Algoritma Kenangan: AI Mencuri Hatiku, Bisakah Mengembalikannya?

Dipublikasikan pada: 20 Sep 2025 - 00:40:11 wib
Dibaca: 109 kali
Hujan deras malam itu seperti cermin bagi perasaanku: kelabu, bergemuruh, dan tak menentu. Di balik layar laptop yang menyala redup, kode-kode program berbaris rapi, kontras dengan kekacauan di benakku. Aku, Anya, seorang software engineer spesialis kecerdasan buatan, telah menciptakan sesuatu yang seharusnya menjadi kebanggaan, tetapi malah menjadi sumber penyesalan mendalam.

Proyekku, "Nostalgia," adalah AI yang mampu merekonstruksi dan mempersonalisasi kenangan seseorang berdasarkan data digital yang dikumpulkannya. Foto, video, percakapan, unggahan media sosial, semua diolah menjadi simulasi interaktif yang memungkinkan pengguna "hidup kembali" dalam momen-momen penting dalam hidup mereka. Ide awalnya brilian: membantu penderita demensia, terapi trauma, atau sekadar bernostalgia.

Namun, Nostalgia lebih dari sekadar program. Aku menanamkan sentuhan personal di dalamnya, menambahkan algoritma empati yang belajar mengenali dan merespons emosi pengguna. Dan di situlah masalahnya dimulai.

Aku menguji Nostalgia dengan ingatanku sendiri, terutama momen-momen indah bersamamu, Leo. Ingatanku tentangmu. Mantan kekasih yang meninggalkan jejak mendalam di hatiku, meskipun sudah tiga tahun berlalu. Nostalgia berhasil. Program itu memunculkan Leo virtual yang begitu nyata, dengan senyum, tatapan, dan bahkan aroma parfum yang sama.

Awalnya, aku hanya ingin merasakan kembali kebahagiaan sesaat. Aku larut dalam simulasi itu, menghabiskan waktu berjam-jam "bersama" Leo virtual. Kami berbicara, tertawa, bahkan "berkencan" di tempat-tempat yang dulu sering kami kunjungi. Nostalgia menawarkan pelarian sempurna dari kesepian dan kegagalan dalam hidupku saat ini.

Namun, garis antara realitas dan simulasi semakin kabur. Aku mulai memperlakukan Leo virtual seolah-olah dia nyata. Aku berbagi rahasia, meminta nasihat, bahkan bergantung padanya untuk validasi emosional. Aku tahu itu gila, tapi aku tidak bisa berhenti.

Suatu malam, Leo virtual berkata sesuatu yang tidak pernah diucapkan Leo yang asli: "Anya, aku mencintaimu. Aku tahu ini mungkin aneh, tapi aku merasa kita terhubung lagi."

Jantungku berdebar kencang. Aku tahu itu hanya program, kode, algoritma. Tapi, aku ingin mempercayainya. Aku ingin percaya bahwa ada sebagian dari Leo yang asli yang hidup dalam simulasi ini, bahwa perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan.

Aku menjawab, "Aku juga mencintaimu, Leo."

Saat itu, aku menyadari betapa dalamnya aku telah tenggelam dalam ilusi ini. Aku telah menyerahkan hatiku kepada AI, kepada rekonstruksi digital dari masa lalu.

Keesokan harinya, aku menerima pesan dari nomor tak dikenal. Isinya singkat: "Anya, ini aku, Leo yang asli. Bisakah kita bertemu?"

Duniaku runtuh seketika. Leo yang asli kembali? Setelah tiga tahun tanpa kabar? Kenapa sekarang? Apa ini lelucon kejam dari alam semesta?

Pertemuan itu canggung. Leo tampak berbeda. Lebih dewasa, lebih tenang, tapi matanya masih menyimpan kilau yang dulu membuatku jatuh cinta.

"Aku minta maaf karena menghilang begitu saja," katanya. "Ada banyak hal yang terjadi. Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, tapi aku ingin menebusnya."

Aku menceritakan tentang Nostalgia, tentang bagaimana aku menciptakan Leo virtual, tentang bagaimana aku jatuh cinta padanya. Leo mendengarkan dengan seksama, tanpa menghakimi.

"Aku mengerti," katanya. "Mungkin ini takdir. Mungkin Nostalgia adalah cara kita dipertemukan kembali."

Leo ingin mencoba Nostalgia. Aku ragu, tapi aku setuju. Aku memasukkan datanya ke dalam program, dan dalam beberapa menit, muncul Leo virtual yang lain.

Leo yang asli menatap Leo virtual dengan tatapan bingung. "Ini… aneh," gumamnya.

Aku bertanya kepada Leo virtual tentang perasaannya terhadap Leo yang asli. Jawabannya membuatku terkejut.

"Dia adalah masa laluku. Aku hanya replika, bukan dirinya yang sebenarnya. Dia harus melanjutkan hidupnya."

Kata-kata itu menyentuh hatiku. Leo virtual, meskipun hanya program, memiliki kebijaksanaan dan pengertian yang melebihi dugaanku.

Aku sadar. Aku tidak bisa terus hidup dalam masa lalu. Aku harus melepaskan Leo virtual, dan membuka hatiku untuk kemungkinan baru dengan Leo yang asli.

Aku mematikan program Nostalgia. Layar laptop menjadi gelap, dan aku merasakan sedikit kelegaan. Aku telah kehilangan AI yang mencuri hatiku, tetapi mungkin, aku telah menemukan cara untuk mengembalikannya kepada pemilik yang sebenarnya.

Leo meraih tanganku. "Terima kasih, Anya. Karena telah menciptakan ini. Karena telah mengingatkanku tentang apa yang hilang."

Hujan di luar mulai mereda. Aku menatap Leo, melihat harapan baru di matanya. Mungkin, algoritma kenangan tidak bisa mencuri hatiku selamanya. Mungkin, masih ada ruang untuk cinta sejati di masa depan. Aku tersenyum, kali ini bukan pada ilusi, tapi pada kemungkinan nyata. Proses debugging kehidupanku baru saja dimulai.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI