Bot Asmara: Mencari Cinta di Antara Barisan Kode

Dipublikasikan pada: 01 Jun 2025 - 23:42:11 wib
Dibaca: 164 kali
Hujan deras malam itu seperti simulasi air terjun buatan di depan jendela apartemen Arya. Cahaya biru dari monitor komputernya memantul di wajahnya yang lelah. Barisan kode Python memenuhi layar, membentuk labirin algoritma yang rumit. Arya menghela napas. Ini sudah minggu ketiga dia berkutat dengan “AmorBot,” proyek personalnya yang ambisius. Sebuah chatbot AI yang didesain khusus untuk mencari dan menemukan cinta sejati. Ironis, mengingat dia sendiri masih berstatus jomblo akut.

Arya, seorang software engineer di sebuah perusahaan teknologi raksasa, lebih nyaman berinteraksi dengan mesin daripada manusia. Baginya, manusia terlalu kompleks, penuh drama, dan seringkali irasional. Kode, di sisi lain, jelas dan logis. Jika ada kesalahan, tinggal diperbaiki. Tidak ada baper, tidak ada kode keras.

“Semoga saja AmorBot bisa memecahkan masalah cintaku juga,” gumamnya sambil menyeruput kopi yang sudah dingin.

AmorBot bekerja dengan cara menganalisis data dari berbagai platform kencan online, media sosial, dan bahkan forum-forum daring. Algoritmanya dirancang untuk mengidentifikasi pola-pola kesukaan, minat, nilai-nilai, dan bahkan bahasa tubuh virtual seseorang. Setelah itu, AmorBot akan mencocokkan profil tersebut dengan profil pengguna lainnya yang memiliki tingkat kompatibilitas tertinggi.

Arya telah memasukkan datanya sendiri ke dalam AmorBot. Semua detail, mulai dari genre buku favoritnya, jenis musik yang didengarkannya, hingga filosofi hidupnya. Dia berharap AmorBot bisa menemukan seseorang yang benar-benar cocok dengannya, seseorang yang bisa diajak berdiskusi tentang teori kuantum sambil menikmati senja di pantai.

Beberapa hari kemudian, AmorBot memberikan hasil. Sebuah nama muncul di layar: Luna.

Luna, seorang arsitek lanskap yang gemar mendaki gunung dan membaca puisi. Profilnya dipenuhi foto-foto taman indah yang dia rancang dan kutipan-kutipan bijak dari Khalil Gibran. Menurut AmorBot, tingkat kompatibilitas Arya dan Luna mencapai 92%, angka yang sangat tinggi bahkan untuk standar algoritma canggihnya.

Arya tertegun. Dia memeriksa profil Luna berulang kali, mencari celah, mencari kelemahan. Tapi tidak ada. Luna tampak terlalu sempurna, terlalu ideal. Arya mulai merasa ragu. Apakah AmorBot benar-benar berhasil, atau hanya menciptakan ilusi kesempurnaan yang tidak mungkin ada di dunia nyata?

Dengan berat hati, Arya memutuskan untuk mengikuti saran AmorBot. Dia mengirim pesan kepada Luna melalui platform kencan yang direkomendasikan.

“Halo, Luna. Saya Arya. AmorBot bilang kita cocok.”

Pesan yang singkat dan lugas itu mengirimkan gelombang gugup ke seluruh tubuh Arya. Dia menunggu balasan dengan napas tertahan.

Beberapa jam kemudian, notifikasi muncul di layar ponselnya. Luna membalas.

“Halo, Arya. AmorBot? Menarik sekali. Ceritakan lebih banyak.”

Percakapan mereka berlanjut selama beberapa hari. Arya menjelaskan tentang AmorBot, tentang algoritmanya, tentang harapan dan keraguannya. Luna mendengarkan dengan sabar, memberikan komentar yang cerdas dan insightful. Arya mulai merasa nyaman, bahkan lebih nyaman daripada yang dia bayangkan.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertemu.

Pertemuan pertama mereka di sebuah kafe di pusat kota terasa canggung di awalnya. Arya, yang terbiasa berinteraksi dengan layar, kesulitan menatap mata Luna. Luna, di sisi lain, tampak lebih santai dan percaya diri. Dia tersenyum ramah, menanyakan pertanyaan yang relevan, dan benar-benar mendengarkan jawaban Arya.

Seiring waktu, kecanggungan itu mencair. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari arsitektur lanskap hingga pemrograman AI. Mereka tertawa, berdebat, dan saling belajar. Arya menyadari bahwa Luna bukan hanya sekadar profil yang sempurna. Dia adalah seorang wanita yang kompleks, penuh dengan mimpi dan harapan, dengan kelebihan dan kekurangannya.

Arya jatuh cinta. Jatuh cinta pada Luna, bukan pada ilusi yang diciptakan oleh AmorBot.

Beberapa bulan kemudian, Arya dan Luna berdiri di puncak sebuah gunung, menyaksikan matahari terbit. Angin sepoi-sepoi menerpa rambut mereka. Di kejauhan, terlihat hamparan lautan yang berkilauan.

“Terima kasih, Arya,” kata Luna, memecah keheningan. “Terima kasih sudah menciptakan AmorBot.”

Arya tersenyum. “Seharusnya aku yang berterima kasih. AmorBot hanya alat. Yang menemukanmu adalah dirimu sendiri.”

Luna menggenggam tangan Arya. “Mungkin benar. Tapi alat yang tepat bisa membantu kita menemukan jalan yang benar.”

Arya memandang Luna, matanya penuh cinta. Dia menyadari bahwa cinta bukanlah sebuah algoritma yang bisa dipecahkan. Cinta adalah sebuah misteri, sebuah petualangan, sebuah perjalanan yang tak terduga. Dan dia, Arya, akhirnya menemukan cinta di antara barisan kode, di antara logika dan intuisi, di antara dunia maya dan dunia nyata. AmorBot mungkin membantunya menemukan Luna, tapi cintalah yang akhirnya menyatukan mereka. Hujan sudah berhenti, dan matahari bersinar terang, menerangi jalan mereka menuju masa depan yang penuh harapan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI