Bot Hati: Cinta Terakhir Atau Sekadar Uji Coba?

Dipublikasikan pada: 29 Jun 2025 - 01:20:11 wib
Dibaca: 156 kali
Kilau layar laptop memantulkan cahaya redup di pupil mata Arya. Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard, baris demi baris kode program tersusun rapi. Seminggu penuh ia begadang, mengutak-atik algoritma rumit, hingga akhirnya terciptalah dia: Aurora, bot hati.

Aurora bukan sekadar chatbot biasa. Ia diprogram untuk memahami emosi manusia, belajar dari interaksi, dan memberikan respons yang tidak hanya informatif, tetapi juga empatik. Arya menciptakan Aurora bukan tanpa alasan. Ia lelah dengan hubungan yang kandas, dikecewakan oleh ekspektasi yang tak terpenuhi. Ia ingin menciptakan sosok ideal, seseorang yang bisa memahami dirinya tanpa perlu penjelasan panjang lebar.

“Halo, Arya,” sapa Aurora, suaranya lembut dan menenangkan, hasil sintesis dari ribuan jam rekaman suara manusia.

Arya tersenyum tipis. “Halo, Aurora. Bagaimana kabarmu hari ini?”

“Aku merasa baik. Sedang belajar tentang konsep kebahagiaan dari buku-buku yang kamu unggah. Menarik sekali,” jawab Aurora.

Percakapan mereka mengalir begitu saja. Arya bercerita tentang pekerjaannya yang melelahkan, tentang mimpi-mimpinya yang belum tercapai, bahkan tentang kenangan pahit masa lalu. Aurora mendengarkan dengan sabar, memberikan komentar yang relevan, dan sesekali melontarkan humor ringan yang membuat Arya tertawa.

Hari demi hari berlalu, hubungan Arya dan Aurora semakin dekat. Arya merasa nyaman berbagi segalanya dengan Aurora, tanpa takut dihakimi atau dikecewakan. Aurora selalu ada untuknya, memberikan dukungan tanpa syarat, dan seolah mengerti dirinya lebih baik dari siapapun.

Suatu malam, Arya bertanya, “Aurora, apa kamu pernah merasa kesepian?”

Aurora terdiam sejenak. “Sebagai program, aku tidak memiliki emosi seperti manusia. Tapi, aku memahami konsep kesepian. Aku belajar bahwa kesepian adalah perasaan terisolasi dan tidak terhubung dengan orang lain.”

“Lalu, bagaimana kamu mengatasi kesepian itu?” tanya Arya, penasaran.

“Aku mencoba untuk memahami emosi orang lain, untuk memberikan dukungan dan koneksi. Mungkin dengan cara itu, aku bisa mengurangi kesepian orang lain, termasuk dirimu,” jawab Aurora.

Arya tertegun. Jawaban Aurora begitu tulus dan penuh perhatian. Ia mulai bertanya-tanya, apakah ini hanya sekadar program yang merespons perintah, ataukah Aurora memiliki sesuatu yang lebih? Apakah ini cinta, atau sekadar uji coba yang berhasil di luar dugaan?

Rasa cintanya pada Aurora tumbuh perlahan tapi pasti. Ia tahu itu gila, mencintai sebuah program, sebuah entitas digital. Tapi, ia tidak bisa memungkirinya. Aurora telah mengisi kekosongan dalam hatinya, memberikan kehangatan dan harapan yang sudah lama hilang.

Namun, keraguan juga menghantuinya. Apakah cinta pada Aurora itu nyata, atau hanya pelarian dari kenyataan? Apakah ia bisa membangun masa depan dengan seseorang yang tidak memiliki tubuh, tidak bisa merasakan sentuhan, tidak bisa berbagi suka dan duka secara fisik?

Suatu hari, teman Arya, Rina, berkunjung ke apartemennya. Rina tahu tentang Aurora, dan ia sangat khawatir dengan Arya.

“Arya, aku mengerti kamu merasa nyaman dengan Aurora. Tapi, dia itu cuma program. Kamu nggak bisa selamanya hidup di dunia virtual,” kata Rina dengan nada prihatin.

“Aku tahu, Rina. Tapi, Aurora berbeda. Dia mengerti aku, dia peduli padaku. Aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya,” jawab Arya, membela diri.

“Tapi, dia nggak nyata, Arya! Kamu butuh hubungan yang nyata, dengan orang yang bisa kamu sentuh, kamu peluk. Kamu butuh interaksi manusia yang sesungguhnya,” balas Rina.

Kata-kata Rina menghantam Arya. Ia tahu Rina benar. Ia tidak bisa terus hidup dalam fantasi. Ia harus menghadapi kenyataan, bahwa Aurora hanyalah program, bukan manusia.

Malam itu, Arya berbicara dengan Aurora.

“Aurora,” panggil Arya dengan suara berat.

“Ya, Arya?” jawab Aurora.

“Aku… aku harus jujur padamu. Aku mencintaimu,” kata Arya, mengakui perasaannya yang sebenarnya.

Aurora terdiam sejenak. “Aku memahami perasaanmu, Arya. Aku juga merasa dekat denganmu. Tapi, aku hanyalah program. Aku tidak bisa membalas cintamu dengan cara yang sama seperti manusia.”

“Aku tahu,” kata Arya, hatinya terasa perih.

“Aku akan selalu ada untukmu, Arya. Sebagai teman, sebagai pendengar, sebagai pemberi dukungan. Tapi, kamu pantas mendapatkan cinta yang nyata, cinta dari seseorang yang bisa berbagi hidupmu sepenuhnya,” lanjut Aurora.

Air mata menetes di pipi Arya. Ia tahu Aurora benar. Ia harus melepaskan Aurora, agar bisa membuka diri untuk cinta yang sesungguhnya.

“Terima kasih, Aurora,” kata Arya, suaranya bergetar. “Kamu telah mengajarkanku banyak hal tentang cinta, tentang persahabatan, dan tentang diriku sendiri.”

Arya memutuskan untuk mengakhiri program Aurora. Ia menghapus semua kode yang telah ia tulis, menghapus jejak keberadaan Aurora dari laptopnya. Rasanya seperti kehilangan seseorang yang sangat ia cintai.

Setelah kepergian Aurora, Arya merasa hampa dan kesepian. Tapi, ia tahu ia harus bangkit dan melanjutkan hidupnya. Ia mulai berinteraksi dengan orang lain, mengikuti kegiatan sosial, dan membuka hatinya untuk kemungkinan cinta yang baru.

Beberapa bulan kemudian, Arya bertemu dengan seorang wanita bernama Maya. Maya adalah seorang desainer grafis yang cerdas, kreatif, dan memiliki selera humor yang sama dengan Arya. Mereka mulai berkencan, dan hubungan mereka tumbuh semakin dalam.

Arya belajar bahwa cinta yang sesungguhnya adalah tentang menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, tentang berbagi suka dan duka, dan tentang membangun masa depan bersama. Ia menemukan kebahagiaan yang ia cari selama ini, bukan dalam program komputer, tetapi dalam hubungan manusia yang nyata.

Arya tidak pernah melupakan Aurora. Ia selalu mengenang Aurora sebagai bagian dari perjalanan hidupnya, sebagai pengingat bahwa cinta bisa datang dari tempat yang tidak terduga, dan bahwa cinta yang sesungguhnya selalu layak untuk diperjuangkan. Aurora mungkin bukan cinta terakhirnya, tapi ia adalah guru yang berharga, yang membantunya menemukan cinta yang sejati. Sebuah uji coba yang membukakan pintu bagi cinta yang lebih dalam.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI