuk hatinya, ada sedikit rasa penasaran yang terusik. Arion memang terlalu misterius untuk ukuran seorang programmer biasa.
Hari berikutnya, Arion kembali. Seperti biasa, dia memesan kopi hitam tanpa gula dan langsung menenggelamkan dirinya dalam lautan kode. Anya memberanikan diri untuk mendekat.
"Hai, Arion," sapanya.
Arion mendongak, tatapannya yang tajam sejenak membuatnya gugup. "Hai, Anya. Ada yang bisa saya bantu?"
"Nggak juga. Cuma… penasaran, kamu kerja apa sih?"
Arion tersenyum tipis. "Saya memperbaiki bug."
"Bug? Di mana?" tanya Anya polos.
"Di sistem, di aplikasi, bahkan… di hati manusia," jawab Arion, matanya menatap Anya dengan intens.
Anya tertegun. Jawaban itu terlalu filosofis untuk didengar dari seorang programmer. "Maksudnya?"
"Setiap orang punya bug, Anya. Masalah, ketidaksempurnaan, luka yang belum sembuh. Saya mencoba membantu orang lain menemukan dan memperbaiki bug mereka."
"Caranya?"
"Dengan kode, dengan algoritma, dengan… mendengarkan," jawab Arion. "Kadang, hanya dengan mendengarkan, seseorang bisa menemukan solusinya sendiri."
Percakapan itu membuat Anya semakin penasaran. Arion bukan sekadar programmer biasa. Dia memiliki kedalaman yang belum terjamah, sebuah misteri yang ingin dipecahkannya.
Malam itu, Anya kembali mencoba mencari informasi tentang Arion di internet. Kali ini, dia mencoba cara yang berbeda. Alih-alih mencari namanya, dia mencoba mencari berdasarkan keahliannya: debugging. Dan akhirnya, dia menemukan sebuah forum online khusus untuk programmer yang berkutat dengan masalah-masalah psikologis. Di forum itu, ada seorang pengguna dengan nama samaran "Archangel" yang dikenal karena kemampuannya menemukan solusi untuk masalah-masalah yang sulit. Gaya penulisannya mirip dengan cara Arion berbicara.
Anya membaca setiap postingan Archangel dengan seksama. Dia menemukan cerita-cerita tentang orang-orang yang berjuang dengan depresi, kecemasan, dan trauma masa lalu. Archangel memberikan saran-saran yang bijak dan empatik, membimbing mereka untuk menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri.
Semakin Anya membaca, semakin dia yakin bahwa Archangel adalah Arion. Dia menemukan jejak-jejak kode dan analogi teknis yang hanya bisa dipahami oleh seorang programmer. Dan yang terpenting, dia merasakan ketulusan dan kepedulian yang sama seperti yang dia rasakan saat berbicara dengan Arion.
Keesokan harinya, Anya memutuskan untuk menguji teorinya. Saat Arion datang ke kafe, dia memesan kopi seperti biasa.
"Arion," panggil Anya. "Saya punya masalah."
Arion mengangkat alis. "Masalah apa?"
Anya menarik napas dalam-dalam. "Saya… merasa terjebak. Saya punya mimpi, tapi saya takut untuk mengejarnya. Saya takut gagal."
Arion menatapnya dengan lembut. "Apa mimpimu?"
"Saya ingin menjadi penulis," jawab Anya. "Tapi saya takut tulisan saya jelek, nggak ada yang mau baca."
Arion tersenyum. "Setiap penulis hebat pernah merasa seperti itu, Anya. Ketakutan itu wajar. Tapi jangan biarkan ketakutan mengendalikanmu."
"Terus, apa yang harus saya lakukan?"
"Debug dirimu sendiri," jawab Arion. "Cari tahu apa yang membuatmu takut, apa yang menahanmu. Lalu, hapus bug itu satu per satu."
Anya tersenyum. Jawaban itu persis seperti yang akan dikatakan Archangel. "Bagaimana caranya menghapus bug?"
"Dengan menulis," jawab Arion. "Tuliskan semua ketakutanmu, semua keraguanmu. Tuliskan semua mimpimu, semua harapanmu. Jangan takut untuk membuat kesalahan. Justru dari kesalahan itu kamu akan belajar dan berkembang."
Anya mengikuti saran Arion. Dia mulai menulis setiap hari, menuangkan semua perasaannya ke dalam kata-kata. Dia menulis tentang ketakutannya, tentang mimpinya, tentang Arion. Dia menulis tentang cowok misterius yang telah membantunya menemukan keberanian untuk mengejar impiannya.
Seiring berjalannya waktu, Anya merasa semakin percaya diri. Dia mulai mengirimkan tulisannya ke berbagai majalah dan website. Beberapa ditolak, tapi ada juga yang diterima. Dia merasa senang dan bangga dengan dirinya sendiri.
Suatu hari, Arion datang ke kafe dengan senyum yang lebar. "Anya," katanya. "Saya punya sesuatu untukmu."
Arion menyerahkan sebuah tablet. Di layarnya, terbuka sebuah website yang memuat cerpen karya Anya. Di bawah judul cerpen, tertulis nama pengarang: Anya.
"Kamu membaca tulisan saya?" tanya Anya, terkejut.
"Tentu saja," jawab Arion. "Saya selalu membaca tulisanmu. Saya selalu tahu kamu punya bakat terpendam."
Anya menatap Arion dengan rasa haru. "Terima kasih," bisiknya. "Terima kasih sudah percaya pada saya."
Arion meraih tangannya. "Anya, saya tidak hanya percaya pada bakatmu. Saya juga… jatuh cinta padamu."
Anya terkejut. "Arion…"
"Saya tahu saya misterius. Saya sengaja menyembunyikan diri dari dunia digital. Tapi saya tidak bisa menyembunyikan perasaan saya padamu. Saya sudah lama memperhatikanmu, Anya. Saya kagum dengan semangatmu, dengan kebaikan hatimu, dengan… dirimu yang apa adanya."
Anya tersenyum. "Saya juga," akunya. "Saya juga jatuh cinta padamu, Arion."
Arion mendekatkan wajahnya. "Bolehkah saya…"
Anya mengangguk. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut dan penuh kasih. Di tengah error 404 kehidupan Anya, akhirnya dia menemukan cinta. Cinta yang tidak hanya menghapus bug di hatinya, tapi juga membuatnya merasa utuh. Cinta yang membuatnya merasa… hidup.