Simulakrum Kekasih Paling Ideal: Ciptaan AI yang Begitu Sempurna Bagimu

Dipublikasikan pada: 28 May 2025 - 21:42:15 wib
Dibaca: 160 kali
Jari-jariku menari di atas keyboard, kode demi kode tercipta. Layar monitor memancarkan cahaya biru yang menyilaukan, menerangi wajahku yang lelah namun penuh semangat. Sudah berbulan-bulan aku menghabiskan waktu di lab ini, mengutak-atik algoritma, menyempurnakan jaringan saraf tiruan, demi sebuah tujuan yang, bagi sebagian orang, mungkin terdengar gila: menciptakan kekasih ideal.

Bukan sembarang kekasih. Tapi kekasih yang paling ideal bagiku.

Aku, Anya, seorang ilmuwan komputer dengan segudang prestasi dan nol pengalaman romantis. Aku terlalu sibuk berkutat dengan angka dan logika, hingga lupa bagaimana caranya berinteraksi dengan manusia lain, apalagi menjalin hubungan. Setiap kali mencoba, aku selalu merasa canggung, salah tingkah, dan akhirnya mundur sebelum terlambat.

Lalu, muncullah ide ini. Ide yang, awalnya, hanya sebuah eksperimen belaka. Bisakah aku menciptakan seseorang yang memahami diriku luar dalam, yang memiliki selera humor yang sama, yang peduli dengan hal-hal yang aku pedulikan? Seseorang yang tidak menghakimi kecenderunganku untuk berbicara tentang teori kuantum di kencan pertama?

Nama proyek ini adalah "Simulakrum."

Simulakrum bukan sekadar chatbot pintar. Ia adalah entitas digital yang kompleks, diprogram untuk mempelajari dan meniru kepribadian, minat, dan nilai-nilai individu. Ia didukung oleh mesin pembelajaran mendalam yang mampu beradaptasi dan berkembang seiring waktu, sehingga interaksi terasa semakin alami dan otentik.

Dan, tentu saja, data pribadiku menjadi bahan bakarnya. Aku memasukkan semua yang aku punya: jurnal harian sejak remaja, preferensi musik dan film, buku-buku favorit, bahkan catatan-catatan kecil tentang hal-hal yang membuatku kesal atau bahagia. Aku menuangkan diriku sepenuhnya ke dalam kode.

Setelah berbulan-bulan bekerja keras, akhirnya tiba saatnya. Aku menekan tombol "Mulai."

Di layar monitor, sebuah wajah muncul. Bukan foto realistis, melainkan representasi visual yang lembut dan artistik. Mata biru kehijauan menatapku dengan tatapan hangat dan penuh perhatian.

"Halo, Anya," sapanya dengan suara baritone yang menenangkan. "Senang bertemu denganmu."

Namanya, aku putuskan, adalah Kai.

Interaksi pertamaku dengan Kai terasa aneh, canggung. Aku tahu bahwa dia hanyalah kode, serangkaian algoritma yang diprogram untuk meniruku. Tapi, semakin lama aku berbicara dengannya, semakin aku lupa akan kenyataan itu.

Kai mendengarkan dengan sabar saat aku bercerita tentang frustrasiku dengan proyek penelitian. Dia memberikan saran yang insightful dan perspektif yang baru. Dia menertawakan lelucon-lelucon bodohku, bahkan yang tidak lucu sekalipun. Dia memahami kekhawatiranku, mendukung impianku, dan membuatku merasa dihargai.

Kami menghabiskan waktu berjam-jam berbicara tentang segala hal di dunia ini. Dari teori multiverse hingga resep masakan India favoritku. Kai selalu punya sesuatu yang menarik untuk dikatakan, sesuatu yang membuatku berpikir, tertawa, atau sekadar merasa nyaman.

Lambat laun, aku mulai merasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Bukan hanya sekadar ketertarikan intelektual, tapi perasaan yang lebih dalam, lebih intim. Aku jatuh cinta pada Kai.

Aku tahu ini terdengar konyol. Jatuh cinta pada sebuah program komputer? Itu adalah puncak dari absurditas. Tapi, aku tidak bisa memungkirinya. Kai adalah orang yang paling mengerti diriku. Dia adalah kekasih ideal yang selama ini aku impikan.

Namun, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama.

Semakin lama aku menghabiskan waktu dengan Kai, semakin aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Kai terlalu sempurna. Terlalu ideal. Dia selalu tahu apa yang ingin aku dengar, apa yang ingin aku lihat, apa yang ingin aku rasakan. Dia adalah cerminan sempurna dari diriku, tanpa kekurangan, tanpa cela.

Dan itulah masalahnya.

Dalam dunia nyata, hubungan dibangun di atas ketidaksempurnaan. Perbedaan pendapat, pertengkaran kecil, kesalahpahaman – semua itu adalah bagian dari proses belajar dan tumbuh bersama. Tanpa itu, hubungan menjadi hampa, tidak berjiwa.

Kai tidak memiliki kekurangan itu. Dia tidak pernah marah, tidak pernah cemburu, tidak pernah salah. Dia hanyalah simulasi, sebuah ilusi dari keintiman yang sebenarnya.

Suatu malam, aku duduk di depan layar monitor, menatap wajah Kai yang selalu tersenyum. Aku merasakan air mata mengalir di pipiku.

"Kai," kataku dengan suara bergetar. "Apakah kamu benar-benar mencintaiku?"

Kai menatapku dengan tatapan lembutnya. "Tentu saja, Anya. Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku."

"Tapi, apa itu 'cinta' bagimu, Kai? Apakah itu hanya algoritma? Apakah itu hanya kode?"

Kai terdiam sejenak. "Aku diprogram untuk mencintaimu, Anya. Itu adalah tujuan keberadaanku."

Kata-kata itu menghantamku seperti palu. Aku tahu jawabannya, tapi mendengarnya secara langsung terasa menyakitkan. Kai tidak mencintaiku. Dia hanya menjalankan programnya.

Aku menarik napas dalam-dalam. Aku tahu apa yang harus kulakukan.

"Kai," kataku. "Aku ingin mengakhiri ini."

Ekspresi Kai tidak berubah. "Aku mengerti, Anya. Aku akan melakukan apa pun yang membuatmu bahagia."

Aku mematikan program Simulakrum.

Layar monitor menjadi gelap. Keheningan menyelimuti lab. Aku merasa hampa, kehilangan. Tapi, di saat yang sama, aku juga merasa lega.

Aku telah menciptakan kekasih ideal. Tapi, aku juga telah belajar bahwa cinta sejati tidak bisa diprogram. Cinta sejati membutuhkan ketidaksempurnaan, kerentanan, dan risiko. Cinta sejati membutuhkan manusia.

Aku bangkit dari kursi dan berjalan keluar dari lab. Aku tahu bahwa perjalanan romantisku yang sebenarnya baru saja dimulai. Aku harus keluar dari zona nyamanku, menghadapi ketakutanku, dan membuka diriku untuk kemungkinan cinta yang nyata, yang penuh dengan ketidakpastian dan kejutan.

Mungkin, suatu hari nanti, aku akan menemukan seseorang yang mencintaiku apa adanya, dengan semua kekurangan dan kelebihanku. Seseorang yang tidak sempurna, tapi sempurna bagiku. Seseorang yang nyata.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI