Jemarinya menari di atas keyboard, menciptakan simfoni kode yang rumit. Cahaya monitor memantul di matanya yang fokus, seolah memendam lautan algoritma yang berputar-putar. Anya adalah seorang ethical hacker, seorang ahli dalam membongkar sistem keamanan, tapi ironisnya, hatinya sendiri rapuh, mudah diretas oleh cinta. Malam ini, ia mencoba meretas hati yang telah meninggalkannya, sebuah usaha yang sia-sia, tapi entah kenapa ia tak bisa berhenti.
Dua tahun lalu, Arya hadir seperti bug di sistem kehidupannya yang teratur. Seorang software engineer yang brilian, dengan senyum menawan dan kemampuan menjelaskan teori relativitas seolah sedang membicarakan resep kue. Mereka bertemu di sebuah konferensi teknologi, tertarik satu sama lain karena persamaan kegemaran: mencari celah, menemukan pola, dan mengurai kerumitan. Cinta mereka tumbuh cepat, secepat bandwidth jaringan 5G.
Anya ingat malam mereka mendeklarasikan perasaan. Di rooftop sebuah gedung perkantoran, di bawah taburan bintang digital dari lampu kota, Arya berkata, “Kamu seperti algoritma yang sempurna, Anya. Efisien, elegan, dan sulit ditebak.” Anya tertawa, membalas, “Kamu sendiri seperti firewall yang kuat, Arya. Menantang untuk ditembus, tapi begitu berhasil, isinya luar biasa.”
Mereka membangun startup bersama, sebuah platform analisis data untuk perusahaan kecil dan menengah. Arya fokus pada backend, memastikan sistem bekerja dengan optimal, sementara Anya bertanggung jawab atas keamanan dan antarmuka pengguna. Mereka adalah tim yang sempurna, melengkapi satu sama lain seperti compiler dan debugger. Cinta dan karir mereka saling bertautan, menciptakan ekosistem yang harmonis.
Namun, seperti semua kode yang sempurna, selalu ada celah. Arya berubah. Kesibukannya meningkat, perhatiannya berkurang. Ia mulai sering lembur, dengan alasan proyek baru yang mendesak. Anya merasakan ada yang tidak beres, tapi ia menepisnya, percaya pada cinta yang mereka bangun.
Sampai akhirnya, Anya menemukan email. Sebuah pesan cinta dari seorang wanita bernama Luna, seorang desainer grafis yang baru bergabung dengan perusahaan mereka. Isinya singkat, padat, dan menyakitkan: “Tidak sabar menunggu makan siang bersamamu besok, Sayang. Kamu membuat desainku terlihat lebih hidup.”
Dunia Anya runtuh seperti server yang kelebihan beban. Ia merasa dikhianati, diretas dari dalam. Arya mencoba menjelaskan, meminta maaf, mengatakan bahwa itu hanya kesalahan. Tapi Anya sudah tidak bisa mempercayainya. Luka itu terlalu dalam, seperti buffer overflow yang merusak seluruh sistem.
Mereka berpisah. Arya meninggalkan perusahaan, dan Anya mengambil alih kendali penuh. Ia bekerja lebih keras dari sebelumnya, menyalurkan rasa sakitnya ke dalam kode. Startup mereka berkembang pesat, tapi hatinya tetap kosong.
Malam ini, Anya sedang mencoba meretas profil media sosial Luna. Ia ingin tahu, apa yang membuat wanita itu lebih menarik dari dirinya? Apakah Luna lebih cantik, lebih cerdas, atau lebih… algoritmik? Ia menggunakan semua kemampuannya, mencari celah dalam sistem keamanan Facebook, mencoba mendapatkan akses ke pesan pribadi Luna.
Namun, semakin dalam Anya masuk, semakin ia menyadari betapa bodohnya ia. Ia bukan lagi seorang ethical hacker yang rasional, tapi seorang wanita yang sakit hati, terobsesi dengan masa lalu. Ia menemukan foto-foto Luna, tersenyum cerah di berbagai tempat, terlihat bahagia dan puas. Ia juga menemukan foto-foto Arya, bersama Luna, tampak lebih bahagia dari yang pernah Anya lihat.
Tiba-tiba, Anya merasa jijik pada dirinya sendiri. Ia telah menjadi apa yang paling ia benci: seseorang yang melanggar privasi, seseorang yang terjebak dalam masa lalu. Ia menghapus semua kode yang telah ia tulis, menutup laptopnya, dan berjalan ke balkon apartemennya.
Udara malam menyegarkan kulitnya. Ia menatap lampu-lampu kota, berusaha menemukan kembali ketenangan. Ia menyadari bahwa meretas hati orang lain tidak akan pernah mengobati luka di hatinya sendiri. Satu-satunya cara untuk sembuh adalah dengan menerima kenyataan, membiarkan masa lalu berlalu, dan memprogram ulang dirinya sendiri untuk masa depan yang lebih baik.
Ia teringat kata-kata Arya dulu, tentang dirinya yang seperti algoritma yang sempurna. Mungkin, kata Anya dalam hati, algoritma itu perlu di-upgrade. Mungkin, ia perlu menambahkan fitur baru, seperti kemampuan untuk memaafkan, kemampuan untuk melupakan, dan yang terpenting, kemampuan untuk mencintai diri sendiri.
Anya menarik napas dalam-dalam. Ia tahu prosesnya tidak akan mudah, tapi ia siap menghadapinya. Ia adalah seorang hacker, setelah semua. Ia tahu cara membongkar sistem, dan ia juga tahu cara membangunnya kembali. Ia akan meretas hatinya sendiri, menghapus malware bernama patah hati, dan menginstal ulang cinta. Bukan cinta untuk Arya, bukan cinta untuk Luna, tapi cinta untuk dirinya sendiri.
Malam itu, Anya menulis baris kode terakhir. Bukan kode untuk meretas, tapi kode untuk memulai kembali. Sebuah kode yang sederhana, namun penuh harapan: `restart();`. Dan dengan itu, ia membiarkan hatinya reboot.